“Hai semua…pohon kesayangan kita rungkat baru saja…” 😭😭😭
Sebuah foto dan chat kakak dalam WAG keluarga kami di penghujung bulan Juni lalu cukup menghebohkan.
Yang pertama kami cari tahu saat membaca kabar itu adalah kondisi kakak sekeluarga saat itu dan apakah robohnya pohon tua itu menimbulkan kerusakan rumah kami maupun tetangga terdekat?
Alhamdulillah, kakak mengabarkan bahwa semua anggota keluarga baik-baik saja, tidak ada korban jiwa, hanya kerusakan di bagian teras samping, tanaman2 dan juga kabel listrik maupun telepon yang putus. Kami sangat bersyukur pohon besar itu roboh ke arah yang aman..
Baru kemudian kami mencerna lebih dalam berita dari kakak dan merasakan kehilangan. Rungkatnya pohon besar itu cukup mencengangkan. Pohon yang tumbang itu adalah pohon Nangka, entah sudah berapa umur tepatnya kami kurang tahu. Yang jelas pohon Nangka itu sudah cukup besar ketika kami mulai menghuni rumah di Tegalsari Semarang itu -sekitar awal tahun 1976- setelah kepindahan kami dari Salatiga.
Waktu berlalu dan pohon itu makin besar. Lengan-lengan kami tak lagi bisa memeluknya penuh. Sampai saat terakhir perlu lengan 2 orang dewasa untuk melingkari pokok pohonnya. Ia tumbuh membesar sebagaimana besar kenangan akan keriaan masa kecil kami.
Ya, pohon Nangka itu telah menjadi bagian dari cerita keluarga kami sejak awal kepindahan kami. Kenangan masa kecil kami berlima tak lepas dari keseruan bermain di bawah pohon itu. Rumah dengan pohon nangka besar, begitu selalu ancer-ancer yang kami berikan bila ada yang menanyakan rumah kami.
Setara dengan bentuk fisiknya yang besar, pohon nangka kami ini pun hampir selalu berbuah lebat sehingga tak hanya kami konsumsi sendiri namun juga dibagi-bagikan ke tetangga sekitar. Daging buahnya berwarna oranye, tebal dan manis. Bahkan dami/damen-nya pun tebal dan manis! 😋
Baca juga : Pohon Kenangan di Rumah Masa Kecil
Apa itu Rungkat?
Dan sekarang, pohon kesayangan kami sudah tak ada. Rungkat tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Oya, untuk teman-teman yang belum tahu, rungkat adalah istilah dalam bahasa daerah kami (Jawa), yang artinya tumbang/roboh dan tercerabut hingga ke akarnya. Kalau dalam bahasa daerah kalian, apa istilahnya?
Biasanya pohon rungkat saat hujan angin besar, karena pengaruh air yang melembekkan tanah sekitar pohon dan angin kencang seakan menggoyang pohon itu. Kejadian hujan-angin besar entah sudah tak terhitung menimpa pohon Nangka kami, dan ia tetap tegak selama ini dan sama sekali tak pernah membahayakan jiwa. Saat kejadian kemarin, tidak sedang hujan atau angin besar.. Mungkin memang sudah waktunya saja..
Tentu saja ada ‘cerita-cerita’ dari tetangga kanan-kiri yang terkait dengan peristiwa ini, namun kami tetap yakin bahwa peristiwa itu semata terjadi karena memang pohon sudah tua. Bukan pertanda apapun.
Sedih memang, tapi apa mau dikata. Dalam hidup kita harus siap melepaskan. Merelakan yang sudah saatnya pergi. Dan rasa sedih atas kehilangan pohon itu, makin tak ada artinya dibanding rasa sedih yang kami rasakan atas kehilangan lain yang kami alami kemudian. Rasa sedih dan kehilangan amat sangat saat ini sedang kami rasakan atas berpulangnya ibu kami tercinta, pekan lalu. Kembali kami harus belajar mengikhlaskan, meski pelajaran kali ini jauuuh lebih berat 😭😭😭😭
Ingin menuliskan banyaaak hal terkait ibu dan kepergian beliau ke pangkuan Illahi, namun rasanya belum sanggup. Biarlah kuendapkan dulu semua rasa ini..
Sahabat Lalang Ungu, demikian sekilas berita tentang rungkatnya pohon nangka kesayangan kami. Kalian punya pohon kesayangan juga kah? Pohon apa? Yuk, bagi ceritanya di kolom komen ya.. Terima kasih..
Pingback: Kala Anggrek Pertamaku Berbunga - LALANG UNGU