Hai Sahabat Lalang Ungu, semoga selalu sehat dan bahagia ya.. Setelah kemarin menuliskan catatan jalan-jalan hari kedua di Turki, kali ini aku akan ceritakan pengalaman jalan-jalan di hari berikutnya ya.. Tepatnya dari daerah Pamukkale ke Denizli dalam perjalanan menuju Cappadocia.
Menyambut Pagi di Pam Thermal
Sabtu, 4 Mei 2024 kami terbangun dari tidur yang nyaman malam sebelumnya. Alhamdulillah, rasa penat sisa perjalanan hari sebelumnya sudah tak ada lagi dan kami siap menjalani hari dengan hati gembira.
Setelah siap-siap di kamar, kami pun keluar kamar menuju resto hotel untuk sarapan pagi. Oya, aku suka dengan suasana di Pam Thermal Hotel yang menjadi tempat istirahat kami malam itu. Hotelnya terdiri dari gedung-gedung terpisah yang mereka sebut blok-blok, yang dikelilingi taman-taman asri dengan bunga-bunga cantik dan pepohonan menghijau.
Oya, ada juga kolam air panas yang bahkan dari kejauhan sudah terlihat uap air di atasnya… Udara yang sejuk dan suasananya sungguh mengingatkan kami dengan suasana khas daerah wisata air panas di Guci – Tegal, hehe.
Beres sarapan, siap-siap masuk ke Bus dan kami memulai perjalanan hari ketiga di Turki, meninggalkan Pamukkale menuju Cappadocia dengan singgah di beberapa tempat di Prov Denizli itu.
Perhentian pertama hari itu adalah di sebuah toko tempat kita bisa berbelanja keperluan rumah tangga dari tekstil antara lain scarf, pakaian dan keperluan rumah tangga lainnya seperti handuk, selimut, taplak meja, korden, dll.
Salah satu yang unik di sini ada handuk yang dibuat dari serat bambu, tidak hanya cantik namun juga halus dan sangat menyerap air. Scarf-nya cantik-cantik euy, bikin kalap dan bingung milih buat oleh-oleh keluarga 😍
Kaklik Cave: The Hidden Underwater Pamukkale
Goa Kaklik atau Kaklik Cave yang kami kunjungi berikutnya terletak di distrik Honaz Provinsi Denizli, yang juga dikenal sebagai the hidden underwater Pamukkale, karena adanya formasi travertine seperti di Pamukkale yaitu bentuk khas batuan mengandung mineral karbonat yang terbentuk oleh pengaruh air panas alami.
Kami menyusuri bagian dalam goa melalui tangga batu dan jembatan kayu yang ada, kita dapat menyaksikan bentuk-bentuk cantik bebatuan di hamparan, dinding maupun atapnya. Suasana remang-remang khas goa dengan suhu lingkungan yang agak dingin dan sebagian terasa lembab dengan beberapa bagian basah karena tetesan air dari atap goa.
Mengintip Hotel-hotel Kuno dari Era Jalur Sutra
Dalam perjalanan kami selanjutnya menuju Cappadocia, Ahmed bey pendamping rombongan kami juga menjelaskan bahwa daerah Konya merupakan bagian dari jalur perdagangan utama zaman dahulu yang dikenal sebagai ‘jalur sutra’, hal ini dibuktikan dengan dibangunnya tempat-tempat penginapan gratis untuk para pedagang oleh penguasa wilayah pada saat itu. Alhamdulillah kami sempat singgah melihat salah satu bangunan kuno tersebut.
Sulthani Caravanserai adalah salah satu penginapan/hotel pertama di dunia yang menawarkan akomodasi gratis bagi para pedagang Jalur Sutera waktu itu. Di sini mereka dapat beristirahat, mengisi ulang perbekalan dan juga berinteraksi dengan pedagang lain untuk berbisnis.
Dalam salah satu artikel Jatimsatunews yang berjudul “Ngaji Turki Halimi Zuhdy: Menyingkap Sulthani Caravanserai, Hotel Gratis Pertama di Dunia” , tertulis bahwa caravanserai satu ini dibangun pada tahun 1229 M, yaitu pada masa pemerintahan sultan Seljuk Kayqubad I (yang memerintah tahun 1220-1237), oleh arsitek Suriah Muhammad ibn Khalwan al-Dimashqi. Setelah sebagian dilalap api, kemudian diperbaiki kembali pada tahun 1278 oleh gubernur Ahmed Kerimeddin bin El Hasan pada masa pemerintahan sultan Kaykhusraw III.
Bentuk hotel kuno ini dari luar tampak seperti benteng atau kastil. Mengingat usianya yang sudah ratusan tahun, sungguh mengagumkan bangunan ini masih kokoh dan tampil gagah dengan ornamen-ornamen hiasan yang cantik dan tampak rumit.
Bagaimana bagian dalamnya? Sayangnya kami tidak ada izin untuk memasuki hotel ini namun Ahmed bey menjanjikan akan mengajak kami mampir ke hotel kuno lainnya yang terbuka untuk umum pada kesempatan yang lain.
Sahabat Lalang Ungu, sampai di sini dulu ya cerita jalan-jalan ke Turkiye kali ini, insya Allah kulanjutkan di tulisan-tulisan berikutnya. Sampai jumpa…
Pingback: Catatan Umrah Plus Turki 17 hari (7): Menikmati Cappadocia Tanpa Balon Udara |