Rencana reuni itu sudah kudengar beberapa bulan yang lalu, namun keputusan untuk menghadirinya memang baru kuputuskan di hari terakhir pendaftaran, yang hanya beberapa hari sebelum acara akan dilaksanakan. Selain karena ada beberapa jadwal kegiatan dinas yang harus kupastikan terlebih dahulu, juga karena akhir-akhir ini sebenarnya aku masih merasa kurang nyaman bertemu banyak orang. Beruntung salah satu sahabat meyakinkanku untuk hadir, sebuah keputusan yang tidak kusesali bahkan kini kusyukuri.
Oya, acara yang kumaksud itu adalah reuni akbar 35 tahun angkatan kuliah kami di Kampus Hijau Bogor. Iya betul..35 tahun! Memang sudah setuwir itulah kami..wkwkwk… Kami dari angkatan 23, sementara saat ini angkatan terbaru di kampus itu sudah 58. Kalau dulu kami pertama kali berkenalan sebagai anak-anak muda yang idealis, penuh cita-cita tentang masa depan yang gemilang, maka saat ini kami bertemu kembali sebagai emak-emak dan bapak-bapak (bahkan sebagian juga sudah berstatus kakek-nenek) dengan berbagai kenangan indah dari masa muda nan gemilang 😀
Begitulah, akhirnya pada akhir pekan ke-3 di Bulan Juli kemarin lalu aku kembali bersua dengan kota kenangan dan sahabat-sahabat masa kuliah, dan kisahnya akan kutuliskan di sini ya..
Lepas Rindu dengan Sahabat-sahabat Lama
Ya, memang inilah inti dari semua kegiatan reuni itu ya : melepas rindu dan mengenang kembali pengalaman-pengalaman yang pernah dilakukan bersama.
Karena ini adalah reuni satu angkatan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) -yang terdiri dari 10 kelas/kelompok dengan masing-masing kelompok jumlah mahasiswa lebih dari 100 orang- maka meski tidak semua bisa hadir tetaplah jumlah yang hadir kemarin mencapai angka ratusan. Riuuuh..sejak pagi hingga menjelang sore… 😁
Keseluruhan acara berjalan dengan meriah, ada games antar kelompok, nyanyi bareng lagu-lagu nostalgia, dan masih banyak acara lagi yang seru. Tapi..aku lebih banyak mojok dengan beberapa sahabat lama, menuntaskan rasa rindu dengan berbagi cerita seru.
Acara lepas kangen dengan sahabat-sahabat lama berlanjut malamnya, ngumpul rame-rame di kamar hotel kami, ngobrol ngalor-ngidul sambil haha-hihi hingga kantuk menjelang😊
Napak Tilas Sudut-sudut Kenangan
Tentunya belum puas datang reuni sekolah kalau belum menengok kembali beberapa sudut kampus yang penuh kenangan, bukan?
Panitia reuni sebenarnya sudah mengagendakan acara napak tilas sudut-sudut kenangan di kampus Baranangsiang dan juga kunjungan ke tempat kuliner khas nya, bertajuk acara Bring Back Memory Tour sehari sebelum acara reuni akbar digelar, namun sayang aku tak bisa ikut acara ini karena masih kerja, hehe..
Maka sesaat sebelum dan setelah acara reuni akbar di Sabtu 23 Juli 2022 kemarin aku ditemani Ai -sahabatku sekelompok & sejurusan- kami menyempatkan diri jalan-jalan seputar kampus lama Baranangsiang. Aah..memang sudah sangat banyak perubahan yang terjadi selama 35 tahun ini, hanya menyisakan beberapa sudut yang masih sama seperti saat kami belajar di sana dulu.. 😢
Jalan-jalan napak tilas kampus dilanjut keesokan harinya. Diawali dengan traktiran sarapan bubur ayam di sudut Jl Malabar -yang sekarang bernama Jl. Prof. Dr. AH Nasution- bersama sebagian teman-teman Arga Citra 23 kami pun mengayun langkah sambil ngobrol-ngobrol mengenang kejadian-kejadian saat masih berstatus mahasiswa.
Membeli Oleh-oleh Khas Bogor
Sebenarnya ada beberapa kuliner khas Bogor yang ingin kembali kucoba, terutama kuliner yang menjadi kesukaan saat masih tinggal di sana dulu : Toge Goreng, Batagor belakang kampus, Sate Taman Kencana, Es Doger ‘DPR’, Asinan, Rujak Jagung, dll.
Sayangnya karena aku telat nyampai Bogor akibat ‘drama travel’ dan juga malamnya hujan sehingga tidak bisa kemana-mana, walhasil hanya bisa menyempatkan diri ke Sukasari sebelum pulang, untuk membeli Asinan Bogor dan Roti Unyil yang menjadi ikon oleh-oleh khas Bogor. Terima kasih Teh Ria yang sudah menemani.. 😊
Wow..ternyata antrean pembeli di Roti Unyil sudah mengular meski jam baru menunjukkan pukul 7.30 ketika kami sampai di tokonya. Ok deh, terpaksa skip rencana jalan-jalan kulineran setelah beli oleh-oleh karena jam 10 jadwal jemputan travel di hotel 😁
Gak bisa lama-lama.. Pokoke sudah dapat beberapa asinan buah dan sayur kesukaan, juga paketan roti unyil pesanan adik, maka kami pun segera pulang kembali ke hotel menumpang angkot ijo 09 untuk bersiap pulang ke kota kami masing-masing.. 😁
Drama Travel
Nah..selain kemeriahan reuni dan keseruan napak tilas bersama teman-teman yang merupakan pengalaman menyenangkan, sebenarnya ada pengalaman tak menyenangkan di akhir pekan waktu itu, yaitu perjalanan Pekalongan-Bogor PP yang kusebut saja di sini sebagai ‘drama travel’.
