Lalang Ungu. Hai, teman-teman… Jumpa lagi di awal bulan baru ya.. Alhamdulillah kita memasuki bulan ketiga di 2018, insya Allah tetap sehat dan bahagia yaa.. Aamiin…
Nah, kali ini aku mau melanjutkan cerita tentang jalan-jalan kami ke Desa Wisata Samiran Boyolali beberapa waktu lalu bersama rekan-rekan Blogger Deswita dan FK Deswita Jawa Tengah. Setelah sebelumnya merasakan nikmatnya ‘muncak tipis-tipis’ ke Gancik Hill Top dan serunya icip-icip jajanan khas di Pasar Tiban Duit Batok, maka jalan-jalan penutupannya adalah ke destinasi wisata yang bernama Alam Sutra.
Hari telah mulai beranjak siang ketika kami meninggalkan Joglo Pengilon -sekretariat Dewi Sambi di Desa Samiran- menuju lokasi Alam Sutra dengan menggunakan (lagi) ‘pajero’ alias mobil bak terbuka (panas njobo njero). Sebagian peserta telah siap sedia membawa payung (terutama mbak-mbak & buibu-nya..) atau minimal menggunakan topi untuk mengantisipasi panas mentari siang hari. Dan aku memilih menggunakan topi saja agar tidak ribet namun tetap terlindung dari panas..hehe..
Sesampainya di Dukuh Pojok yang menjadi lokasi Alam Sutra, kami pun kembali dihadapkan pada pilihan antara jalan kaki atau naik ojek. Oya, kalau ngojek di Gancik Rp 10.000/org sekali jalan, maka di sini hanya separuhnya saja. Hm, berarti medannya nggak terlalu ekstrim seperti di Gancik kali, ya? begitu pemikiran kami waktu itu, sehingga kemudian kami pun memutuskan untuk berjalan kaki menuju gardu pandang.
Oya, sama seperti di bukit Gancik, obyek wisata Alam Sutra Boyolali ini juga menawarkan pengalaman soft treking dan pemandangan alam dari gardu-gardu pandang yang sekalian berfungsi sebagai spot pepotoan nan kekinian.. Setelah menetapkan pilihan kami pun mulai mengayunkan langkah menyusuri jalan setapak menuju lokasi gardu pandang Alam Sutra.
Dan ternyata, pilihan kami untuk berjalan kaki tidaklah salah. Sinar matahari -sekitar jam 11 waktu itu- di kawasan Dukuh Pojok Boyolali tidak terlalu menyiksa. Mungkin karena cukup banyak angin nan sejuk di daerah ini sehingga panas mentari tak begitu terasa dan kami pun tetap nyaman melangkah menyusuri trek yang tidak terlalu menanjak.
Dengan berjalan kaki, kami pun semakin leluasa menikmati pemandangan di kanan-kiri jalan setapak yang merupakan lahan pertanian penduduk. Hijaunya hamparan tanaman Wortel, Sawi, daun Adas dan Selada berkolaborasi dengan birunya langit berhiaskan awan seputih kapas sungguh merupakan vitamin mata yang menyehatkan jiwa! 😃
Oya, kita dapat pula berinteraksi dengan para petani yang sedang beraktivitas di kebunnya. Ada yang sedang mengolah tanah, menyiangi tanaman ada pula yang sedang panen. Eh, ada pula teman yang nempil membeli selada langsung dari petani di sana lho.. Yang ngobrol dengan petani untuk mengetahui keseharian mereka ada, dan tentunya ada pula yang tak melewatkan kesempatan untuk pepotoan demi konten blog / IG! *nunjukdirisendiri 😆 Semua itu boleh kok.. yang tidak boleh adalah merusak tanaman petani, baik itu sengaja maupun tidak sengaja.. catat ini ya..hehe..
Sekitar 20 menit kemudian kami pun sampai di lokasi gardu pandang Alam Sutera yang ditandai adanya loket pengunjung. Oya HTM di sini murah meriah kok, cukup Rp 5.000 saja per orangnya. Terdapat beberapa gardu pandang yang terbuat dari bambu. Ya, memang sekilas terlihat sederhana dan rapuh, namun jangan takut…, tentunya pengelola sudah memperhitungkan kekuatannya demi keselamatan pengunjung.. hehe
Jika dibandingkan dengan kondisi gardu di Gancik Hill Top, memang penampilan gardu pandang di Alam Sutera terkesan lebih sederhana. Namun, jangan khawatir..pemandangan yang dapat kita nikmati dari atas sana sama indahnya kok 😃
Setelah naik ke gardu, menikmati pemandangan sekitar yang menghijau sambil dibelai angin sepoi-sepoi nan sejuk, dan tak lupa berfoto-ria baik sendiri-sendiri atau bersama (ups..kalimat ini seperti iklan apa ya?? 🤔) maka kami pun mulai berkemas meninggalkan lokasi, turun kembali ke tempat parkir. Sekali lagi perjalanan pulang disejukkan dengan pemandangan hijau segar kebun sayur yang kami lewati…
Hm, bagiku yang paling berkesan dari perjalanan ke Alam Sutera ini adalah nuansa hijau segar dari hamparan kebun sayur + pengalaman mengamati aktivitas petaninya. Mungkin pengelola bisa menambahkan sesi berinteraksi dengan petani dan mengenal jenis-jenis sayuran di kebun sebagai salah satu daya jual dari obyek wisata ini, selain tentunya pemandangan alam dan spot pepotoan yang instagramable sebagaimana obyek-obyek wisata kekinian. Pengalaman berkunjung ke kebun sayur bila dikemas dengan bagus dapat menjadi bagian yang menarik dari sebuah paket eduwisata, bukan?
Nah, itulah cerita jalan-jalan kami ke Alam Sutera di Dukuh Pojok Desa Samiran Boyolali, sekaligus penutup rangkaian tulisan catatan perjalanan bersama FK Deswita di Desa Wisata Samiran Boyolali ini. Oya, teman-teman juga dapat membaca tulisan teman-teman Blogger Deswita lainnya tentang kunjungan ke Alam Sutra ini, antara lain tulisan dari mas Wahid dan Mia.
Selamat membaca, teman-teman…
Pingback: Berkunjung ke DEWI SAMBI (2) : Pasar Tiban Duit Batok |
Pingback: Belajar Seni Semakin Menyenangkan Di Museum Nasional Jogja |