Hai Sahabat Lalang Ungu…beberapa hari terakhir ini, terasa semakin panas cuacanya ya.. Sempat hujan sebentar beberapa malam lalu, tapi setelah itu belum lagi turun air hujan membasahi bumi. Tak hanya kita, tanaman-tanaman pun terlihat merana…
Namun meskipun sering nggresah / mengeluh karena cuaca yang lumayan ekstrim kali ini, aku tetap merasa sangat bersyukur kami mempunyai tempat nyaman untuk berteduh setiap harinya. Ya, setiap kali masuk rumah dari bepergian..terasa sekali betapa nikmatnya, apalagi akhir-akhir ini. Alhamdulillah..
Pulang kantor di ujung hari adalah hal yang rutin kujalani bertahun-tahun ini, namun baru beberapa hari lalu aku merasa sangaaat senang ketika menuju rumah di siang hari nan terik dan dari kejauhan telah terlihat lokasi rumahku yang ditandai dengan pohon-pohon rimbun di depannya 😍
Rasanya plong.. Legaaa sekali sebentar lagi sampai rumah, dapat berteduh dari terik, mengistirahatkan badan setelah seharian wira-wiri melaksanakan tugas sehari-hari, kembali menikmati kenyamanan oasis kami.
Dan siang ini, sambil leyeh-leyeh di sofa ruang tamu dan menikmati semilir angin dari pintu yang terbuka lebar, kulihat pohon Jambu yang merupakan salah satu dari beberapa pohon yang berjasa meneduhkan halaman kami. Langsung aku teringat alm bapak yang telah menanamnya belasan tahun lalu dan kembali kubersyukur karenanya dan menuangkan rasa syukur itu dalam tulisan ini.
Waktu pohon itu masih kecil (baru beberapa tahun di tanam sebagai tabulampot) sebenarnya di pinggir jalan depan rumah kami telah ada 3 pohon akasia yg lumayan besar (ditanam sejak awal perumahan ini di bangun). Ketiga pohon itulah menjadi peneduh rumah kami yang menghadap ke barat dan selalu panen sinar matahari sejak pagi hingga sore.
Namun suatu saat jalan akan diperlebar, dan ketiga pohon itu ditebang! Duuh..sedih.. Masih teringat alm bapak sempat agak marah karena permintaannya menyisakan 1 pohon pun tak terpenuhi. Akibatnya Tabulampot Jambu pun dibongkar dan pohon Jambu Air itu beliau tanam langsung di tanah tepat di sisi pagar bagian dalam halaman kami. Disusul beberapa waktu kemudian ditanamnya beberapa pohon buah lagi di bagian lain halaman kami dengan tujuan utama sebagai peneduh, syukur-syukur dikonsumsi buahnya.
Dan bertahun kemudian, kami ngunduh manfaat dari hobi berkebun bapak-ibu. Saat ini, kami sangat bersyukur dengan keberadaan pepohonan itu. Pohon-pohon Mangga, Jambu Air, Belimbing Demak dan Belimbing Wuluh untel-untelan tumbuh besar di halaman kecil kami. Meneduhkan halaman, menaungi tanaman sayuran maupun tanaman hias kesayangan ibu yang juga kami rawat di halaman mungil kami itu. Apalagi saat kemarau begini…sungguh sangat bersyukur dengan nikmat-Nya melalui oasis yang diciptakan ayah-ibu kami.
Ada nggak sih hal tak menyenangkan punya banyak pohon?
Oh tentu saja ada! 😁
Mau menikmati manfaatnya tentunya harus mau pula menerima resiko / konsekuensinya bukan?
Salah satu yang cukup membuat pegel adalah harus rajin menyapu rontokan daun yang seolah tak ada habisnya! Hahaha… Ya, makin besar pohon tentunya dia makin banyak memproduksi ‘sampah’ : daun-daun kering, buah-buah rontok, dll. Tidak kenal waktu. Pagi-siang-sore-malam, kalau memang sudah waktunya daun gugur ya gugur saja. Walhasil, halaman tidak pernah terbebas dari pemandangan daun kering berserakan!
Tapi tak apa..itu memang salah satu konsekuensi yang harus dijalani karena memilih menanam pohon dan bukannya menghias rumah dengan pohon palsu/pajangan. Konsekuensi lain adalah menjadwalkan perawatannya agar tumbuh baik namun tetap tidak menggangu lingkungan, antara lain dengan pemangkasan tajuk agar tak mengganggu kabel-kabel umum.
Oya, nikmat lain dengan adanya banyak pohon ini, kami jadi punya banyak kesempatan berbagi. Terutama dari pohon Mangga yang hampir selalu berbuah melimpah. Bukan hanya tetangga kanan-kiri saja, alhamdulilah sudah lebih banyak lagi. Pohon Belimbing Wuluh juga sudah bisa panen beberapa kali nih, sayang untuk Jambu Air dan Belimbing sampai saat ini buahnya belum layak dibagikan.
Begitulah…hobby bertanam dari ayah-ibu telah terbukti membawa banyak manfaat bagi keluarga kami. Maturnuwun, Bapak Ibuk… Kami berjanji akan terus berusaha agar rumah dan halaman kita tetap bisa hijau lestari meskipun bapak ibu sudah tiada. InsyaAllah rumah kita akan tetap bisa selalu menjadi oasis penyejuk hati: kini, esok dan selamanya. Aamiin…
29 Comments
Leave a reply →