Ketika membaca Cerpen Pakdhe yang berjudul ‘Botol Parfum Biru Daun’ dimana salah satu tokohnya percaya tentang pantangan memberikan parfum bagi yang sedang pacaran, aku kembali teringat cerita salah satu eyangku dulu tentang gugon tuhon semacam itu.
Oya untuk teman-teman yang belum mengetahui, gugon tuhon adalah nasehat dari para sesepuh (Jawa) untuk tidak melakukan sesuatu hal / berperilaku yang dianggap tidak pantas / tidak baik untuk dilakukan dan dipercaya akan mendatangkan kesialan. Biasanya larangan ini dimulai dengan kata ‘Aja‘ yang berarti Jangan. Misalnya : Aja … mundhak… atau Jangan…nanti akan…. Dan ketika ditanyakan alasannya, jawaban yang paling sering keluar adalah : Ora ilok alias tidak pantas . Mungkin istilah lainnya adalah ‘Pamali’ ataupun Mitos.
Nah, dalam salah satu ceritanya kepada kami, eyang menceritakan adanya gugon tuhon bahwa memberikan saputangan pada kekasih adalah sebuah pantangan, konon saputangan atau kacu (sebutannya dalam bahasa jawa) ini akan membuat hubungan tersebut putus alias kacunthel ( Cunthel = selesai ).
Nah, lucunya… dengan mengetahui kepercayaan tersebut, eyang kakung kami itu malah memberikan selembar saputangan kepada seorang gadis yang saat itu menjadi pacangan / pacarnya.. Lho… apa eyang memang ingin putus? Jawabannya adalah ya, karena ada gadis lain yang lebih menarik hati beliau dan ternyata gadis terakhir inilah yang kelak menjadi eyang putri kami.. hehe…
Tapi sebenarnya ada banyak juga gugon tuhon yang berisi nasehat tersembunyi, misalnya larangan untuk tidak duduk di depan pintu (Aja lungguh nang ngarep lawang), tentu saja alasan rasionalnya adalah agar tak menghalangi jalan. Atau larangan untuk menyapu malam hari (Aja nyapu wayah bengi), yang barangkali alasan rasionalnya adalah karena akan relatif lebih sulit melihat kotoran pada malam hari sehingga dikhawatirkan tidak bersih. Dan masih banyak pula lainnya.
Oya.. di jaman modern seperti ini, adakah gugon tuhon atau pamali atau pantangan yang masih berlaku di keluarga / lingkungan terdekatmu, teman ? Bagi ceritanya ya…
April 14, 2013 at 07:17
Lucu juga gugon tuhon ttg sapu tangan hendak putus itu mbak mechta. Seingatku di kampung saya dulu pemberian sapu tangan sebagai tabda cinta dr si gadis untuk kekasihnya. Sapu tangannya disulam dengan bunga2 cantik. Tapi emang sih lain ladang lain belalang ya. 🙂
April 14, 2013 at 09:19
pernah dengar dari teman yg nggak berani masih pacara. main ke Kebun Raya Bogor…., takut putus katanya ..
