LALANG UNGU

Ruang berbagi pengalaman dan manfaat

Yuk, Menyusuri Jejak Sejarah di Kawasan Budaya Jetayu Kota Pekalongan

| 82 Comments

Menyusuri jejak sejarah di Kawasan Budaya Jetayu Kota Pekalongan dapat menjadi salah satu alternatif wisata minat khusus di wilayah Kota Pekalongan. Para pecinta sejarah tentunya mengenal Kawasan Kota Tua di Jakarta ataupun  Kawasan Kota Lama di Semarang, di mana keduanya terkenal sebagai tempat-tempat yang mempunyai bangunan-bangunan bersejarah ataupun cagar budaya yang sangat menarik untuk dikunjungi para wisatawan. Nah, di Kota Pekalongan, telah pula dikembangkan kawasan semacam itu, yaitu Kawasan Budaya Jetayu, salah satu kawasan di mana kita bisa menikmati bangunan-bangunan cagar budaya sambil mengenal sejarah Kota Pekalongan.

Yuk, kita mengenal Kawasan Budaya Jetayu lebih dekat…

Lapangan Jetayu

Alun-alun utara Kota Pekalongan atau lebih dikenal sebagai Lapangan Jetayu -karena ada di Jalan Jetayu- bisa dikatakan sebagai pusat dari Kawasan Budaya Jetayu ini. Lapangan atau lebih tepatnya taman kota ini sering menjadi lokasi / pusat kegiatan budaya yang diselenggarakan oleh Pemerintah ataupun masyarakat Kota Pekalongan. Saat ini penataan lapangan telah dipercantik dengan tanaman-tanaman yang tertata cantik, trotoar apik, bangku-bangku taman yang nyaman, lampu warna-warni dan yang paling mencolok adalah Landmark BATIK sebagai pusat perhatian.

landmark_batik di Kawasan Budaya Jetayu Kota Pekalongan

Landmark BATIK di Lapangan Jetayu

Oya, pada malam hari, suasana sekitar Lapangan Jetayu ini akan terlihat semakin hidup karena selain adanya lampu-lampu taman juga di sekitar taman ini ada kendaraan hias dengan aneka model dan lampu yang warna warni 😀

Tugu Myl pall

Psst, ada yang istimewa lho di salah satu sudut trotoar yang mengitari Lapangan Jetayu ini… Tepatnya di sudut trotoar pinggir Lapangan Jetayu di sekitar depan Gedung Eks Karesidenan, terdapat sebuah tugu bercat putih setinggi pinggang orang dewasa. Tugu apakah itu?

Tugu Myl Pall di Kawasan Budaya Jetayu Pekalongan

Inilah Myl Pall  (Tugu 0 Km Kota Pekalongan)

Itulah yang disebut Myl Pall yaitu tugu penanda 0 KM Kota Pekalongan, yang sekaligus merupakan penanda pembangunan jalan raya pos ( Grote Pos Weeg ) oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda HW Deandles.

Gedung Eks Rumah Dinas Residen Pekalongan

Lebih dikenal sebagai Gedung Eks Karesidenan, inilah gedung yang pernah digunakan sebagai rumah jabatan Residen Pekalongan, diperkirakan dibangun sejak tahun 1850 oleh Residen J van der Eb namun tercatat digunakan pertama kali oleh Residen George Johan Peter van de Poel.

Gedung Eks Karesidenan, salah satu bangunan bersejarah di Kawasan Budaya Jetayu Kota Pekalongan

Gedung Eks Rumah Dinas Residen Pekalongan

Gedung ini pernah digunakan sebagai Rumah Dinas / Kantor eks Karesidenan Pekalongan hingga tahun 2000, selanjutnya digunakan sebagai Kantor Bakorwil III hingga tahun 2016 dan selanjutnya digunakan sebagai Kantor Badan Penyelenggara Pendidikan Menengah. Saat ini gedung ini sering digunakan sebagai salah satu tempat penyelenggaraan kegiatan-kegiatan budaya di Kota Pekalongan.

Kantor Pos Pekalongan

Kantor Pos Pekalongan, salah satu Cagar Budaya di Kawasan Budaya Jetayu Kota Pekalongan

Kantor Pos Kota Pekalongan

Berseberangan dengan Gedung Eks Karesidenan adalah Gedung Kantor Pos Kota Pekalongan yang didirikan sejak tahun 1920. Dalam sejarah Pos Indonesia memang Kota Pekalongan sudah termasuk dalam jalur pos di Jawa, bahkan sejak 1746 Pekalongan menjadi tempat pergantian kuda kereta pos dari Batavia sebelum melanjutkan perjalanan ke Semarang.

