Hai, Sahabat Lalang Ungu.. Apa kabar semuanya? Semoga sehat dan bahagia selalu ya. Meneruskan cerita dari Tanah Tua Semedo, kali ini aku akan ceritakan pengalamanku saat berkesempatan sejenak menikmati (calon) Museum Situs Semedo.
Lho, kenapa masih disebut Calon Museum Situs Semedo?
Karena museum yang mulai dibangun Tahun 2015 oleh Dirjen Permuseuman dan Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan terletak di Desa Semedo Kec Kedungbanteng Kab Tegal ini memang belum resmi dibuka. Bila teman-teman dalam waktu dekat ini singgah di sana, dengan izin dari pak Satpam setempat, teman-teman boleh masuk ke area museum ini namun hanya boleh menikmati bagian luarnya saja.
Pemandangan luar area Museum Situs Semedo
Dari luar gedung museum ini tampak gagah dan indah. Ada gambar besar homo erectus di dinding besar bertuliskan ‘Museum Situs Semedo’ sementara di bagian samping kanan ada replika gading berukuran besar dan di halaman depan musem (setelah menaiki anak-anak tangga) terdapat replika Gajah Purba. Ketiga spot ini bisa menjadi tempat pepotoan yang menarik tentunya..hehe..
Ada apa saja di dalam Museum Situs Semedo?
Nah, ketika ada acara Festival Tanah Tua Semedo yang lalu, pada hari ke-2 para peserta mendapat kesempatan untuk masuk ke dalam museum dan menikmati kunjungan singkat ke bagian demi bagian museum ini, diantarkan oleh Satpam Museum.
Pembagian Ruang di Museum Situs Semedo
1. Ruang Tunggu
Memasuki museum ini pengunjung dibatasi jumlahnya yaitu 10 orang per sesi kunjungan. Nah, pengunjung bisa menunggu giliran di ruang pertama yang ada setelah pintu masuk ini. Dari ruang ini pengunjung masuk melalui sebuah lorong menuju tingkat di atas yaitu lokasi ruang-ruang pamer, mulai dari ruang 1 hingga 3.
2. Ruang Pamer 1
Di Ruang Pamer (display area) 1 ini pengunjung dapat belajar tentang : pembentukan alam semesta; kedatangan homo erectus di Nusantara; jembatan darat pada zaman es; dan migrasi out of Africa, melalui infografis-infografis besar yang terpajang di dindingnya.
3. Ruang Pamer 2
Dari foto-foto dan infografis-infografis yang ada di Ruang Pamer / display area 2 ini, pengunjung mendapat wawasan mengenai : persebaran homo erectus di Indonesia; tingkatan evolutif homo erectus; situs Semedo; manusia Semedo; dan bahwa mereka berdampingan hidup dengan fauna yang sangat tua.
4. Ruang Pamer 3
Ruang pamer (display area) 3 adalah ruang pamer terakhir di mana pengunjung dapat menambah pengetahuan tentang budaya homo erectus di Semedo dan menikmati diorama-diorama kehidupan antara 2,4 – 0,22 juta tahun lalu di Semedo.
Tanah Tua Semedo
Sebagaimana sudah kutuliskan di post sebelum ini, bahwa penyebutan Tanah Tua untuk Desa Semedo merujuk kepada ditemukannya fosil-fosil penting dari peradaban yang sangat tua, di daerah ini.
Adalah Pak Dakri seorang petani sekaligus seniman dari Desa Semedo yang pertama kali menemukan artefak alat batu, fosil gigi ikan hiu dan lutut gajah di tahun 1987, saat sedang bekerja di ladangnya. Waktu-waktu selanjutnya ditemukan fosil-fosil lainnya, oleh warga Desa Semedo lainnya yaitu Sunardi, Duman dan Ansori.
Beberapa jenis fauna yang telah teridentifikasi dari situs seluas sekitar 2,5 km2 ini a.l : Penyu (cheloniidae), Buaya (crocodillan), Ikan Hiu (chondrichtyes), Gajah purba (stegodon sp dan elephas sp), Badak (rhinoceros sp), Babi (sus sp), Rusa (cervus sp), Kuda Nil (hexaprotodon sp) dan jenis-jenis Sapi/Kerbau/Banteng (bovidae sp).
Adapun penemuan yang paling menggegerkan adalah fosil tengkorak manusia purba homo erectus di tahun 2011 lalu yang diberi nama Semedo 1 dan telah diteliti oleh Tim Ahli Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran dan disimpulkan telah berusia 700.000 tahun lalu dari kala Pleistosen tengah. Fosil yang ditemukan oleh Dakri di anak Sungai Kawi itu terdiri dari kepingan-kepingan bagian tengkorak kepala. (Sumber : Artikel Kompas – 18 April 2012 – Tengkorak Manusia Purba ditemukan di Semedo).
Saat ini, karena Museum Situs Semedo belum dibuka, sebagian hasil temuan dan informasi tentang Tanah Tua Semedo dapat dilihat di Pondok Informasi yang juga merupakan rumah dari Pak Dakri, Sang Penemu itu. Rumah yang terletak di jalan kecil menuju Bukit Pelangi Semedo ini tidak akan sulit ditemukan.
Demikianlah cerita pengalamanku sejenak menikmati calon Museum Situs Semedo beberapa waktu lalu. Tak sabar ingin datang kembali setelah museum ini resmi dibuka (yang menurut info dari Pokdarwis setempat adalah di Tahun 2020) untuk belajar sejarah di sana. Semoga saja saat itu, akses jalan menuju Museum ini sudah semakin nyaman dan banyak petunjuk-petunjuk jalan sehingga mempermudah wisatawan baik lokal maupun internasional yang akan mengunjunginya. Aamiin..
Baca Juga : Mengenal Rumah Vernakular di Desa Semedo dan Pengalamanku mengikuti Festival Tanah Tua Semedo 2019.
62 Comments
Leave a reply →