Perjalanan haji, traveling pertamaku ke luar negeri. Salam jumpa, Sahabat Lalang Ungu, semoga selalu sehat dan bahagia ya… Kali ini, aku menulis untuk menuntaskan PR Arisan Link Blogger Gandjel Rel yang sudah masuk periode 12, dengan tema tulisan : Traveling Pertama.
Wah..terus terang aku sudah lupa kapan dan ke mana traveling pertamaku, hehe.. Oleh karena itu, aku akan menuliskan saja tentang traveling yang sangaaat berkesan untukku yaitu traveling pertamaku ke luar negeri.
Kenapa sangat berkesan?
Sesuatu yang pertama kali kita lakukan, pastilah meninggalkan kesan khusus di hati kita bukan? Nah, begitu pula denganku. Setelah bertahun hanya jalan-jalan di situ-situ saja (bahkan di negeri sendiri pun masih banyak tempat yang belum dapat kudatangi, hehe..) maka kesempatan jalan ke luar negeri tentunya menjadi hal istimewa buatku. Lebih istimewa lagi, karena perjalanan itu sekaligus merupakan perjalanan religi yang telah lama kuimpi-impikan!
Perjalanan Haji 2011
Ya, perjalanan pertamaku ke luar negeri itu adalah Perjalanan Haji yang kulakukan pada tahun 2011 lalu. Sebuah perjalanan yang penuh dengan aneka rasa sejak dari persiapan hingga selesainya.
Mulai membuka Rekening Haji di Tahun 2007 (setelah membantu persiapan keberangkatan ibu kami menjadi tamu Allah di 2006) dengan membulatkan tekad meski awalnya ragu apakah mungkin bisa terkumpul semua dana hanya dari penghasilanku yang tak seberapa. Tapi aku berpasrah diri pada-NYA. Aku terus berusaha dan berdoa, sangat yakin bahwa Sang Maha Mampu lah yang akan memampukan hamba-NYA sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan Nya.
Alhamdulillah, Tahun 2009 berhasil memenuhi batas dana untuk mendapat porsi Haji, dan ketika awal Tahun 2011 itu aku mendapat panggilan dari bank untuk pelunasan -yang berarti pemberangkatan haji tahun itu- rasanya seperti mimpi.
Baca juga : 3 Tips Menabung untuk ONH
Kok nekad sih, pergi Haji sendiri?
Itu adalah pertanyaan yang beberapa kali kuterima saat itu. Eh, sejak awal aku membuka rekening haji bahkan sudah ada yang melontarkan tanya itu.
Berhaji adalah impian setiap muslim, begitu pula denganku. Berhaji bersama pendamping apalagi keluarga lengkap, tentulah merupakan hal lain yang akan sangat kusyukuri bila kondisi memungkinkan. Namun kenyataannya, karena hal itu belum dimungkinkan pada saat itu, apakah lantas aku harus mengurungkan niatku? Apa aku harus mengubur mimpiku hanya karena aku perempuan dan sendiri?
Awalnya aku menanggapi serius pertanyaan itu. Sempat juga ku kemukakan pada mereka yang mempertanyakan, bahwa jika hal itu buruk untukku, maka Allah pasti tak akan izinkan itu berlaku padaku. Pada kenyataannya, Allah buka kesempatan itu untukku (dengan jalan yang relatif mulus) maka aku yakin dan percaya ini baik untukku.
Namun lama-lama aku lelah sendiri, kutanggapi saja tanya-tanya iseng dengan gurauan. Siapa bilang aku pergi sendiri? Ada Allah bersamaku dan juga jamaah sekloter lho.. Wis, pokoke mohon doanya agar lancar dan selamat yaaa.. Begitulah akhirnya yang selalu kusampaikan bila ada yang iseng menanyakan hal itu padaku.
Ribet nggak sih, ngurus syarat-syarat perjalanan haji?
Nah, beruntung sekali perjalanan pertamaku ke luar negeri saat itu adalah perjalanan ibadah Haji, yang sudah ditentukan waktu dan syarat-syaratnya. Juga karena aku ikut KBIH, jadi nggak ada tuh heboh ngurus-ngurus ini-itu sendiri. Sudah ada daftarnya dan terkoordinir. Kurang lebihnya sih sbb:
Yang pertama tentu pembuatan paspor di Kantor Imigrasi terdekat. Dokumen yang harus disiapkan a.l : (1) KTP asli dan fotocopy; (2) Kartu KK asli dan fotocopy; (3) Akta kelahiran / Surat Baptis, asli dan fotocopy; (4) Ijazah terakhir / Akta Nikah / Buku Nikah, asli dan fotocopy.