Gedung Pertani

Gedung PT Pertani Pekalongan

Masih di sekitar Lapangan Jetayu, namun kita berjalan lagi ke arah utara ( arah belakang Gereja Kristen Jawa ), maka kita akan menemui Gedung PT Pertani. Gedung yang saat ini masih digunakan sebagai kantor PT PERTANI ini dulunya adalah bank pertama yang didirikan di Pekalongan pada masa Hindia Belanda, yang dibangun sekitar pertengahan abad 19.

Nederland Hundles Bank didirikan untuk memfasilitasi pengelolaan keuangan hasil penjualan gula dan hasil bumi, beroperasi sampai sekitar tahun 1941 sebelum kedatangan Jepang, kemudian beralih-alih kepemilikan dan sejak tahun 1970-an menjadi kantor BUMN PT Pertani hingga saat ini.

Sosietet / GOR Jetayu

Bersebelahan dengan Gedung Pertani terdapat bangunan yang di masa kolonial digunakan sebagai gedung kesenian. Gedung megah yang dibangun di abad 19 ini pun mempunyai sejarah yang cukup panjang.

GGOR Jetayu, salah satu cagar budaya di kawasan budaya Jetayu

Bagian depan GOR Jetayu

Gedung ini pernah digunakan sebagai kantor /tempat berkumpulnya kaum Yahudi Freemansonry lalu kemudian berubah nama menjadi ‘Delectatio’ dan digunakan sebagai tempat pesta / hiburan bagi orang-orang indo eropa di Pekalongan dan sekitarnya.

Sejak kemerdekaan, gedung ini berganti nama menjadi Sosietet dan digunakan untuk pertemuan atau pertunjukan. Beberapa catatan seni budaya tertoreh di sini, antara lain awal karir seni seorang Hoegeng Iman Santoso yang kemudian terkenal dengan grup Hawaian Senior-nya, juga pernah menjadi tempat pentas grup teater modern Miss Ribut Orion.

Renovasi-renovasi telah dilaksanakan lalu ditetapkan menjadi Gedung Olah Raga dan pusat kesenian sejak tahun 2003 sampai dengan saat ini, dan di bagian belakang gedung dijadikan Pusat Inovasi Budaya Batik (PIBB).

Gedung  Djawatan Pendidikan / TV Batik

Gedung di sebelah kiri GOR Jetayu yang sejak 2012 hingga saat ini digunakan sebagai kantor & studio TV Batik, juga merupakan peninggalan sejarah. Awalnya gedung ini digunakan sebagai kantor yayasan pendidikan setingkat SMP ( MULO ) di masa kolonial, kantor Djawatan Pendidikan di masa kemerdekaan, kantor Dinas Pekerjaan Umum, kantor Pariwisata dan juga Bappeda.

Gedung Batik TV, salah satu bangunan bersejarah di Kawasan Budaya Jetayu

Gedung Batik TV

Museum Batik Pekalongan

Di sebelah gedung Batik TV (berbatasan jalan) kita akan menjumpai Museum Batik Pekalongan yang juga salah satu cagar budaya di Kota Pekalongan. Gedung ini diperkirakan dibangun sekitar taun 1900 sebagai pusat administrasi 17 pabrik gula se eks Karesidenan Pekalongan.

Museum Batik Pekalongan, salah satu cagar budaya di Kawasan Budaya Jetayu

Museum Batik Pekalongan

Gedung ini tercatat pernah digunakan sebagai Pusat Pemerintahan Kota (Ken) pada masa pendudukan Jepang dan di masa kemerdekaan bangunan ini pernah digunakan sebagai Pusat Pemerintahan Daerah Tk II dan Kantor Bappeda (sampai 1987), Kantor Dinas Pendapatan Daerah ( hingga 2006) dan sejak 12 Juli 2006 diresmikan sebagai Museum Batik oleh SBY -Presiden RI saat itu .

