LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Sekelumit Catatan Tentang Berduka

| 42 Comments

Writing is Healing

k.o.s.o.n.g

Deretan 6 huruf 11 karakter itu pernah menghiasi status whatsapp ku pada 10 Juli 2021. Gambaran sebuah perasaan yang sore itu memenuhi hatiku, sepulang kami mengantar Ibu ke peristirahatan terakhir beliau.

Saat sampai kembali di rumah sore itu, melihat kursi teras tempat Ibu biasa duduk berjemur kala pagi, sofa panjang di ruang tamu yang sering jadi tempat istirahat favorit Ibu di siang hari, dan terutama saat melihat kamar tidur Ibu yang tak lagi berpenghuni…langsung saja perasaan kosong itu memenuhi hatiku, bersicepat dengan rasa rindu menyerbu dan tentu saja…pada akhirnya membuat banjir di mataku… 😭😭

Sore itu, merasa perlu mengurangi beban di hati dan gawai sedang dalam genggaman, maka medsos menjadi pelampiasanku. Kutuliskan satu kata di status WA dan sebait rindu dan kekosongan di FB dan Twitter. Ya ampuun…maafkan ke-lebay-anku..

Setelah menuliskannya aku merasa lega. Semacam rasa lega yang kurasakan tiap kali usai banjir air mata. Tujuan tulisan itu adalah pada diriku sendiri, terus terang aku tak memikirkan akan bagaimana respon orang membacanya. Bahkan tak peduli akan hal itu.

Namun ketika hari berganti dan membaca respon sahabat dan kerabat atas status itu, ada rasa hangat di hati yang menguatkanku. Menyadarkan bahwa aku tidak sendiri, ada sahabat-sahabat baik di sekelilingku yang menguatkan lewat lisan, tulisan ataupun pelukan virtual. Alhamdulillah..

Writing is healing. Aku sering membaca ataupun mendengar tentang hal itu. Dan aku percaya, karena sebelumnya hal ini pun ampuh untukku. Sudah banyak keruwetan hatiku yang terurai dengan cara ini, dan mungkin begitu pula dengan pelepasan beban hati di saat ini.

Aku memang belum sanggup menulis banyak-banyak, terutama tentang Ibu dan perasaan kehilangan ini. Namun aku harus memulai, dan tulisan ini adalah salah satu caraku memulai menerima dan mengikhlaskan kepergian beliau.

Berdamai Dengan Duka

Waktu berlalu, ruang kosong di hati ini masih sangat terasa. Air mata masih sering mengalir saat teringat kenangan-kenangan bersama Ibu, hal-hal remeh dan terutama saat rasa kangen kepada Ibu kembali menyerbu.

Kenangan bersama Ibu

Salah satu kenangan bahagia : senyum Ibu di September 2016

Wajarkah hal seperti ini? Aku tak tahu, aku hanya sedang mengalir saja…

Seperti menjawab rasa gamangku, Tuhan memberi penghiburan bagiku melalui sebuah tulisan. Ya, beberapa waktu lalu saat inguk-inguk  twitter, tak sengaja kumenemukan sebuah utas dari psikiater Jiemie Ardian (@jiemiardian) yang membahas tentang ‘berdamai dengan duka’ -eh ini sih istilahku saja ya, hehe- yang kurasakan pas banget untukku sehingga kuminta izinnya untuk menyimpan kutipan utas itu di blog ini, sebagai penguat hati-hati yang sedang kehilangan, minimal hatiku.

Berikut ini kutipan dari utas beliau:

Duka Itu Wajar

Kehilangan memang memunculkan duka. Sekalipun rasanya tidak menyenangkan, dan kita tidak menyukai sensasi ini, tapi ini wajar. 

Namun ada gambaran di masyarakat bahwa setelah kehilangan seseorang harus nampak kuat, tersenyum dan bahagia, segera move on dan kembali ke kehidupan. Gambaran ini seringkali tidak realistis dan memberi beban tambahan bagi orang yang sedang berduka.

Duka Itu Tanda

Duka adalah tanda kalau kita kehilangan sosok penting. Justru rasa sakit ini menegaskan kalau hubungan sebelumnya ini berharga buatmu. 

Ga Perlu Bermakna

Gak perlu ada makna, kebijaksanaan, positiv quote dan nilai. Kamu sedang berduka, biarkan dirimu memproses rasa sakit ini dulu saja. 

Terutama di fase awal berduka, nggak perlu sibuk mencari makna dan keindahan di balik kehilangan.

Ya..segala sesuatu memang ada masa expired-nya. Demikian juga dengan duka ini, mungkin tak akan pernah hilang seutuhnya -seperti duka-dukaku atas kehilangan-kehilangan sebelumnya- mungkin hanya akan memudar dan tak sekental saat ini, entahlah…apapun itu dan kapanpun itu terjadi kujalani saja dengan sewajarnya.

Sahabat Lalang Ungu, terima kasih sudah membaca curcol kali ini.. Oya, boleh mohon tips mengelola duka? bagi pengalamannya di kolom komen yuuk.. Terima kasih..

42 Comments

Leave a Reply to mechtadeera Cancel reply

Required fields are marked *.