Dolan Lombok : Menikmati Siang di Gili Trawangan. Salam jumpa, Sahabat Lalang Ungu… Menjelang weekend, hasrat piknik makin menggebu.. Sayang disayang masih harus ditahan-tahan karena Si C belum juga berlalu..hiks.. Sebagai penghibur hati, kutuliskan saja kenangan dolan Lombok kami kemarin yaa… Kali ini tentang keasyikan kami menikmati siang di Gili Trawangan.
Hari kedua trip kami ke Lombok di Maret lalu, sesungguhnya paling kunantikan. Ya, tentu saja karena itinerary wisata di hari kedua ini adalah Gili Trawangan! Tentunya teman-teman sudah tahu -minimal pernah dengar / baca- bahwa Gili Trawangan adalah salah satu ikon wisata Lombok yang masuk kategori must visite karena keindahannya. Nah, tentu saja aku penasaran dong : apa iya Gili Trawangan memang seindah ituuu? Ehm, jadi meminjam istilah yg sering dipakai beberapa reviewer di YouTube..hihi..
Jadi begitulah, pagi kedua di Lombok kala itu, kami bergegas menyelesaikan sarapan di hotel, lalu menanti jemputan dari penyelenggara paket tour yang kami gunakan. Selanjutnya kami pun meluncur dari hotel menuju tempat penyeberangan di Daerah Pemenang Lombok Utara.
Suasana tampak sepi ketika kami sampai di Pelabuhan Bangsal pagi itu. Apakah karena adanya Corona? Pikir kami waktu itu. Tapi sebelumnya agen tour kami sudah memastikan bahwa akses keluar-masuk Gili Trawangan masih dibuka, sebagaimana tempat wisata lain di Lombok di pertengahan Maret itu. Ok lah, setelah tiket kami dapatkan maka kami pun menunggu perahu berangkat menyeberang.
Oya, dari Pelabuhan Bangsal ini ada 2 alternatif perahu yang dapat digunakan untuk menyeberang. Yang pertama adalah public boat yang digunakan tidak hanya oleh wisatawan namun juga oleh para pedagang yang akan menuju Trawangan, yang kedua adalah speed boat yang tentunya lebih cepat dan lebih privat. Untuk public boat harga tiketnya Rp.15.000,- (kalau tak salah), dengan waktu tempuh sekitar 40 menit.
Selama perjalanan menuju Gili Trawangan cuaca cerah dan ombak pagi masih ramah, sehingga kami menikmati terayun-ayun lembut di atas public boat itu tanpa rasa pusing atau mual yang menandakan mabuk laut. Alhamdulillah 🙂
Sesampainya di Gili Trawangan, kami sudah ditunggu oleh Pak Dedi yang menjelaskan bahwa sepeda yang akan kami gunakan sudah siap dan kami bebas mengeksplorasi Gili Trawangan siang itu dan bila telah siap untuk makan siang, beliau siap menunggu di EGO Resto.
Lho..nggak diving / snorkeling di sana?
Hehe…kami anti mainstream laah.. Eh nggak kok, karena satu dan lain hal pertimbangan kami, kami tidak mengambil paket menyelam di antara 3 Gili yang sangat terkenal itu, melainkan menggantinya dengan bersepeda menikmati Gili Trawangan.
Aiih..apa asyiknya??
Eh, jangan salaaah… Kami sudah membuktikan sendiri bahwa bersepeda menyusuri jalan-jalan di Gili Trawangan itu sangat asyik lho! Ya, meskipun sepertinya akan lebih asyik bila dilakukan pada pagi-pagi benar ataupun sore menjelang sunset, bukannya siang hari yang lumayan terik seperti kemarin itu! Haha.. Tapi tentu saja kami sudah siap dengan topi dan kaca mata hitam melawan terik, jadi asyik-asyik sajaa.. 😁
Oya, ada sedikit cerita nih. Kalau Mbak Wati -teman perjalananku kali ini– memang sudah rutin bersepeda di hari liburnya, maka kebalikan denganku. Terakhir kali aku bersepeda adalah belasan tahun lalu!! 😅😅
Lha kok nekat??
