Kangen Piknik? Ikut Virtual Tour Saja! Sahabat Lalang Ungu, siapa yang sudah kangen piknik? Tu wa ga pat..aah, buanyaaaak ya, yang angkat tangan.. 🤣 Nah toss dulu deh, karena aku pun sudah kangeeeen banget jalan-jalan lagi, setelah empat bulan lebih #dirumahsaja gara-gara Si Coronces ituuu..
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi rasa rindu piknik ini ya.. Mungkin di antara kalian ada yang asyik melihat-lihat lagi foto-foto perjalanan lalu, mengunggahnya di akun sosial media atau mengumpulkan bahan tulisan dari cerita perjalanan yang belum sempat dituliskan. Atau ada juga yang mengumpulkan info tentang tempat-tempat wisata dan sibuk menyusun itinerary piknik yang akan datang?
Cara lain mengurangi rindu jalan-jalan ini adalah dengan mengikuti Virtual Tour. Itulah yang kulakukan sejak beberapa waktu lalu, dan kali ini akan kutuliskan pengalamanku mengikuti beberapa Virtual Tour tersebut.
Apa itu Virtual Tour?
Virtual Tour adalah kunjungan yang dilakukan secara virtual / maya, nah berwisata secara virtual artinya kita dapat mengeksplor tempat-tempat wisata yang kita inginkan tanpa harus meninggalkan rumah, berkunjung secara virtual dengan menggunakan teknologi komunikasi. Menggabungkan antara foto-foto, video, google map, dll, dengan penjelasan dari guide / story teller. Sehingga kita tidak hanya dapat menikmati secara visual namun juga dapat mendengarkan penjelasan tentang apa yang kita lihat.
Beberapa Virtual Tour yang telah kuikuti
Virtual Tour 4 Museum
Beberapa waktu lalu, melalui sebuah artikel di TripCanvas aku bisa mengakses beberapa link virtual tour a.l ke Museum Nasional, Museum Konferensi Asia Afrika, Museum Sangiran dan Museum Bank Mandiri. Pengalaman jalan-jalan virtual yang seruuuu… 😍
Virtual Tour Kota Lama Semarang
Pada awal Juni lalu, seorang rekan di grup membagikan tawaran untuk mengikuti tour virtual di Kota Lama. Wah menarik… Meskipun aku sudah pernah ikut jalan-jalan di Kota Lama Semarang sebelumnya, tapi aku tetap tertarik untuk mengikuti virtual tour itu.
Baca Juga : Bersukaria menyusuri kawasan Kota Lama Semarang
Demikianlah, 12 Juni 2020 lalu aku mengikuti Virtual Tour Kota Lama ( Jalur Gula) yang digagas oleh rekan-rekan TelusuRI bersama Bersukariawalk dengan story teller mas Juliansyah Ariawan.
Dimulai dari pengenalan wilayah melalui peta-peta kuno (buatan th 1700-an) hingga peta Semarang saat ini, dilanjutkan dengan eksplor wilayah Kota Lama Semarang yang cikal bakalnya adalah sebuah benteng di tepi Kali Semarang.
Tidak hanya menikmati pemandangan gedung-gedung kuno dari luar saja, melalui virtual tour ini kami juga diajak melongok ke dalam beberapa gedung kuno itu, a.l : bekas kantor pusat Oei Tiong Ham yang sekarang menjadi Resto Pringsewu, Hero Cofee dengan atap khas Kanton, kantor NV Bwnkvereeniging atau dikenal sebagai Kantor RNI/ PT Phapros, Soesman Kantoor, Gedung Monood Diephuis & co, dll.
Dari tour ini aku menambah wawasan tentang sejarah tempat/bangunan Kota Semarang pada umumnya dan area Kota Lama pada khususnya. Dan pengenalan ciri arsitektur gedung-gedung tua yang ada di sana, termasuk beberapa gedung bersejarah peninggalan Oei Tiong Ham, Sang Raja Gula dari Semarang.
Virtual Tour Surabaya Heritage Track
Masih di medio Juni, tepatnya Sabtu 13 Juni 2020, aku mengikuti Virtual Tour Surabaya Heritage Track yang sebelumnya kuperoleh infonya melalui status seorang teman di FB. Virtual Tour ini merupakan persembahan dari House of Sampoerna.
Surabaya Heritage Track : Surabaya Kampung Metropolitan (Sesi 2) ini kuikuti dengan senang hati karena aku memang belum pernah khusus jalan-jalan untuk menelusuri sejarah di Kota Pahlawan ini.
Dimulai dari pengenalan Logo / Lambang Kota dan sejarahnya. Surabaya adalah kampung di tepi perairan Kali Mas, lambangnya terdiri dari 2 ekor hewan air yaitu Hiu (Suro) dan Buaya (Boyo). Hiu melambangkan pasukan Tartar dari lautan dan Buaya melambangkan pasukan Majapahit.
Dilanjut dengan pengenalan toponim dan identitas Kampung : Keraton, Kepatian, Carikan, Maspati dan Peneleh, diikuti dengan kunjungan virtual ke masing-masing kampung yang mempunyai sejarah dan penampilan / suasana nan unik. Kampung Peneleh misalnya, berasal dari kata ‘teleh’ yang artinya bagian dari hewan. Kampung ini adalah tempat para peternak hewan.
Ohya, dalam virtual tour ini juga dibahas mengenai budaya Surabaya, mulai dari pembagian ‘wilayah budaya’ / Tlatah Jawa Timuran : Mataraman, Arek, Madura Pulau dan Pandalungan, yang masing-masing daerah tlatah ini mempunyai ciri khas. Selain itu juga tentang makanan a.l Lontong Balap, seni budaya a.l Tari Remo & Seni Jula-Juli. Tak ketinggalan celoteh dialek khas Surabaya yang mungkin bagi sebagian orang luar terdengar sangat kasar. Hehe..
