Dolan ke Lombok : Drama-drama di awal perjalanan. Salam jumpa, Sahabat Lalang Ungu. Semoga tetap sehat dan bahagia di hari ke sekian #DiRumahAja . Menemani kalian di rumah, kali ini akan kumulai menuliskan catatan perjalananku ke Lombok di Maret lalu. Oya, kalian mungkin ingat, bahwa salah satu destinasi wisata impianku adalah Lombok, sebagaimana yang sudah sering kutuliskan di blog ini.
Baca juga : Tiga Destinasi Traveling Impianku di 2020
Memasuki tahun 2020 lalu kembali kulantunkan harap, bisa dolan ke Lombok di tahun ini. Dan, sungguh Allah Maha Baik. Setelah cukup lama memendam asa itu, akhirnya aku berhasil menjejakkan kakiku di Lombok tahun ini. Alhamdulillah ☺
Sahabat, perjalanan 4 hari 3 malam ke Lombok pada pertengahan Maret lalu, meninggalkan kesan sejak awal hingga akhir, dan inilah rangkuman perjalanan itu, yang diwarnai beberapa ‘drama’ yang kualami di awal perjalanan.
Drama Mendadak Lombok
Perjalananku kali ini bisa disebut sebuah perjalan mendadak, dengan persiapan yang cukup singkat saja. Berawal dari obrolan di whatsapp dengan mba Wati -salah seorang teman Blogger dari Semarang- menjelang akhir Tahun 2019 lalu, tercetus keinginan dolan bareng ke Lombok kapan-kapan.
Lalu awal Januari 2020 Mba Wati mengabarkan adanya tiket AA murah ke Lombok, berangkat dari Jogja. Satu dan lain hal menyebabkan rasanya tak mungkin langsung berangkat di bulan itu juga, maka kami mulai merancang tanggal di Bulan Pebruari. Namun kami ragu karena curah hujan cukup tinggi di Bulan Januari itu dan ada informasi kemungkinan puncak musim hujan justru di Bulan Februari.
“Apa asyiknya jauh-jauh ke sana, tapi hanya di hotel saja karena cuaca tak memungkinkan,” kata Mba Wati waktu itu. Tentu saja aku setuju hal itu sama sekali tak asyik, dan kami pun merancang kembali tanggal perjalanan yaitu di Bulan Maret.
Setelah tanggal fix lalu mulai cari-cari agen tour karena ini akan menjadi pengalaman pertama kami ke Lombok, kami berharap dengan ikut paket tour akan lebih nyaman tanpa harus menyusun itinerary dan urusan-urusan akomodasi lainnya.
Drama Dag dig dug karena Corona
Bulan Februari sibuk japrian dengan Mba Wati, cari-cari paket tour yang cocok juga hotel untuk malam pertama di Lombok (karena jadwal pesawat jam 00.00 WITA sampai Lombok) dan untuk di Jogja karena saat pulang jam 20 lebih sampai Jogja, namun adanya pasien pertama positif Corona di Jakarta mulai mengganggu perasaan.
Dari berita-berita kita tahu bahwa di banyak negara lain mulai ada lockdown atau karantina wilayah, apakah akan terjadi di negara kita juga? Yaah, bagaimana dengan rencana kami ke Lombok??
Kami terus memantau berita dari pemerintah. Sampai dengan awal Maret itu, situasi -setidaknya yang kami pantau lewat media- baru terasa heboh di Ibu Kota. Kami pun mencari info kondisi di Lombok, dan tentu saja berdiskusi dengan keluarga masing-masing, apakah sebaiknya lanjut / cancel ?
Singkat cerita, kondisi secara umum di daerah kami -dan Lombok- saat itu membuahkan keputusan tetap berangkat ke Lombok, tentunya dengan bersikap hati-hati, membawa masker dan hand sanitizer, dll. Demikianlah maka aku pun bersiap berangkat dari Pekalongan tgl 14 siang dengan Kereta Api, lalu dari Semarang bersama Mba Wati naik travel ke Jogja. Bismillah…
Drama Ketinggalan barang di Stasiun Poncol
Drama di saat persiapan sudah terlewati, ternyata masih ada beberapa drama kualami selama perjalanan itu, hehe..
Dengan menggunakan KA Kaligung jam 11 siang aku menuju Semarang di tanggal 14 Maret 2020 lalu. Setiba di Stasiun Poncol sudah waktunya Dhuhur, maka aku pun menunaikan sholat di mushola stasiun itu, sebelum membeli roti untuk makan siang dan menikmatinya sambil menunggu mba Wati yang akan menjemputku dalam perjalanan ke pool travel.
Semua terasa lancar hingga kami sampai di pool travel dan aku bersiap turun. Aku merasa ada yang kurang, apa ya?? Setelah memastikan tidak ada barangku tertinggal di mobil Mba Wati, aku pun bergegas turun dan bersama Mba Wati memasuki ruang tunggu di halaman pool travel di daerah Atmodirono itu.
Naah..saat sudah duduk di sanalah aku baru ingat bahwa saat makan di Poncol tadi, tumbler minum kukeluarkan dari ransel, lalu kumasukkan ke tas plastik bersama roti yang baru kubeli, biar ringkas maksudnya.. Ternyata eh ternyata, tepat saat menghabiskan roti pertama, aku mendapat telpon Mba Wati sudah dekat Stasiun, maka aku pun membuang sampah, kembali ke tempat duduk lalu menyambar koper dan cuuuus ke luar area Stasiun. Nah, rupanya tas berisi botol minum dan roti-roti tadi tak terbawa! 😁
Ya sudahlah..mau gimana lagi.. Aku hanya berdoa semoga itu keteledoran pertama dan terakhirku dalam perjalanan ini. Untung yang ketinggalan cuma botol ya..gimana kalau koper?? Haha…
Drama Menyeret Koper di Jombor Jogja
Siang menjelang sore di 14 Maret 2020 itu akhirnya kami meninggalkan Semarang menuju Jogja, perkiraan sekitar Maghrib sampai Jogja agar tak terlalu mepet waktu keberangkatan dari bandara Adisucipto sekitar jam 9 malam.
