Hai Sahabat Lalang Ungu, apa kabar? Semoga senantiasa sehat dan bahagia ya. Setelah beberapa hari absen dari Dunia Maya, kali ini aku akan tuliskan pengalamanku berobat dan menjalani rawat inap di masa pandemi.
Ya, penyebab absenku dari kegiatan keseharian pada beberapa hari lalu adalah karena sakit yang menyebabkanku harus mendapatkan tindakan medis dan menjalani rawat inap di sebuah RS di kotaku.
Bagaimana rasanya sakit di masa pandemi ini?
Amat sangat tidak nyaman!
Itulah yang kurasakan. Ya, tentu saja Sahabat pasti merasakan ketidaknyamanan di saat sakit bukan? Namun sakit di masa pandemi seperti ini seolah berkali-kali lebih besar rasa tak nyaman itu.
Saat kita sakit, selain rasa tak nyaman yang kita rasakan di badan kita akibat kondisi itu, juga tentunya banyak hal yang harus kita pikirkan terkait kondisi kita tersebut. Misalnya pengaruhnya terhadap rutinitas keseharian kita, keluarga kita, tugas dan tanggung jawab kita, pengaruh ke dompet kita dan masih banyak lagi. Nah, di masa pandemi ini segala pikiran dan kekhawatiran itu masih ditambah lagi dengan kekhawatiran terkait penyebaran Covid-19 tentunya ☹️
Di saat kita dihimbau untuk tetap di rumah saja, kondisi kita membutuhkan kunjungan ke pusat kesehatan -yang mana ditakutkan menjadi salah satu pusat penyebaran virus itu- tentu saja wajar bila kita khawatir bukan? Tapi, kita mau tak mau harus melakukannya. Duuh, seperti makan buah simalakama saja … 😢
Sayangi Tubuhmu
Tentunya kita sering mendengar kalimat ‘sayangi tubuhmu’ ini. Menyayangi tubuh kita adalah bagian dari merawat diri yang merupakan salah satu ungkapan / bentuk self love.
Bagaimana cara kita menyayangi tubuh kita? Ada banyak cara tentunya, antara lain dengan memberikan hak tubuh kita.
Berikan Hak Tubuh Kita
Apa saja sih hak tubuh kita itu?
Tentu saja ada banyak hak tubuh kita, beberapa di antaranya adalah sebagaimana yang pernah kubaca dalam suatu tulisan “Cara Mewujudkan Kesehatan bagi Umat Muslim” ada 3 macam kegiatan memberikan hak tubuh yaitu : (1) Senantiasa memelihara kesehatan; (2) Menjaga diri agar penyakit tidak semakin parah; (3) Menghilangkan hal-hal yang membuat sakit.
Menyadari ketiga hak tubuhku sebagaimana tertulis di atas, maka ketika merasakan sesuatu yang tidak beres dengan tubuhku, aku berusaha untuk mendapatkan kepastian penyebabnya dan mengupayakan solusi penanganannya.
Kebetulan salah satu rekan kantorku berlatar belakang kesehatan, sehingga ketika aku berdiskusi dengannya mengenai hal ini, ia sangat mendorongku untuk segera mengunjungi pusat kesehatan dan memastikan kondisiku, tentu saja dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah di masa pandemi ini.
Berobat ke Puskesmas di masa Pandemi Covid-19
Ya, itulah yang selanjutnya kulakukan yaitu mengunjungi Puskesmas yang merupakan Layanan Kesehatan Dasar di mana aku tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
Apa Saja Protokol Kesehatan yang telah diterapkan di Puskesmas?
- Pengunjung harus mengenakan masker. Sebagaimana anjuran untuk mengenakan masker setiap keluar rumah, begitu pula yang kulakukan saat mengunjungi Puskesmas yaitu tak lupa menggunakan masker kain secara benar (menutup hidung DAN mulut). Oya di Puskesmas terdapat spanduk besar bertuliskan hanya pengunjung bermasker yang boleh masuk dan diperiksa di Puskesmas tersebut.
- Pengunjung wajib mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer sebelum masuk Puskesmas. Di luar pintu masuk Puskesmas terdapat tempat cuci tangan portable yang menggunakan pedal kaki untuk membuka keran airnya, dan tersedia sabun cair untuk cuci tangan. Demikian pula di dalam Puskesmas terdapat beberapa botol hand sanitizer yang di tempatkan dengan mudah terlihat dan terjangkau oleh pengunjung.