Kita dapat mengenal Batik lebih dekat dengan mengunjungi museum ini, di mana di dalamnya terdapat koleksi-koleksi batik, tidak hanya dari Pekalongan dan sekitarnya namun juga koleksi kain batik dari seluruh penjuru Nusantara. Selain itu pengunjung juga dapat mengikuti pelatihan singkat membatik di sini. Oleh karena itu, siapkan waktu yang lebih luang untuk mengunjungi Museum Batik ini, teman… Dijamin nggak akan menyesal deh! 😀

Pabrik Limun Oriental

Dengan mengikuti jalan di antara gedung TV Batik dan Museum Batik ke arah Timur, kita memasuki Jl Rajawali. Sekitar 50 meter dari ujung jalan, tepatnya di Jl Rajawali no 15 kita akan sampai di depan pabrik Limun Oriental Cap Nyonya, sebuah pabrik minuman bersoda yang sudah ada sejak jaman penjajahan.

Pabrik Limun Oriental Pekalongan di Kawasan Budaya Jetayu

Pabrik Limun Oriental Pekalongan

Berdasarkan penuturan dari pengelola Limun Oriental Pekalongan, perusahaan minuman limun ini didirikan oleh keluarga Nyoo Giok Lien yang sebelumnya berdomisili di Kedungwuni Kab Pekalongan dan kemudian pindah ke Kampung Bugisan, lokasi yang sekarang.

Rumah Nyo Giok Lien

Rumah Keluarga Nyoo Giok Lien, pendiri Pabrik Limun Oriental Pekalongan

Limun Oriental ini dibuat merknya pada sekitar tahun 1923 dan pengelolaannya saat ini sudah sampai di generasi ketiga. Di sini, selain dapat membeli dan menikmati limun dalam suasana vintage, pengunjung juga dapat menyaksikan langsung pembuatan minuman bersoda dalam kemasan botol kaca ini.

Benteng Pekalongan

Tepat di seberang Pabrik Limun Oriental di Kampung Bugisan ini, kita dapat melihat sisa benteng yang masih terlihat kokoh berdiri,  di kompleks Rumah Tahanan Kota Pekalongan.

Itu adalah sisa  Fort Peccalongan atau Benteng Pekalongan, salah satu peninggalan VOC di Kota Pekalongan yang dahulu berlokasi di tepian Kali Loji. Bangunan yang dulunya berluas sekitar 5.170 m2 ini dibangun sebagai bagian dari pertahanan VOC di wilayah pesisir Pekalongan didirikan sekitar tahun 1754

Sisa Benteng Pekalongan di Kawasan Budaya Jetayu

Sisa Benteng Pekalongan

Brug Lodge 

Dari Kampung Bugisan setelah kita mampir di Limun Oriental dan melihat Benteng Pekalongan perjalanan dapat dilanjutkan kembali ke  jembatan / Brug Loji, demikian masyarakat biasa menyebutnya.

Brug Loji Kota Pekalongan

Brug Loji sebelum direnovasi ( Foto Th 2015)

Brug Lodge atau jembatan Loji adalah sebuah bangunan cagar budaya yang membentang di atas Sungai Kupang, menghubungkan kawasan  pemerintahan saat itu ( kawasan Jetayu saat ini ) dengan kawasan pasar, pecinan maupun Kampung Arab yang ada di seberang sungai. Diperkirakan dibangun pada abad 19, masa kolonial Hinda-Belanda.

Jembatan Loji ini telah beberapa kali diadakan renovasi untuk memperkuat jembatan dan renovasi yang terakhir pada Tahun 2016 lalu. Oya, saat ini di sekitar jembatan ini dipasangi lampu-lampu hias sehingga terlihat cantik di malam hari.

Brug Lodge / Brug Loji Pekalongan

Brug Loji di malam hari

Nah, itulah spot-spot keren yang dapat kita nikmati di seputar Kawasan Budaya Jetayu Kota Pekalongan. Mungkin asyik membacanya ya…, tapi dijamin lebih asyik bila langsung mengunjunginya satu demi satu. Nah, jika tertarik, teman-teman bisa menghubungi teman-teman dari Komunitas Festival Kalonganan yang seringkali mengadakan event jelajah heritage di Kota Pekalongan yaa….  Atau ada yang sudah pernah jalan-jalan di sini? Silakan tinggalkan kesan-kesannya di kolom komen yaa… Terima kasih…

82 Comments

  1. Pingback: Menikmati Festival of Light di Pekalongan |

Leave a Reply

Required fields are marked *.