LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Pengalamanku Mengikuti Festival Tanah Tua Semedo 2019

| 62 Comments

Flyer Festival Tanah Tua Semedo 2019

Apa itu Festival Tanah Tua?

Apa itu Semedo?

Itulah pertanyaan-pertanyan yang langsung muncul di benakku ketika ada teman yang mengirim flyer itu di grup dan mengajak untuk ikut meramaikannya.

Terus terang Semedo adalah kata yang asing terdengar di telingaku. Panganan opo, kuwi? Hehe.. Rasa penasaran itu lah yang akhirnya menuntun langkahku mengikuti acara ini, dan berikut adalah catatan pengalamanku mengikuti Festival Tanah Tua Semedo 2019.

Apa itu Semedo?

Ternyata Semedo adalah nama sebuah desa yang terletak di wilayah Kabupaten Tegal Jawa Tengah, bagian dari wilayah Kec. Kedungbanteng, tepatnya di perbatasan Kab Tegal dan Kab Pemalang. Nah, desa yang letaknya cukup mlosok inilah tempat diselenggarakannya Festival Tanah Tua Semedo. Rute ke Semedo dari Kota Tegal maupun Slawi dapat teman-teman baca ditulisanku tentang Rumah Vernakular di Semedo ya..

Apa itu Festival Tanah Tua Semedo?

Kepala Desa Semedo menyatakan bahwa Festival Tanah Tua Semedo (tahun ini penyelenggaran ke-2) diselenggarakan dengan tujuan untuk semakin memperkenalkan Desa Semedo dengan kearifan lokal dan potensi-potensi pariwisatanya, untuk mendukung terwujudnya Desa Semedo sebagai salah satu Desa Wisata di Kab Tegal.

Info dari salah satu anggota Pokdarwis Semedo, bahwa tahun ini jumlah peserta adalah 115 orang, terdiri dari umum maupun media (termasuk blogger).  Sedangkan pada penyelenggaraan sebelumnya, jumlah peserta memang lebih banyak (sekitar 800 orang) namun hanya terdiri dari kalangan sekolah (SD, SMP, SMA dan Mahasiswa). Selain itu, bentuk penyelenggaraan tahun ini juga berbeda dari sebelumnya, di mana pada tahun sebelumnya festival berlangsung selama 1 minggu tapi tanpa menginap sedangkan di penyelenggaraan kedua ini berlangsung selama 2 hari 1 malam.

Festival Tanah Tua Semedo

Ka Dinas Pariwisata Kab Tegal & Kades Semedo

Kepala Dinas Pariwisata Kab Tegal dalam sambutan pembukaan acara ini menyatakan bahwa pemerintah daerah sangat mendukung penyelenggaraan acara ini yang juga menjadi salah satu syarat dalam penetapan suatu desa menjadi Desa Wisata.

Mengapa disebut sebagai Tanah Tua?

Penyebutan ini terinspirasi dari adanya penemuan-penemuan benda purbakala berbentuk fosil-fosil di wilayah Desa Semedo. Fosil-fosil dan penemuan purbakala ini kemudian diteliti oleh Tim peneliti purbakala dan memberikan bukti panjangnya rentang sejarah kehidupan di tanah Semedo ini.

Kegiatan-kegiatan dalam Festival Tanah Tua Semedo

Tengah hari di tanggal 14 September 2019 sudah lewat ketika akhirnya aku dan Ila -teman blogger dari Tegal- sampai di tempat registrasi peserta. Setelah mendaftar dan membayar Rp. 25.000,- / orang, kami mendapat rundown acara dan peta sederhana Desa Semedo, lalu kami pun di antar ke rumah penduduk yang akan menjadi tempat bermalam kami malam itu.

Peta Desa Semedo

No 10 homestay untuk kami

Homestay no 10 yang menjadi tujuan kami adalah milik Bu Harniti, sebuah rumah berdinding kayu khas rumah pedesaan, namun sudah dipermodern dengan lantai keramik dan kamar mandi + toilet di dalam rumah. Di ruang depan ada seperangkat meja-kursi kayu di sisi kiri pintu masuk dan di sisi kanannya dihamparkan kasur dan tikar tempat kami ber-5  (aku, Ila, Noorma, Nyi & Hadi) melepas lelah.

Berpose di depan Homestay No 10. (Ka : Ila, Ki : Sisi & ayahnya)

Eksplor Desa Semedo

Setelah sholat dan beristirahat di temani teh hangat buatan Bu Harniti, sekitar lepas Ashar kami berkumpul di Bukit Pelangi untuk diberi pengarahan kegiatan-kegiatan selanjutnya pada sore hingga malam itu.

Kegiatan pertama adalah eksplor Desa Semedo sekaligus hunting foto untuk lomba foto menggunakan Smartphone yang menjadi salah satu rangkaian acara.

Festival Tanah Tua Semedo

Beberapa hal yg tak kami temukan di kota 🙂

Berbekal peta desa yang sudah dibagikan kami berkeliling desa memotret suasana dan kehidupan masyarakat desa, terutama keberadaan Rumah Vernakular yang menjadi salah satu sasaran di lomba foto. Rumah-rumah di Semedo tidak semua berdinding kayu namun sudah banyak pula yang berdinding tembok. Demikian pula lantainya, sebagian besar sudah tidak lagi berlantai tanah. Dari segi kesehatan, ini adalah salah satu syarat rumah sehat, bukan?

Lingkungan desa terlihat panas di sore itu. Jalan lingkungan bervariasi antara jalan tanah, makadam, paving dan sebagian besar plester.  Pepohonan Jati tampak meranggas karena kemarau yang panjang, namun tanaman dan pepohonan di halaman rumah warga terlihat masih tumbuh bahkan berbuah.