- Menjaga jarak aman minimal 1 meter dan tidak membuat kerumunan. Ada yang berbeda dengan suasana di Puskesmas kemarin itu, dibandingkan kondisi sebelum pandemi. Kalau dulu tempat pendaftaran dan ruang tunggu pasien ada di ruang dalam Puskesmas, saat ini berbeda. Antrian pendaftaran di teras Puskesmas dengan bangku-bangku berjarak, pengunjung dipanggil masuk sesuai nomor antrian per 10 nomor. Sehingga saat di dalam Puskesmas pengunjung menunggu antrian periksa tidak dengan berjubel.
- Pemeriksaan Suhu Badan Pengunjung Puskesmas. Sebelum masuk Puskesmas semua pengunjung diperiksa suhu badannya. Petugas yang menggunakan APD + faceshield & masker medis.
Nah, berdasarkan pemeriksaan di Puskesmas tersebut, aku mendapat rujukan ke RS untuk pemeriksaan lanjutan.
Berkunjung ke Rumah Sakit di Masa Pandemi Covid-19
Sebagaimana di Puskesmas, protokol kesehatan pandemi Covid-19 juga telah diterapkan di RS yang kutuju keesokan harinya, antara lain sbb:
- Sebelum masuk RS setiap pengunjung diperiksa suhu badannya dan membersihkan tangan dengan hand sanitizer yang sudah disediakan di depan pintu masuk.
- Kursi-kursi yang ada diberi tanda untuk pengaturan jarak pengunjung.
- Semua petugas menggunakan APD dan masker, dan para petugas yang berhubungan langsung dengan pengunjung RS menggunakan face shield sebagai pelindung tambahan.
- Pada meja petugas yang langsung berhubungan dengan pengunjung RS terdapat tambahan plastik pembatas, termasuk di meja dokter di ruang poliklinik.
- Tidak semua poli dibuka setiap hari dan dilakukan pembatasan jumlah pengunjung pada poli yang buka.
- Setelah jam pelayanan poli selesai (jam 12 siang) pintu utama RS ditutup dan pintu yang dibuka adalah di UGD dan di TPPRI (tempat pendaftaran pasien rawat inap)
Menjalani Rawat Inap di Masa Pandemi
Hasil pemeriksaan dari dokter di Poli Bedah waktu itu, aku harus menjalani tindakan medis di RS tersebut. Waktu itu aku diberi kesempatan seminggu untuk berpikir dan berembug dengan keluarga terlebih dahulu.
Memesan Kamar Perawatan
Seminggu kemudian setelah berdiskusi dengan keluarga aku pun memutuskan untuk menjalani tindakan medis / operasi tersebut, namun ketika itu tidak bisa langsung opname / rawat inap karena kondisi kamar yang penuh. Rupanya saat itu belum semua kamar perawatan dioperasionalkan sebagaimana biasa sehingga harus melakukan inden / pemesanan kamar terlebih dahulu.
Hari kedua setelah memesan kamar, Alhamdulillah aku mendapat telepon dari RS tersebut berupa pemberitahuan bahwa sudah ada kamar yang dapat dipergunakan sesuai kelas yang kupesan. Maka hari itu juga aku masuk ke ruang perawatan dan bersiap untuk menjalani operasi keesokan harinya.
Aturan Penjaga dan Pengunjung Pasien Rawat Inap
Salah satu aturan baru di RS terkait kondisi pandemi ini adalah bahwa untuk pasien rawat inap hanya diperbolehkan dijaga oleh 2 orang secara bergantian dan TIDAK BOLEH ada kunjungan pasien / besuk.
Hm, Alhamdulillah pasien masih diperbolehkan untuk dijaga keluarga meski hanya 1 orang, karena pasien akan sangat kesulitan bila hanya mengandalkan dukungan penjagaan dari perawat karena keterbatasan personilnya. Sebagai gambaran di kelas tempat aku menginap kemarin tiap shift perawat 2-3 orang sementara jumlah maksimal pasien di kelas tersebut 11 orang.
Pengalaman Operasi dengan Anestesi Separuh Badan
Keesokan harinya, sekitar jam 9 pagi aku mulai menjalani operasi dimaksud, yang ternyata sebagian prosedurnya berbeda dari operasi yang pernah kujalani sebelumnya.
Baca Juga : Pengalaman Opname Yang Pertama
Jika pada operasi yang pernah kujalani sebelumnya (sekitar tahun 2013) aku mendapatkan anestesi / bius total, pada operasi kali ini hanya bius sebagian (pinggang ke bawah) mungkin karena operasi kali ini termasuk operasi sedang saja.
Bagaimana rasanya operasi dengan bius sebagian saja?
