Lalang Ungu. Hai teman, adakah yang sedang kangen jajanan tradisional? Yuuk, ke Minggon Jatinan Batang saja… Eh, sudah tahu kan apa itu Minggon Jatinan?
Dari kedua kata yang membentuk nama ini, kita bisa mengetahui apa sebenarnya maksudnya. Minggon berasal dari kata Minggu yang merupakan waktu pelaksanaannya dan Jatinan menandakan lokasinya, yaitu di hutan Jati. Ya, Minggon Jatinan adalah semacam pasar jajan yang diselenggarakan setiap hari Minggu, berlokasi di Hutan Kota Rajawali Batang.

Minggon Jatinan ini pertama kali diresmikan kegiatannya pada tanggal 22 April 2018 yang lalu, oleh Bapak Bupati Batang, Wihaji. Sebagai salah satu program untuk mendukung Visit to Batang 2022, diselenggarakannya kegiatan rutin mingguan ini adalah sebagai upaya melestarikan kuliner tradisional, sekaligus sebagai upaya pembinaan UMKM Kab. Batang.
Sebagaimana sudah kusebutkan di awal tulisan ini, Minggon Jatinan hanya diselenggarakan setiap hari Minggu, buka mulai pukul 06.00 – 12.00 WIB. Kegiatan ini terselenggara hasil kerja sama Pemerintah Kabupaten Batang, TP PKK Kab Batang dan Madrasah Bisnis.
Sejak awal peresmiannya, antusias masyarakat Batang dan sekitarnya sangat tinggi untuk mendatangi pasar jajan ini. Terlebih karena di sini masyarakat / pengunjung tidak hanya bisa membeli aneka jajanan tradisional saja, namun juga bisa menikmati hiburan rakyat berupa musik Calung dan juga dapat memperkenalkan anak-anak pada aneka permainan tradisional. Ya, memang Minggon Jatinan ditata dengan menampilkan 4 aspek yaitu : edukasi kampung dolanan, kuliner tradisional, hiburan rakyat dan juga sebagai destinasi wisata halal ( halal tourism ).
Sebenarnya sudah cukup lama aku ingin mengunjungi Minggon Jatinan, terlebih karena lokasinya yang berada di perbatasan Batang – Kota Pekalongan tidaklah terlalu jauh dari rumah kami, namun rupanya baru pada minggu lalu kami berkesempatan mampir ke sana. Dan ini adalah catatan hasil jalan-jalan kami kemarin ke Minggon Jatinan ini.
Dari rumah, sekitar jam 7an, kukira sudah cukup pagi, perkiraan tak sampai setengah jam kami sudah akan sampai di sana. Ternyata, lalu lintas menuju Hutan Kota Rajawali cukup padat waktu itu dan baru sekitar 40 menit berikutnya kami sampai di depan lokasi, menyadari bahwa kami kesiangan!

Ya, tempat parkir di sepanjang pinggir jalan Dr Sutomo telah penuh dengan motor dan mobil. Sekilas melayangkan pandang ke dalam hutan kota, tampak pengunjung sangat ramai. Memasuki gerbang tak ada penjualan tiket, jadi pengunjung bebas masuk lokasi tanpa ada biaya masuk. Lalu kami melihat antrean panjaaaang mengular sejak beberapa langkah dari pintu masuk itu. Antrian apa nih? pikirku.

Ternyata itu adalah antrian penukaran duit kereweng. Ya, untuk bertransaksi di Minggon Jatinan ini, digunakan semacam koin yang terbuat dari kereweng / tanah liat dengan nilai Rp. 2000,-/ koin. Sehingga bila ingin berbelanja di sana harus mau antri dulu untuk penukaran koinnya. Hm, melihat panjangnya antrean saat itu, aku langsung kehilangan selera! hihihi…
Maka aku pun langsung berjalan-jalan saja di lokasi itu, melihat-lihat suasana. Di tengah lokasi rupanya arena hiburan, sedang ada kelompok pemusik Calung yang beratraksi, namun kerumunan pengunjung memadati di sekitarnya. Begitu juga para penjual, hampir-hampir tak kelihatan karena dikelilingi oleh para pembeli yang berjubel. Hm, stok sabar mesti banyak-banyak nih…yang tidak biasa mengantri harus belajar dulu di rumah biar bisa mengantri dengan tertib! 😀
Oya, ada peta lokasi kok, jadi tak perlu bingung untuk mencari yang diinginkan : makanan / minuman / arena permainan / toilet / musholla, dll.

