Berkunjung ke Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon. Hai, Sahabat Lalang Ungu.. Melanjutkan cerita jalan-jalan singkatku ke Cirebon pada akhir tahun lalu, setelah kemarin bercerita tentang kunjungan ke Keraton Kacirebonan maka kali ini akan kutuliskan pengalamanku saat berkunjung ke Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon.
Lokasi dan HTM Museum Pusaka Keraton Kasepuhan
Dari namanya sudah bisa kita duga bahwa museum ini terletak di area Keraton Kasepuhan Cirebon yaitu di Jl. Kasepuhan No 43 Kel. Kasepuhan Kec. Lemahwungkuk Kota Cirebon.
Letak museum ini di dalam pelataran Keraton Kasepuhan yaitu setelah kita melewati Siti Hinggil dan regol atau pintu gerbang, berseberangan arah dengan bangunan Langgar Agung di area Keraton Kasepuhan ini.
Untuk masuk ke Museum Pusaka ini, pengunjung dua kali membeli tiket / tanda masuk, yaitu tiket pertama saat masuk ke area Keraton Kasepuhan dengan HTM Rp 15.000,- di Hari Senin-Jumat sedangkan di akhir pekan Rp 20.000,- lalu untuk masuk ke Museum Pusaka ini membeli lagi tiket seharga Rp 25.000,- / orang.
Oya, untuk guide / pemandu, tidak ditetapkan biaya jasa secara pasti, pengunjung dapat memberikan sukarela, sebagai patokan dari beberapa sumber, uang jasa untuk guide ini berkisar Rp 20.000,- hingga 50.000,- Saat kunjungan kemarin aku didampingi oleh mas Adit, pemandu yang masih relatif muda namun cukup fasih dalam menceritakan sejarah maupun detil-detil bangunan di Keraton Kasepuhan ini.
Isi Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon
Memasuki gedung museum yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 18 September 2017 ini, terdapat sebuah ruang semacam lobby di mana pengunjung membeli tiket masuk museum seharga Rp 25.000,- / orang tersebut. Oya tanda masuknya berbentuk kartu yang kemudian ditempelkan ke portal masuk (seperti saat mau masuk peron KRL, hehe) lalu kartu dikembalikan ke petugas.
Nah, setelah itu pengunjung dapat mulai berkeliling ke museum yang bersih dan tertata rapi ini. Iyaaa…jangan bayangkan museum ini suram dan menyeramkan lho, teman… Sangat jauh dari hal itu. Sebaliknya, ruangan demi ruangan di museum ini terang benderang dan koleksi-koleksinya tertata dengan baik dalam etalase-etalase kaca baik pada dinding maupun almari etalase, atau juga di ruang terbuka dengan pagar pengaman. Sebagai gambaran, berikut ini ada foto dari web Info Cirebon, karena ternyata kemarin pengunjung cukup ramai sehingga aku agak kesulitan mengambil angle pemotretan yang pas. Hehe..
Terdapat sekitar 2000 pusaka dan juga 2 kereta pusaka yang ada di museum ini, juga kitab-kitab kuno dan benda-benda bersejarah maupun benda-benda yang mewakili keseharian di masa-masa lalu. Koleksi-koleksi tersebut dikelompokkan sendiri-sendiri berdasarkan periode waktu sejak yang terlama hingga terbaru. Dimulai dari koleksi peninggalan dari Pangeran Cakrabuana, peninggalan Sunan Gunung Jati, koleksi Puteri Tan Ong Tien (salah satu isteri Sunan Gunung Jati), hingga koleksi Sultan-sultan Cirebon berikutnya, juga koleksi alat musik, dll
Pengunjung seolah diajak bertamasya melalui lorong waktu, mengenal sejarah dan budaya dari masing-masing masa sejak awal berdirinya Keraton Cirebon hingga masa-masa kasultanan setelahnya.
Kereta Singa Barong
Salah satu benda pusaka istimewa yang disimpan di museum ini adalah Kereta Kencana Singa Barong yang dibuat pada Tahun 1549 oleh cucu Sunan Gunung Jati sebagai tanda persahabatan dengan bangsa-bangsa lain, antara lain Bangsa India, Cina dan Mesir. Kereta ini dibuat dari Kayu Laban dan masih digunakan hingga tahun 1957, kemudian yang digunakan adalah replika kereta ini.
Simbol-simbol yang ada pada kereta kencana ini sarat makna. Terdapat hiasan kepala naga berbelalai gajah dengan sayap Buroq. Kereta ini juga ditarik oleh 4 ekor kerbau putih (bule) untuk menjalankannya. Naga merupakan lambang kedekatan untuk negeri / Bangsa Cina, belalai gajah melambangkan kedekatan dengan Bangsa India dan buroq merupakan lambang kedekatan dengan Bangsa Mesir. Unik sekali,bukan?
Selain itu terdapat TRISULA pada bagian belalai yang melambangkan kedalaman rasa, cipta dan karsa dari manusia. Untuk memperindahnya, kereta ini dilapisi serbuk emas. Dan kereta ini juga mempunyai roda-roda yang dapat berputar 90 derajat sehingga memudahkan untuk diarahkan kemana saja. Sungguh sebuah kereta kencana yang unik dan cantik ya…
Ohya, ada sebuah lukisan yang unik di dalam museum ini. Sebuah lukisan besar dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi yang dilukis dengan teknik 3D oleh Bp Ridho dari Garut pada tahun 2004. Keunikan dari lukisan ini, dari arah manapun pengunjung melihat, maka arah mata dan arah telapak kaki kiri sosok Prabu di lukisan tersebut seolah berhadapan langsung. Agak seram rasanya, seolah kemanapun kita melangkah, diikuti oleh pandangan dari sosok dalam lukisan tersebut..
Teman, berikut ini beberapa foto lain dari benda-benda koleksi Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon ini.
Nah teman itulah pengalamanku berkunjung ke Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon pada akhir 2019 lalu. Aku bersyukur telah memutuskan untuk masuk ke museum ini -karena pada awalnya aku memang ragu-ragu untuk masuk atau melewatkan museum ini- dan sungguh tidak menyesal karena mendapat kisah bersejarah Keraton Cirebon juga sedikit ‘mengenal’ budaya di masa itu.
Jika teman berencana akan ke Cirebon juga, kusarankan untuk menyisihkan waktu masuk ke museum ini. Lebih nyaman lagi bila ditemani pemandu sehingga benar-benar tahu tentang sejarah benda-benda yang ada di sana, tidak sekedar ‘numpang lewat’ melihat-lihat sekilas saja. Hehe..
Atau adakah sahabat Lalang Ungu yang sudah berkunjung juga ke museum ini? Yuk, bagi pengalamannya di kolom komen ya… Terima kasih sebelumnya..
Lalu bagaimana dengan lingkungan Keraton Kasepuhan itu sendiri? Apakah teman-teman juga ingin tahu tentangnya? Insya Allah akan kuceritakan pada tulisan tersendiri ya..
Baca juga : Hanya Sehari di Cirebon, Bisa Kemana Saja?
Pingback: Kunjungan Kedua ke Keraton Kasepuhan Cirebon |