Terima kasih kepada mas Bagus yang telah memandu tour secara menarik, aku sangat menikmati virtual tour Surabaya ini dan berharap dapat ikut tour di sesi lainnya. Semoga..
Virtual Tour Cerita dari Malang
Virtual Tour yang kuikuti pada Jumat 24 Juli 2020 kemarin ini merupakan kerjasama dari TelusuRI(.)id dengan Malang Travelista, dengan story teller mas Aan.
Virtual tour dimulai dari Stasiun Malang Kota, salah satu pintu masuk ke Kota Malang. Rupanya, ada stasiun lama dan baru. Stasiun Malang Kota lama dibangun pada tahun 1914 sedangkan Stasiun Malang Kota baru dibangun pada tahun 1941, dengan gaya khas kolonial modern.
Dari stasiun peserta tour selanjutnya diajak berkeliling ke destinasi-destinasi wisata mulai dari yang terdekat stasiun hingga terjauh : Buk Gludug, Kampung Warna-wani dan Kampung Tridi, Alun-alun Tugu (Alun-alun Bunder), Balai Kota Malang, Kampung Heritage Kajoetangan, Gereja Hati Kudus, Toko Oen, Alun-alun Merdeka, Masjid Jami, Katedral Ijen dan Pasar Oro-oro Dowo.
Tidak hanya jalan-jalan keliling kota menikmati jejak masa lalu Kota Malang saja, peserta tour juga diajak menikmati wisata alam Malang, a.l : Clungup Mangrove Conservation (CMC) yang meliputi 3 pantai yaitu Pantai Clungup, Pantai 3 Warna dan Pantai Gatra. Konsep Edi wisata di CMC ini ternyata keren sekali lho, Sahabat..
Sebagai lokasi ecowisata, di pantai ini diterapkan ke-5 Prinsip Ecowisata yaitu : konservasi (terumbu karang, mangrove, hutan lindung); pemberdayaan masyarakat (Yayasan Bakti Alam Sendang Biru); edukasi & interpretasi; hospitality dan bisnis pariwisata. Salah satu penerapan prinsip konservasi adalah pembatasan jumlah pengunjung pada suatu lokasi ( kuota pengunjung Pantai Gatra 500-600 orang/hari, di Pantai 3 Warna : 100 orang/2 jam). Keren, bukan?
Menyenangkan sekali jalan-jalan Maya di Malang kemarin, pemandangan alamnya yang indah sukses membuatku memasukkan destinasi ini ke whishlist wisataku. Dan lebih asyik lagi, aku beruntung dapat salah satu voucher walking tour Kota Malang yang berlaku hingga tahun depan! Ahay..Malang…tunggu aku datang ya.. 😊
Baca juga : SUKUN Malang, bukan Sukun biasa
Virtual Tour TN Karimunjawa
Pengalaman virtual tour terbaru kuikuti sesaat sebelum menuliskan artikel ini, yaitu ke Taman Nasional Karimunjawa, yang diselenggarakan pada Minggu, 26 Juli 2020 ba’da ashar tadi.
Jujur, aku ikut tour virtual ini karena kangen dengan keindahan alam Karimunjawa yang pernah kusinggahi di tahun lalu. Info tentang tur ini juga kudapatkan dari WA grup. Terima kasih mba Maureen yang sudah berbagi info ini yaa..
Virtual tour yang merupakan kerjasama dari TelusuRI, TN Karimunjawa dan beberapa komunitas lain ini dipandu oleh Pak Sutris Haryanta dari TN Karimunjawa dan mas Bangun Hardono yang merupakan salah satu penggiat wisata di Karimunjawa. Juga ada sesi sharing dari mba Anindyaputri yang telah melakukan perjalanan Semarang-Jepara-Karimunjawa menggunakan Jetski.
Kunjungan virtual ini dimulai dari tempat penetasan telur Penyu di Penetasan Semi Alami (PSA) yang berlokasi di bagian Timur Karimunjawa. PSA ini dibangun pada tahun 2013 dan diresmikan penggunaannya pada tahun berikutnya, oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu Bp Bibit Waluyo.
Kunjungan selanjutnya adalah ke Pulau Kemujan lokasi tracking Mangrove, snorkeling di spot Nemo, sunset di Ujung Gelam, sunrise di Pantai Bobi, Pulau Cemara Besar, spot snorkeling di Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil yang punya banyak fasilitas dan diakhiri dengan jalan-jalan kulineran di Alun-alun Karimunjawa serta mampir ke pusat oleh-oleh Dewandaru.
Virtual tour Karimunjawa kali ini cukup mengurai rinduku akan pulau cantik itu, meski ada beberapa destinasi yang tidak terlihat kali ini, antara lain Bukit Love yang punya pemandangan bikin makin love ke Karimunjawa itu..
Baca Juga : Festival Karimunjawa : Sajian sepekan yang mengesankan
Nah Sahabat Lalang Ungu, itulah cerita pengalamanku mengikuti beberapa virtual tour yang cukup dapat menuntaskan rasa kangen piknikku. Yah, minimal berkurang sedikit laah.. 😁 Sebenarnya aku juga telah mendaftar di jadwal virtual tour Banyumas, tapi terbentur dengan kegiatan lain jadi gagal kuikuti, hehe..
Bagaimana dengan kalian, Sahabat.. Punya cerita juga tentang virtual tour ini? Yuuk, bagi kisahnya di kolom komen ya.. Terima kasih…
Pingback: Yuk, Wisata ke Gedongsongo di Era Adaptasi Kebiasaan Baru |
Pingback: Belajar Tips Fotografi Perjalanan di Sekolah TelusuRI |