Moda transportasi dari kotaku ke Bogor sebenarnya cukup beragam, bisa menggunakan Kereta Api, bus atau travel. Dari ketiganya, jujur yang paling kusuka naik KA, sayangnya hanya bisa sampai Jatinegara lalu lanjut KRL ke Bogor dan jadwal KA kurang sesuai dengan waktu yang kubisa.
Adapun untuk bus hanya ada jadwal pemberangkatan malam dari kotaku, dengan perkiraan sampai Bogor dini hari, dan aku merasa was-was mencari angkutan ke hotel pada waktu dini hari begitu. Ah, jadi ingat saat kuliah di Bogor, bus adalah moda transportasi andalanku saat mudik.
Pilihan akhirnya jatuh ke travel, yang meskipun waktu keberangkatan dan perkiraan sampai sampai sama dengan bus, tapi ada fasilitas antar sampai tujuan, sehingga menurutku relatif aman dan nyaman meski sampai dini hari.
Tapi rencana tinggal lah rencana.. Kenyataan yang terjadi tak seindah rencana..hehe..
Saat berangkat ke Bogor, penjemputan terlambat. Dari jadwal jam 7 malam, armada travel baru menjemputku sekitar jam 9 malam, dan itu penjemputan pertama. Artinya, masih harus menjemput ke penumpang-penumpang lainnya dengan lokasi beragam.
Sekitar jam 12 malam baru menyelesaikan penjemputan terakhir di Pemalang, lalu capcus menuju Bogor. Eh..setidaknya, begitulah yang kukira..
Ternyata, hanya aku dan 1 penumpang lain yang akan turun di Bogor, 5 lainnya di Cikarang dan Bekasi. Sampai Cikarang sekitar jam 5 pagi…muter-muter cari alamat yang dituju karena penumpang itu tidak tahu pasti alamat tujuan. Mengandalkan arahan dari anaknya di alamat yang dituju, via telpon.
Kejadian itu berulang di alamat-alamat tujuan berikutnya di Bekasi : penumpang tidak tahu alamat tujuan, mengandalkan arahan via telepon! Waktu terus berlalu, hingga akhirnya aku mengingatkan sopir bahwa sudah hampir jam 7 pagi masih di Bekasi sementara harusnya sudah sampai di Bogor sekitar subuh.
Setelah berembug dengan penumpang terakhir Bekasi, akhirnya sopir memanggil mobil online untuk mengantar mereka sampai tujuan sementara kami lanjut ke Bogor, sekitar jam 8 pagi dan akhirnya aku sampai tujuanku jam 9-an..telat 5 jam-an dari perkiraan semula.
Drama travel babak kedua dimulai pada hari Minggunya. Menurut jadwal jam 10 penjemputan, ternyata hampir jam 12 baru tiba travelnya, itupun setelah petugas hotel turun tangan mengarahkan jalan menuju hotel kepada sang sopir. Seperti saat berangkat, itu juga penjemputan pertama.
Perjalanan selanjutnya relatif lancar, menjemput 3 penumpang lain di Jakarta lalu masuk tol menuju kota kami. Perkiraan sekitar jam 7 malam aku sampai rumah.
Namanya juga perkiraan yaaa…jadi kalau meleset ya mau gimana lagi! hahaha.. Tanpa tanda-tanda sebelumnya, selepas maghrib masih di jalan tol, tiba-tiba kami mencium bau minyak tanah!
Sopir mengkonfirmasi bahwa itu bau solar, lalu segera menepi. Dan begitu mobil berhenti, mesin mati, tak bisa hidup lagi saat distarter!
Ok, terus terang kami agak panik sebenarnya.. Maklum, kami 3 penumpang ibu-ibu ini nggak ngerti mesin. Segera kami turun dan agak menjauh dari mobil, karena terus terang kami takut kalau mobil terbakar/kenapa-kenapa.
Ternyata selang solar bocor kata sopir setelah melakukan pemeriksaan bersama satu-satunya penumpang laki-laki. Waduuh.. alamat lama nih.., pikirku saat itu.
Aku sempat mengabarkan kejadian itu dan share loc ke WAG keluarga. Ndilalah, lokasi mogok di jalan tol setelah pintu Pejagan Brebes. Kebetulan kakakku tinggal di Brebes, dan malam itu sedang ada di rumahnya.
Setelah telpon-telponan memastikan lokasi, akhirnya kakakku ditemani sulungnya menjemputku ke lokasi, lalu aku dan 2 orang ibu penumpang lain melanjutkan perjalanan diantar kakakku. Setelah sebelumnya mengantar kedua ibu itu ke rumah mereka masing-masing di Pemalang, kami lanjut perjalanan ke Pekalongan dan sampai rumah sekitar jam 11 malam. Alhamdulillah..
Pelajaran dari drama travel ini antara lain: (1) sebagai penumpang travel, pastikan tahu alamat tujuan, sehingga tidak mempersulit pengantaran, syukur-syukur bisa share loc ke sopir sehingga mempercepat waktu pencarian alamat. (2) armada travel pastikan kendaraan dalam kondisi baik dan selalu sedia peralatan lengkap untuk hadapi kendala mesin/lainnya. (3) ada aturan yang jelas menangani permasalahan seperti ini, misal ganti rugi kepada penumpang atau ganti armada.
Sahabat Lalang Ungu, itulah ceritaku tentang reuni dan drama 2 babak yang menyertainya.. Punya pengalaman serupa? yuk bagi kisahnya di kolom komen yaa..
23 Comments
Leave a reply →