Jika sudah punya paspor tapi habis masa berlakunya, baca juga : Penggantian Paspor Habis Masa Berlaku Ternyata Mudah
Selanjutnya suntik / vaksinasi Meningitis yang merupakan syarat wajib calon jamaah Haji / Umrah yang dilakukan maksimal 2 Minggu sebelum pemberangkatan. Bukti vaksinasi ini juga menjadi syarat untuk mendapatkan visa Haji / Umrah. Untuk mendapat suntik vaksin ini kita bisa mendatangi klinik yang telah ditunjuk untuk melayani vaksinasi ini, ada di tiap Kab/Kota.
Berikutnya adalah pembuatan Visa. Pada perjalanan haji, visa calon jamaah haji diuruskan oleh Kementerian Agama setempat. Dokumen yang harus disiapkan a.l : (1) Paspor; (2) Kartu Keluarga; (3) Buku Nikah (bagi yang sudah menikah); (4) Bukti Kuning / bukti vaksinasi; (5) Surat Mahram, bagi jamaah wanita yang tidak didampingi suami / keluarga yang bertindak selaku muhrimnya; (6) Pasfoto ukuran 4×6 (6 lembar); (7) Bukti akomodasi, tiket pesawat dan jadwal perjalanan.
Bagaimana dengan persiapan fisik dan mental?
Selain persiapan dokumen perjalanan, maka persiapan fisik dan mental tak bisa dianggap enteng. Untuk persiapan fisik saat itu, aku mulai merutinkan latihan jalan kaki setiap hari sejak awal tahun, meskipun baru akan berangkat menjelang akhir tahun. Selain itu pola makan sehat juga sangat kuperhatikan karena tentunya aku tak mau jatuh sakit selama perjalanan haji, apalagi bila sampai menjadi beban bagi jamaah lainnya.
Persiapan mental itu juga sangat penting. Dari awal mendaftar bahkan sudah kumulai perbaiki apa-apa yang ada dalam diri, tingkah laku, ibadah, dll. Aku yakin bahkan hingga kini pun belum sempurna, namun semaksimal mungkin aku berusaha memantaskan diri menjadi Tamu Allah. Mengikuti bimbingan yang diselenggarakan oleh KBIH maupun Kemenag setempat sangat membantuku dalam persiapan mental ini.
Oya, karena harus meninggalkan rumah dan pekerjaan selama sekitar 40 hari, maka tanggung jawab pekerjaan pun harus sudah diselesaikan sebelumnya sehingga bisa beribadah dengan khusu’ sejak persiapan hingga pelaksanaannya.
Dalam hal pekerjaan ini, aku menandai suatu berkah bagiku, yaitu pengurangan volume pekerjaan yang cukup signifikan ketika beberapa bulan menjelang keberangkatanku itu ndilalah aku menjalani mutasi internal. Sungguh suatu hal yang sangat kusyukuri. Allah adalah sebaik-baik pengatur..
Kenangan Perjalanan Haji
Nikmat adalah satu kata yang rasanya bisa melukiskan keseluruhan kesanku selama perjalanan haji di Tahun 2011 itu. Alhamdulillah… Aku benat-benar menikmati semua hal (yang sebagian besar merupakan hal baru bagiku) yang kualami selama perjalanan sekitar 40 hari itu. Sangat menikmati beribadah di 2 Kota Suci yang sebelumnya telah terimpi-impi…
Bukan hanya dalam hal pelaksanaan ritual ibadahnya, namun juga hal-hal lainnya. Interaksi antar jamaah misalnya. Berkumpul bersama orang-orang yang baru dikenal, dengan sikap dan perangai yang beragam dan dalam waktu yang tidak sebentar, memberikan kenikmatan tersendiri ☺
Baca juga : Kali Pertama Kutatap Kiblatku.
Terus terang, tidak hanya ada rasa bahagia semata yang kurasa selama 40 hari itu. Ada kalanya rasa sedih, bingung, atau khawatir ikut menyeruak hadir di beberapa peristiwa. Tentunya juga ada rasa haru yang tak terhitung kali memenuhi kalbu. Ah, ini memang perjalanan berjuta rasa bagiku.
Perjalan haji -setidaknya bagiku- bukan semata menghadirkan cerita antara aku dan Tuhanku. Namun juga antara aku dan alam sekitarku, aku dan orang-orang di sekelilingku, dan tak kalah pentingnya antara aku dan diriku sendiri. Tak ingin kehilangan kenangan tentang perjalanan khusus ini, Alhamdulillah telah berhasil kurangkum dalam buku pertamaku di 2014 yaitu Notes from Mecca
Sahabat Lalang Ungu, itulah catatan tentang Perjalanan Haji yang merupakan traveling pertamaku ke luar negeri sekaligus bagian dari untaian permata pengalamanku. Mudah-mudah, meskipun sedikit ada hal yang bermanfaat bagi sahabat semua. Oya, bagaimana dengan kisah traveling pertama kalian? Yuk, bagi kisahnya di kolom komen ya. Terima kasih..
32 Comments
Leave a reply →