Aneh!
Haha..iya, buatku aneh dan lebih membuat deg-degan karena selama tindakan medis berlangsung di ruang operasi itu, aku sadar sepenuhnya, meskipun ada sekat kain yang membuatku tidak bisa melihat langsung tindakan tersebut. Maka akupun membaca dalam hati segala macam doa yang kuketahui untuk menenangkan hati selama pelaksanaan operasi itu.
Sekitar 1 jam operasi berlangsung, sesudahnya aku langsung dijemput untuk diantar kembali ke ruang perawatan. Tidak perlu menunggu siuman di ruang pemulihan seperti operasi sebelumnya.
Nah, di situlah aku merasakan perbedaan lagi dari pasca operasi sebelumnya, yaitu mati rasa di tubuh bagian pinggang ke bawah. Aneh sekali rasanya menjalani 4-5 jam berikutnya dengan separuh tubuh mati rasa begitu. Tak bisa tidur, tapi juga tak bisa ngapa-ngapain. 😢
Saat itulah aku merasa benar-benar bersyukur kondisi itu hanya sementara. Ya sudah jamak ya bila kita baru merasakan nikmat sehat di kala sakit, merasakan nikmat tubuh utuh dikala sebagian tubuh kita tak terasa utuh. Benar-benar suatu pelajaran yang dapat ku petik hikmahnya.
Alhamdulillah aku tidak perlu berlama-lama di RS. Hari kedua pasca operasi (atau hari keempat rawat inap) aku sudah diperbolehkan pulang. Pemulihan selanjutnya di rumah saja. Syukurlah.
Dan saat menuliskan pengalaman ini sekali lagi aku bersyukur atas nikmat sehat selama ini, bersyukur atas kelancaran operasi kemarin, bersyukur punya keluarga yang berfungsi sebagai support system terbaik dan tentunya juga bersyukur atas doa dan perhatian yang banyaaaak sekali kudapatkan dari sahabat-sahabat. Maturnuwun sahabat-sahabat tersayangku 😘 Alhamdulillah.. Sungguh karunia berharga dari-NYA.
Salah satu bentuk syukurku adalah janji pada diri sendiri untuk lebih pandai merawat diri, menjaga kesehatan jiwa raga dan juga menerapkan self love dengan benar. Self love di sini bukan semata mencintai diri sendiri lebih dari orang lain namun mencintai diri sendiri dengan lebih melibatkan aspek menyadari diri sendiri, menghargai diri sendiri, percaya diri dan peduli pada diri sendiri.
Cara Mengasah Self Love
Dalam artikel di Kompas(.)com yang kubaca kemarin, disebutkan juga cara mengasah self love yang dapat kita terapkan dalam keseharian kita, yaitu :
- Berkesadaran. Dengan berkesadaran memperhatikan diri sendiri, kita jadi lebih mengenal dan tahu apa yang terbaik bagi diri kita sendiri.
- Kebutuhan bukan keinginan. Berikan yang terbaik bagi diri sendiri, apa yang kita butuhkan bukan apa yang diinginkan.
- Rawat diri dengan baik. Penuhi kebutuhan dasar dan berkualitas untuk diri sendiri, a.l : nutrisi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup dan rawat juga relasi sosial.
- Tegas pada batasan. Perlu tegas dalam menetapkan batasan, berlaku dalam pekerjaan, cinta ataupun kegiatan lain yang dapat mempengaruhi fisik dan mental kita.
- Lindungi diri sendiri. Lindungi diri kita dari orang atau lingkungan yang membuat kita merasa tidak nyaman.
- Maafkan diri sendiri. Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Dengan memaafkan diri sendiri kita justru dapat tumbuh dan belajar dari kesalahan yang pernah kita buat
- Punya tujuan hidup. Dengan adanya tujuan hidup realistis yang sudah kita tetapkan, kita lebih nyaman menjalani hidup dan ada semangat untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Nah Sahabat Lalang Ungu, itulah sedikit catatan tentang self love. Bagaimana dengan kalian sahabat, sejauh mana kalian terapkan self love kepada diri kalian? Yuk bagi kisahnya di kolom komen ya.. Terima kasih ..
***
Sumber bacaan :
- Dalil dan hadits tentang kesehatan dan cara menjaganya menurut Islam [Brilio(.)net, 13Mei 2020]
- Apa itu self love? [Kompas (.) com, 8 Maret 2020]
Pingback: Bila Dr Reisa Broto Asmoro Serukan New Normal Life, Sudah Siapkah Kita? |
Pingback: 5 Hal Penting Yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Rawat Inap |