Lalang Ungu. Melepas rindu ke Petungkriyono, akhirnya bisa kulaksanakan juga pada akhir Maret 2018 lalu. Oya, bagi kalian yang belum tahu, Petungkriyono adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Pekalongan bagian Selatan, dengan luas wilayah 73,59 km2 dan terletak di daerah pegunungan ( rata-rata ketinggian 1.294 dpl ). Nah, daerah ini istimewa karena keindahan alam pegunungannya. Ada aliran sungai-sungai dan curug-curug nan indah, puncak gunung yang menantang, spesies endemik flora-fauna nya, juga karena ditemukannya sisa-sisa peradaban masa lampau di daerah ini.
Alhamdulillah, aku telah dua kali berkunjung ke sana untuk menyaksikan secara langsung sebagian keindahannya. Yang pertama di Bulan Mei 2015 dengan kunjungan yang tak terlupakan ke Curug Muncar dan berikutnya di akhir Tahun 2016 saat Wisata Bersama Blogger Pekalongan. Nah, kedua perjalanan itu membekaskan kenangan yang indah dan kerinduan untuk kembali menikmati sejuknya hawa pegunungan dan keindahan alam Petungkriyono. Kali ini ku akan bercerita tentang kunjungan ke-3 ke Petungkriyon beberapa waktu lalu.
Memasuki kawasan National Nature Heritage PETUNGKRIYONO, matikan saja AC mobilmu, buka jendela dan nikmati kesejukan hawa pegunungannya! Sejak memasuki gerbang itu, kita akan disambut nuansa hijau di kanan-kiri jalan. Pepohonan yang besar-besar dan rimbun, pohon paku-pakuan, dan rumpun-rumpun Bambu Petung tampak mendominasi pemandangan di kanan-kiri jalan, berselang-seling dengan pemandangan hamparan sawah & kebun di kaki gunung. Sungguh memanjakan mata !
1. Curug Sibedug Petungkriyono
Pemberhentian pertama kali ini adalah di Curug Sibedug yang terletak di Desa Kayupuring. Jika selama ini ada anggapan bahwa untuk melihat Curug / Air Terjun harus selalu mengeluarkan energi ekstra, maka hal itu tidak berlaku untuk melihat curug yang satu ini 😀
Dengan lokasi yang hanya sekitar 25 m dari pinggir jalan raya, pengunjung dapat langsung menikmati keindahan curug ini. Kalau pada 2 perjalanan sebelumnya aku hanya menikmatinya sambil lalu, maka kemarin kami sengaja singgah di sini. Oya, ada warung kecil di sebelah lokasi ini, sehingga bisa menjadi tempat yang cukup nyaman bagi para pengunjung untuk beristirahat sejenak sambil menikmati keindahan Curug Sibedug, sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi-lokasi selanjutnya.
Setelah berfoto-ria dengan latar belakang curug itu, kami pun beristirahat sejenak menikmati mi rebus panas, gorengan dan minuman hangat, sebelum melanjutkan perjalanan.
2. Curug Lawe Petungkriyono
Dari Curug Sibedug, sebenarnya tujuan utama adalah Curug Bajing. Namun cuaca tiba-tiba tak bersahabat. Langit semakin gelap, sehingga akhirnya kami memutuskan ke Curug Lawe yang lebih dekat.
Setelah membeli tiket di loket masuk (Rp 5.000/ orang dan untuk parkir mobil Rp. 2.000) maka kami pun bergegas turun untuk mengeksplor lokasi wana wisata di Desa Kasimpar tersebut. Sambil lalu aku mengingat-ingat kunjungan terakhir ku sebelumnya. Hm, memang tampak berbeda.
Keberadaan Mushola Ki Ageng Sambung Rogo adalah perbedaan pertama yang kurasakan dibandingkan kunjunganku di akhir 2016 lalu. Bangunan mungil yang terbuat dari perpaduan kayu dan bambu, terletak di dekat tempat parkir mobil ini tampak eye catching dengan nuansa etniknya.
