Hai Sahabat Lalang Ungu, apa kabar hari ini? Semoga tetap sehat dan bahagia ya.. Oya, kali ini aku hanya ingin menuliskan beberapa hal yang mampir dipikiranku di akhir pekan ini. So, untuk kalian yang alergi baca cerita-cerita curhat gak jelas seperti ini, sila skip saja tulisan ini..hehe..
Rindu Kota Hujan
1 September adalah hari bersejarah untuk almamater tercinta, dan tahun ini adalah Dies Natalisnya yang ke 59. Selamat yaa..
Ah, pikiranku melayang ke sekitar tiga Dasa Warsa lalu, saat pertama kali menginjakkan kaki di kota Bogor dengan diantar oleh bapak-ibu dan kakak-adikku.
Lhaah..rombongan mo piknik apa gimana tuuh??
Ya, tampak seperti itu ya, hehe…. Momen waktu itu adalah saat cari kost sebelum mulai kuliah perdana 2 minggu kemudian. Alm bapak memang tak pernah tanggung-tanggung memberikan perhatian beliau ke semua anak-anaknya. ‘Terjun langsung’ mencari kost untuk anak wedok -yang notabene belum pernah jauh dari keluarga- hanyalah salah satu contoh kecil saja. Duuh..jadi kangen bapak-ibuk..
Dengan dipandu salah seorang kakak kelas, kami berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, hingga akhirnya pilihan jatuh pada rumah beralamat di Jl. Gunung Gede 39. Rumah tersebutlah yang memenuhi sebagian besar kriteria alm bapak saat itu untuk menjadi tempat tinggal anak gadis bontotnya selama di kota hujan, minimal di tahun pertama.
Selanjutnya selama kurun waktu 4 tahun berikutnya, aku sempat berpindah ke 2 tempat kost lain yaitu di Jl. Belitung 13 dan di Babakan Raya (Bara) IV/17 Dramaga. Alhamdulillah semuanya merupakan tempat yang nyaman untuk tinggal, belajar dan bersosialisasi selama di Kota Hujan itu.
Selain cari kost, saat pertama di Bogor itu kami juga melihat-lihat lingkungan kampus yang ada saat itu, yaitu kampus pusat di Baranangsiang, kampus fak peternakan (kalau tidak salah di Jl. Lodaya, yang ada masjid Al Ghifari) dan kampus FKH di Taman Kencana.
Perkuliahan tahun pertama (Tingkat Persiapan Bersama / TPB) paling berkesan bagiku. Diawali dengan sistem matrikulasi selama 2 bulan, lalu kuliah & praktikum full senin-jumat dan ujian di tiap hari sabtu nya. Wow banget deh bagiku yang juga masih harus berjuang untuk keluar dari zona nyaman ‘anak papa’ dan menjadi lebih mandiri 😁
Overall, 4 tahun digembleng di Kampus Rakyat itu memang meninggalkan banyak kenangan dan pelajaran bagiku. Tak semua kenangan manis memang, tapi semua pelajaran hidup yang kuperoleh di sana mendewasakanku dan menjadi bagian yang membentukku menjadi aku sekarang. Alhamdulillah..
Sekali lagi, selamat untuk almamaterku tercinta, semoga jaya selalu dan sebagaimana harapan Presiden Jokowi dalam pidatonya pada Dies Natalis ke-59: semoga ini menjadi momentum bagi civitas academica kampus ini untuk berdiri terdepan menyelesaikan masalah-masalah pangan dan pertanian di negeri ini, menghasilkan lebih banyak inovasi dan memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dalam mewujudkan ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan.
Bogor akan selalu menjadi kota kenanganku, tempat pertama aku ditempa pada awal masa dewasaku. Pahit-manisnya pengalaman di sini memperkaya jiwaku. Empat tahun berharga yang merubah si ‘anak papa’ yang minderan menjadi gadis muda yang lebih berani dan mandiri.
Rindu Tanah Suci
Minggu lalu beberapa kali aku bersama teman-teman silaturahmi ke rekan-rekan yang baru pulang dari ibadah haji. Dan kisah pengalaman mereka di tanah suci, selalu saja kembali membuat hati ini bergetar. Sejak awal masa haji di mana lebih banyak cerita maupun visual ibadah dan suasana di tanah suci meramaikan timeline dunia maya, rasa rindu itu terasa dan makin menjadi.
Pengalaman rohani di tahun 2011 saat pertama kali menunaikan ibadah haji beradu cepat muncul dengan pengalaman rohani di tahun 2018 lalu, semuanya indah, berkesan dan menerbitkan rindu untuk mengulangnya kembali.
Duluu..aku sempat heran bila membaca berita / mendengar cerita ada orang yang ke tanah suci berulang kali, yang merasa tak cukup hanya sekali. Ngapain? Kangen? Apa yang ditemui/dirasakan di sana yang menyebabkan hal itu?
Tapi keheranan itu luruh tak berbekas ketika akhirnya aku merasakannya sendiri. Ibadah di sana memang se-ngangeni-itu! Tak dapat kuuraikan dengan pasti tentang alasannya, namun aku yakin dengan apa yang kurasakan : begitu rindu, ingin selalu dan selalu…kembali ke sana!
Terpatri dalam ingatanku, saat ku bersimpuh di depan Ka’bah pada hari terakhirku di Makkah tahun 2011. Sambil bercucuran air mata, deras kulantunkan asma-NYA, memohon keberkahan dan juga kesempatan kembali ke sana bersama orang-orang terkasih. Doa yang sama kembali kupanjatkan di hari terakhirku di Makkah dan Madinah pada 2018 lalu. Doa sama yang masih selalu terucap di tiap sujudku.
Sebagai perwujudan keseriusan doaku, beberapa bulan sepulang haji dulu, aku kembali membuka rekening khusus untuk keperluan umrah, begitupun sepulang umrah 2018 lalu. Kenapa harus buka rekening khusus? Alasannya bisa kalian baca di tulisanku tentang tips menabung ONH.
Dan saat ini, kembali kunikmati kerinduan untuk kembali bersimpuh di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan masjid-masjid suci lainnya di sana. Semoga Allah memberi kemudahan dan kesempatan bagi kami untuk kembali menuntaskan rindu yang satu ini. Aamiin..
Sahabat Lalang Ungu, itulah dua pemikiran acak yang sempat memenuhi benakku akhir pekan kali ini. Kenangan di awal masa dewasa yang penuh pembelajaran dan juga kenangan akan pengalaman rohani yang bagiku sangat berharga. Kutuliskan kembali dengan penuh rasa syukur, dan juga harapan semoga pengingat dan penguatku di waktu-waktu ku terpuruk.
Sampai jumpa di tulisan-tulisan random-ku berikutnya yaa..
Oya, tulisan lain tentang haji & umrah bisa dibaca di kategori haji & umrah
22 Comments
Leave a reply →