Festival Tanah Tua Semedo

Menikmati suguhan alam Semedo

Pertunjukan Ronggeng

Desa Semedo

Senja di Semedo

Senja yang mulai turun di Desa Semedo menghentikan aktivitas kami jalan-jalan sore di Semedo. Bergegas kembali ke homestay, mandi dan ishoma sebelum kembali naik ke Bukit Pelangi untuk acara malam itu.

Peserta dan warga membentuk setengah lingkaran di depan panggung di mana para pemain musik tradisional sudah siap mengiringi 2 orang penari ronggeng.

KSP Budoyo Semedo

Pemain Karawitan KSP Budoyo dari Desa Semedo siap mengiringi Sinden dan Ronggeng

Setelah seremonial pembukaan oleh Kadis Pariwisata Kab Tegal, pertunjukan Ronggeng pun dimulai. Dua orang penari wanita bergerak gemulai di tengah arena dengan diiringi tembang-tembang yang dilantunkan oleh Sang Sinden. Malam makin larut tapi suasana masih ramai. Penari mulai mengajak beberapa pengunjung ke tengah arena, menari bersama diakhiri dengan memberikan saweran kepada penari.

Ronggeng Semedo

Dua Ronggeng Desa Semedo

Penonton mulai request lagu sementara sebagian lain ribut menyemangati beberapa pengunjung yang malu-malu ketika menari di tengah arena, meski ada seorang bapak sepuh yang dari awal hingga akhir terus di tengah arena memberikan sawerannya.. hm, mungkin Simbah itu habis panen..haha..

Ronggeng Semedo

Pertunjukan Ronggeng di Festival Tanah Tua Semedo

Ziarah ke Makam Bupati Kaloran

Kegiatan Festival Tanah Tua Semedo malam itu diakhiri dengan ziarah ke makam Bupati Kaloran. Yang dimaksud Bupati Kaloran ini adalah Bupati Tegal ke-10 yang dimakamkan di Desa Semedo ini.

Ziarah ini diikuti oleh peserta laki-laki bersama warga desa didampingi tokoh masyarakat / pemuka agama Desa Semedo. Aku tidak bisa menceritakan detil kegiatan ini karena aku bersama-sama peserta perempuan lainnya langsung pulang ke homestay untuk istirahat sekitar pukul 11 malam itu.

Membuka hari di Bukit Pelangi

Keesokan harinya, Minggu 15 September 2019, jam menunjukkan pukul 05.15 ketika kami meninggalkan kenyamanan homestay dan menuju ke Bukit Pelangi (lagi).

Rencananya peserta akan melihat mentari menyingsing di Bukit Sripit yang bersebelahan dengan Bukit Pelangi. Namun sayangnya langit mendung dan Sang Mentari enggan menampakkan diri dari balik awan mendung.

Pagi di Desa Semedo

Pagi yang mendung di Semedo

Tak apalah…kami tetap riang mengawali pagi di Semedo dengan hiking tipis-tipis ke puncak Bukit Sripit, menapaki jalan setapak yang berkelok dan turun naik, di antara hamparan rerumputan yang kuning mengering serta ladang-ladang bera dan tanah pecah-pecah (Bhs Jawa : nela).

Bukit Sripit Semedo

Olah raga pagi, mendaki Bukit Sripit Semedo

Usai naik-turun bukit kami pun kembali duduk manis di bangku bambu panjang depan panggung, menikmati sarapan dengan menu khas ‘Ponggol Purba’ Sambel Sege diiringi lagu-lagu dan musik akustik dari panitia. Ahaay..mantab jiwaaa..mameeen..

https://www.instagram.com/p/B2asZExFVWv/?igshid=yy7s0pbc70hx

Sajian akustikan dari Semedo

Melongok Museum Situs Semedo

Lho..di Semedo ada museum?

Iyaaa…keren sekali ya desa ini. Ada bangunan megah yang kelak akan segera diresmikan sebagai Museum Situs Semedo yang dibangun oleh Pemerintah Pusat. Nah, selain menikmati kuliner, budaya dan kearifan lokal Desa Semedo, peserta juga mendapat kesempatan untuk melihat ke dalam calon Museum Situs Semedo itu.

Museum Situs Semedo

Museum Situs Semedo

Tuuh..keren ya gedung museumnya. Bagaimana dengan isinya? Tak kalah keren tentunya…tapi akan kutuliskan tersendiri ya..hehe..

Nah, Sahabat Lalang Ungu.. itulah cerita pengalamanku mengikuti Festival Tanah Tua Semedo pada 14-15 September 2019 lalu. Acara yang sangat berkesan! Salut untuk penyelenggara yang telah bekerja keras mempersiapkan acara ini. Terima kasih juga kepada Keluarga Bu Harniti untuk keramahan, masakan yang lezat dan tempat istirahat yang nyaman.

Kami bersama Bu Harniti dan Dik Ira putrinya

Sedikit masukan untuk penyelenggaraan selanjutnya, mungkin bisa ditambahkan sesi penjelasan sejarah Tanah Tua Semedo misalnya dari Sesepuh Desa setempat atau kisah penemuan fosil-fosil purbakala secara langsung oleh para penemu yang saat ini masih ada, dll. Dengan demikian lebih kumplit ‘oleh-oleh’ peserta dari Festival ini yang pada gilirannya dapat disebarluaskan dan akan makin memperluas pengenalan masyarakat akan Desa Semedo ini.

Teman-teman ingin ikut merasakan keseruan acara Festival Tanah Tua Semedo juga? Jangan ketinggalan di tahun depan yaa…

62 Comments

Leave a Reply

Required fields are marked *.