April 14, 2013 at 13:54
Kampung kita kan tetanggaan ya mbak.. jadi gugon tuhonnya hampir sama, hehe…
April 14, 2013 at 15:02
Beberapa gugon tuhon malah sering saya gunakan untuk penyuluhan Jeng, tentunya dengan kekiniannya. Misal, saat hasil panen turun, setelah wawancara identifikasi penyebab, saya bilang kurang sajen, lho. … Perlu kembang setaman berkarung dan dilanjut artinya penambahan bahan organik untuk energi mikroba tanah (si mungil penunggu tanah). Gugon tuhon bagian dari kearifan lokal. Salam
April 14, 2013 at 17:09
betul ibu, gugon tuhon adalah bagian dari kearifan lokal, perlu di pilah mana2 yang bermuatan positif dilestarikan dengan dicari rasionalitasnya sebagaimana yg ibu lakukan… salut, Bu Prih 🙂
April 14, 2013 at 15:19
Saya malah baru tahu hal ini…
April 14, 2013 at 17:11
Istilah lainnya pamali… mungkin lebih familier… hehe… Lebih jelasnya bisa di search dg keyword itu dan ada banyak penjelasan di sana.. tapi tetep di pilah pilih ya 🙂
April 15, 2013 at 12:47
pernah mendengar beberapa mengenai gugon tuhon yang ada dimasyarakat, misalnya anak gadis tidak boleh duduk didepan pintu, lah iya ya bun kan menghalangi jalan 🙂
April 15, 2013 at 16:58
Betul… dan mestinya itu berlaku buat semua krna gak cuma anak gadis yg bisa menghalangi jalan ya ? hehe…
April 15, 2013 at 16:59
Candikala yo mbak… dan rasanya memang itu penjelasan rasionalnya 🙂
April 15, 2013 at 17:13
dulu pas hamil, Mamah minta sy pasang gunting kecil di baju tp gak sy lakukan. Hehe
April 15, 2013 at 17:28
ah ya… pernah juga melihat ibu2 hamil mengalungkan / menyematkan gunting kecil bila hendak keluar rumah… tapi, klo tidak hati2 malah bisa melukai ya? hehe…
April 15, 2013 at 19:02
Apa ya Mba ya? Kok kayaknya ga ada yang gimana-gimana gitu ya. Apa karena kaminya yang ndableg ya. Hehehehe. Tapi memang kok kalau dirunut-runut ada logikanya ya Mba.
April 15, 2013 at 19:51
Naah.. bagian ndableg itu kaya’nya sama deh Dan.. Entah berapa kali kami dapat omelan dari Simbah gara2 suka ngeyel kalau dibilangin “Aja… mundak…” itu… Kalau yg ada nalarnya yo dituruti, tp kalau gak ketemu nalarnya cenderung dieyel.. hehe… *duuh..kasiannya simbahku dulu punya putu2 ngeyelan ini* 🙂
April 16, 2013 at 05:48
Ah Iya… yang satu itu juga sering kami dengar sejak kecil… Apa kabar, Uni ? 🙂
April 16, 2013 at 07:36
Sumpah! Gue baru ngeh istilah ini meskipun gue blasteran jawa-perancis! Paling kalo ada hal yg gak pantes, org2 tua bilang, “gak ilok” atau “ora elok”.
Atau mungkin gini, berdasar analisa bahasa gue…
Gugon= gugu, manut (nurut)
Tuhon= tuhan, gusti Allah!
So, gugon tuhon artinya manut karo gusti Allah, ora nggugu karo sesuatu sing gak mutu!
Bhahaha
April 16, 2013 at 15:50
silahkan dimaknai masing-masing… kalau dinalar sebenarnya yang namanya nasehat selalu ada sisi positifnya… hanya saja seringkali ‘terbungkus’ sehingga kurang dimengerti 🙂
April 16, 2013 at 13:40
gugon tuhon yang waktu kecil memang serasa aneh, namun sekarang seperti kata bu prih sangat bisa dimaknai dengan fakta-fakta yang sesungguhnya, hanya saja dalam gugon tuhon lebih banyak menggunakan bahasa simbol
April 16, 2013 at 15:50
betul pak… seringkali nasehat2 itu ‘terbungkus’ atau tersamar dengan simbol2 yang justru dimaknai secara harfiah .. 🙂
April 17, 2013 at 19:28
heuheu…nenekku jg masih banyak tuh auntie ‘pamali’nya, saking banyaknya aku jd ga inget satu pun *halah* hihihi
April 20, 2013 at 14:32
Pamali di tempat / keluarga kami …
mmmm masih ada Mechta …
Hanya saja … pamali yang masuk diakallah yang kami ikuti … misalnya jangan menggunting kuku saat maghrib …
(ya iyalah … saat maghrib adalah saatnya sholat maghrib kan ?)
dan banyak lagi yang lain
Salam saya Mechta
April 20, 2013 at 15:36
Seperti juga di kelg kami, menuruti utk tidak pergi berkendara menjelang magrib, karena memang saat itu banyak ‘samber mata’ yg sering bahaya buat kami yg naik motor.. hehe… Salam kembali, Pak Her..