Memasuki kawasan spot Selfi di area hutan Pinus itu pun tampak hal-hal ‘baru’ yang belum ada di 2016 lalu. Payung-payung warna-warni masih ada, namun kali ini tidak lagi tampak hammock-hammock bergantungan di antara pepohonan. Apakah hammock area sudah tak ada lagi?
Gantinya adalah spot-spot pepotoan dengan bangku-bangku di bawah payung dan hiasan bunga-bunga dan bentuk-bentuk hati. Juga jamur-jamur buatan yang mempercerah suasana. Hai.. apa itu? Ah, ada bangunan baru rupanya..
Ada dua buah pondok kayu yang tampak cantik di bawah pohon-pohon Pinus itu. Hm..jadi penasaran..apakah pondok-pondok itu disewakan? Niat hati kami akan menanyakannya pada penjaga saat pulang nanti. Hm, bagaimana ya rasanya menginap di pondok di hutan Pinus itu, lalu pagi-pagi tracking ke Curug Lawe yang berlokasi sekitar 2 km dari sana?
Kami sedang berjalan menuju spot selanjutnya yaitu Pohon Selfie ketika gerimis mulai turun. Waah..sayang sekali kami lupa membawa payung. Mengingat akses ke spot (tahun 2016) itu berupa jalan tanah berbatu dan masih 7 menit lagi baru sampai maka kami pun memutuskan untuk kembali ke parkiran saja. Keputusan tepat, karena begitu masuk mobil hujan turun dengan derasnya! Kami pun kemudian meninggalkan lokasi tersebut, agak terburu-buru hingga lupa pada niat semula untuk mencari info tentang pondok kayu!
3. Taman Sungai Welo Asri Petungkriyono
Hujan masih turun namun tak begitu deras lagi ketika kami sampai di dekat Desa Kayupuring yang menjadi lokasi wisata Taman Sungai Welo Asri, maka kami pun memutuskan tetap berkunjung ke lokasi wisata ini.
Di Taman Sungai Welo Asri ini tiket masuknya Rp 3.000/orang dengan parkir mobil Rp 5.000. Sebenarnya dari rumah sudah berharap bisa bermain air di lokasi ini -entah itu tubing ataupun sekedar ciblon saja- namun petugas di loket menjelaskan bahwa hal itu tidak dapat terlaksana saat itu karena hujan yang cukup deras akan membahayakan pengunjung bila tetap bermain air di sungai Welo.
Ok deh..akhirnya kami makan siang saja di warung makan yang ada di sana, sambil menunggu hujan reda. Alhamdulillah seusai makan siang, hujan tinggal rintik-rintik saja. Kami pun bisa sedikit mengeksplor lokawisata ini.
Bila dibandingkan dengan 2 tahun lalu, tampak ada tambahan fasilitas di sana-sini. Spot-spot Selfi masih tampak mendominasi di beberapa sudut lokasi. Untuk spot pohon Selfi raksasa ( Pohon Bulu Nangka ) di lokasi bawah, juga wisata air nya belum bisa kami coba saat itu, menjadi PR bagi kunjungan kami berikutnya. Insya Allah..
Waktu berjalan, sore pun menjelang. Kami pun beranjak meninggalkan Welo Asri, tak lupa membawa Wello coffee sebagai buah tangan. Selain hujan yang datang tiba-tiba, secara keseluruhan kunjungan melepas rindu ke Petungkriyono kali ini cukup memuaskan. Oya, kondisi akses jalan sejak pintu gerbang Petungkriyono sampai Kayupuring sudah cukup mulus, namun selebihnya sudah mulai rusak di sana-sini. Mudah-mudahan kami masih dapat berkunjung lagi di masa datang…masih banyak keindahan Petungkriyono yang belum kami saksikan. Rindu ini masih belum tertuntaskan…tunggu kedatangan kami berikutnya, Petungkriyono…
Oya, teman-teman ada yang punya kenangan indah juga di sini? Silakan berbagi cerita di kolom komen ya… Terima kasih..
Pingback: Beberapa Destinasi Wisata Alam Keren di Pekalongan dan Sekitarnya |
Pingback: Adopsi Hutan, Salah Satu Cara Menjaga Warisan Berharga Untuk Generasi Mendatang |
Pingback: Suatu Sore di Welo Asri Petungkriyono |