Untuk jajanan yang dijual di sana cukup bervariasi. Ada Pecel, Urab, aneka godhogan (pisang, ubi, ketela, kacang, dll), jajan pasar, aneka bubur, kolak, Serabi Kalibeluk -nah, jangan sampai ketinggalan mencicip jajanan jadul ini ya… khas Batang dan sangat berbeda dengan serabi dari daerah lainnya- ada pula aneka minuman, baik minuman segar maupun kopi khas Batang. Wis tah, coba saja datang ke sini untuk merasakan sendiri sensasi jajanan tradisional di Minggon Jatinan ini yaa… Tapi ya itu…stok sabar harus diperbanyak, datangnya juga pagi-pagi…jangan kesiangan seperti kami kemarin..hehe..



Sedikit masukan untuk pengelola, sebaiknya tempat penukaran koin / petugasnya bisa ditambah lagi. Kemarin kami melihat hanya 1 lokasi dengan 2-3 orang mbak-mbak yang jaga, yang harus pontang-panting melayani pengunjung yang membludak dan persediaan koin sempat kosong juga beberapa waktu..tapi ada informasi dari teman, kemarin itu sebenarnya sudah ada 3 tempat penukaran koin, jadi mungkin sistemnya yang perlu diperbaiki lagi. Itu semua demi meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung, sehingga nyaman dan aman, dan akan kembali lagi di waktu-waktu selanjutnya.
Itulah cerita jalan-jalanku di Minggon Jatinan Batang. Penasaran? Hayuk atuuh..capcus langsung ke sana minggu depan yaa… 😀
Waaaaaa sekarang udah ada pasar traditionalnya ya mba Tan. Aku pas ke sana, belum ada ini nih. Duit kreweng, ya ampun ingat jam kecilnya aku mainan itu.
Hihi..iya Nyi..duit mainan kita sekarang payu… 🙂
wah, seru banget itu mbak 😀
kalo deket saya udah ngacir ke sana pasti hihi
suka sekali sama acaranya, makanannya banyak, seru bisa kulineran di sana >.<
Enaaak…lembut2 maniiis…hehe..
Lagi happening banget ya mbak pasar2 kaya gini. Mirip sama pasar karetan di Kendal. Asyik sih jadi ada alternatif tempat wisata baru, bantu perekonomian sekitar juga
Iya Muna..keberhasilan pasar Papringan dan Karetan rupanya menginspirasi banyak daerah. Semoga bisa memberi alternatif wisata edukatif sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat..
Ini paket lengkap sepertinya ya mbak, memperkenalkan wisata alam, kuliner, serta melestarikan keduanya. Sejalan waktu mudahan pelayanan yg ada semakin memuaskan pengunjung.
Ya mba.. mudah2an pengelolaannya semakin baik, dan tidak hanya menjadi daya tarik wisata setempat namun juga bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat UMKMnya.. Aamiin ..
Yg beda dgn pasar pasar jajan serupa apa mbak? Klo g punya diferensiasi, sy pesimis bs dikunjungi pengunjung dr luar kota. Pengelola hrs lbh inovatif utk pasar jajan spt ini.
Nah..ini masukan bagus buat pengelolanya.. diferensiasi musti dipikirin bener.. Suwun masukannya, mas Wahid..
Hihi…iya mba.. harga2nya 1K, 2K, dst…maksudnya 1Kreweng, 2Kreweng dst..
Sekarang pasar mingguan seperti ini lagi booming ya mba, rata-rata isinya menonjolkan ciri khas kekayaan daerah setempat
Betul mbak..mendorong kreativitas dan ekonomi warga memang..tapi harus diperhatikan pula agar tidak berkesan sama dan membosankan ya mba..
weh.. ke pasar papringan yang deket aja belum kesampaian.. ini sudah ada yang nulis pasar jatinan
Lhah..aku malah ke Papringan belum pernah ik.. agendakan yuuk..
Tadinya pengen kesana, tp kl pake ngantri panjang ya ditahan dl deh sp agk redaan ya… Smg di Pkl akan muncul yg serupa yg bs dimanage dgn lbh baik lg
Info terbaru dr seorang teman, sdh ada 3 lokasi penukaran koin mba. Mgkn pengaturan saja yg perlu ditingkatkan.
Yang gak nguatin antrian penukaran uangnya itu mba…ampun deh..
Naah itu dia mbaa…keburu lapeeer hahaha….