Travel yang kami tumpangi dari Semarang menurunkan kami di Daerah Jombor Jogja, tepatnya di depan rumah makan Bakmi Jombor. Kebetulan? Bukaan..sengaja kami minta diturunkan di salah satu tempat makan di daerah itu karena akan mengisi perut dulu sebelum ke bandara.
Pilihan Bakmi Jombor itu asal saja dari pak sopir travel sih, mungkin yang familiar di sana dan mudah untuk berhenti. Tapi Alhamdulillah menu yang kami pesan enak, meski porsinya besaaar.. 😁
Setelah makan kami memesan mobil online untuk ke bandara, Alhamdulillah pemesanan lancar. Sayangnya, kami tidak tahu bahwa daerah itu masuk ‘daerah merah’ ojol / mobil online. Sopir memberi tahu kami bahwa dia menunggu di belokan agak jauh dari lokasi kami, sementara kami tidak tahu tepatnya di mana belokan yang dia maksud. Maka setelah bertanya-tanya kami pun berjalan kaki ke arah kiri (iyaa..aku buta mata angin. Haha..) sambil menyeret koper dan teleponan dengan sopir, menuju belokan yang dimaksudnya. Lumayan juga, hahaha…
Drama Salah Terminal di Bandara
Nah,setelah ketemu mobil online itu kami kemudian lansung menuju bandara. Alhamdulillah perjalanan lancar dan kami turun dengan selamat di Terminal A Bandara Adisucipto Jogja.
Dengan hati gembira kami pun memasuki area Terminal A, langsung mencari mushola dulu. Selepas sholat kami menuju pintu keberangkatan di bandara itu, namun ternyata petugas yang menanyakan tujuan dan pesawat yang akan kami pakai menjelaskan bahwa kami harus berangkat dari Terminal B.
Jadi ternyata, di Bandara Adisucipto itu ada 2 terminal kedatangan dan keberangkatan domestik. Terminal A untuk keberangkatan dengan menggunakan Garuda Indonesia, Citylink dan Lion Group, dan untuk kedatangan pesawat Garuda, Citylink, Air Asia, Lion Group, Sriwijaya Group dan Express Air. Adapun Terminal B adalah untuk keberangkatan domestik Sriwijaya Group dan Express Air serta keberangkatan dan kedatangan internasional Air Asia dan Silk Air.
Nah loo.. Lalu di manakah letak Terminal B itu??
Kata petugas sih gak jauh kok, hanya sekitar 200 meter saja dari Terminal A. Kami bisa menunggu angkutan bandara ke Terminal B, atau bila tidak tergesa bisa juga jalan kaki menuju Terminal B. Karena melihat masih cukup banyak waktu, kami memilih opsi jalan kaki. Setelah mendapat petunjuk arah, kami pun mengayunkan langkah dan -sekali lagi- menyeret koper ke Terminal B.
Bayangan kami sebelumnya, kedua terminal itu ada di 1 gedung, kami hanya perlu menyusuri lorong-lorong yang menghubungkannya.
Ternyataaa… Itu salah, Marimar!
Terminal A dan B Bandara Adisucipto Jogja berada di 2 gedung terpisah. Kami keluar dari gedung A, menyusuri trotoar di pinggir jalan di malam nan sepi itu (ahaay..lebaaay..) ke arah kiri ( Barat ) dari pintu keluar itu, menuju gedung lain yang digunakan sebagai Terminal B.
Sambil berjalan kami ketawa-ketiwi membahas kekonyolan kami. Sepertinya cuma kami yang salah terminal malam itu, karena sepanjang perjalanan sekitar 30 menit itu hanya kami berdua yang menyusuri trotoar itu. Mobil bandara yang tadi disebut pun tak tampak menyusul kami.
Syukurlah rupanya itu drama terakhir kami di malam itu. Sesampainya di Terminal B kami sempat foto-foto, lalu mengurus barang, masuk ke ruang tunggu hingga saat keberangkatan pesawat semua berjalan lancar tanpa ada drama-drama lain lagi..Alhamdulillah ☺
Suasana ruang tunggu saat itu cukup ramai namun tidak penuh, sehingga kami bisa menunggu dengan relatif nyaman. Oya saat keberangkatan di Bandara Adisucipto itu sama sekali tidak ada perlakuan khusus pemeriksaan penumpang misal pemeriksaan suhu tubuh, dll. Betul-betul masih adem ayem dari heboh Corona.
Nah teman, demikianlah cerita pertama dari rangkaian cerita perjalananku ke Lombok. Mau tahu keseruan trip selanjutnya? Insya Allah kutuliskan nanti yaa… Oya, ada yang punya pengalaman nyasar di bandara juga? Boleh bagi kisahnya di kolom komen yaa.. Terima kasih..
Cerita kunjungan kami ke Desa Wisata Sukarara bisa dibaca di post berikutnya ya..
Pingback: Dolan Lombok : Berkunjung ke Desa Wisata Sukarara |
Pingback: Catatan Umrah Plus Turki 17 Hari (1) : YIA – KL – Jeddah – Madinah |