Aku percaya dengan pepatah yang mengatakan bahwa ‘bersepeda dan berenang adalah dua hal yang sekali kita bisa maka tak akan kita lupa caranya‘. Nah, jadi aku PD saja masih bisa bersepeda meski pasti akan kagok-kagok sedikit di awal. Hehe..
Dan nyatanya, Alhamdulillah memang aku masih bisa. Kagok di awal namun berhasil juga mengayuh sepeda jengki berwarna biru itu, meski tentu saja tertinggal jauh dari mba Wati yang memang mantab kayuhannya 😁😁
Sedikit masalah lagi adalah celana kulot lebar yang kukenakan, rupanya tak cocok untuk bersepeda. Beberapa kali nyangkut di pedal dan bahkan ada bapak-bapak yang khusus ngaruh-aruhi, memintaku hati-hati karena takut ujung kulot masuk rantai! Alhamdulillah itu tak terjadi, meski asli aku deg-degan saat itu.. 😅
Berbeda dari perkiraan kami, ternyata Gili Trawangan siang itu cukup ramai, terutama oleh wisatawan manca. Bersliweran di sana baik jalan kaki maupun menggunakan sepeda juga, semua terlihat ceria menikmati limpahan sinar matahari di pantai itu.
Selain hotel dan tempat menginap, kios cinderamata, cafe dan restauran dengan tampilan yang cantik fotogenik berderet di sepanjang pinggir jalan kecil itu, sementara tepi pantai sebagian besar diisi dengan meja kursi dan pernak-pernik cantik dari cafe dan resto yang ada di sana.
Sambil menikmati pemandangan yang memanjakan mata kami mengayuh hingga ke ujung yang relatif lebih sepi, lalu berhenti di bibir pantai yang ditumbuhi pepohonan rindang. Ah, nikmat sekali duduk-duduk di tempat yang sejuk, sambil menikmati suara debur ombak, pemandangan pasir putih dan birunya air laut, tak ketinggalan belaian angin pantai yang aduhai 😍
Ujung pulau yang ini memang relatif sepi. Sungguh tepat untuk bersantai menikmati pemandangan tanpa terganggu lalu lalang orang. Tentu saja tak lupa sesekali kami berfoto-ria, mengabadikan kesempatan indah keberadaan kami di pulau kecil (GILI dalam Bahasa Lombok) yang sudah terkenal keindahannya itu.. Alhamdulillah…
Waktu berlalu dan perut mulai bernyanyi..hehe.. Maka kami pun meninggalkan ‘oase’ sejuk itu, kembali mengayuh sepeda menuju ujung Pulau yang berlawanan, ke arah EGO Resto yang disebutkan pemandu pada awal kedatangan kami di Gili ini. Makan siang..kami dataaang.. 😁
Kami pun menikmati makan siang dengan menu menggugah selera yang telah disiapkan untuk kami, di bawah pohon rindang, di tepi pantai nan indah. Sungguh momen makan siang yang gak terlupakan!
Rasanya kami tak ingin momen asyik itu cepat usai. Kami menikmati satu persatu menu yang disajikan sambil ngobrol santai ngalor-ngidul, dan setelahnya masih berlama-lama menikmati suasana menyenangkan itu ditemani Kelapa Muda dingin. Namun, waktu memang merupakan pembatas yang tegas!
Melirik jam, kami pun dengan berat menyudahi momen menyenangkan itu. Setelah menitip tas pada Pak Dedy, kami pun menuju Masjid Baiturrahman untuk menunaikan kewajiban. Suasana sejuk dan nyaman di dalam masjid berkolaborasi dengan perut penuh, membuat mata terasa berat dan tubuh inginnya rebahan. Hehe..
Setelah meninggalkan masjid kami pun mengambil tas dan berjalan menuju dermaga dan loket untuk pembelian tiket pulang. Jalan kecil itu terasa sangat padat di sore itu, wisatawan-wisatawan manca dengan tas-tas besar mereka berduyun-duyun menuju arah yang sama dengan kami. Ada apakah gerangan?
Ternyata, sudah ada pemberitahuan bahwa warga asing diminta untuk segera meninggalkan pulau hari itu, atau tetap tinggal di sana karena akses keluar-masuk Gili akan ditutup untuk waktu yang belum ditentukan!
Oow..pantas saja, suasana penyeberangan sangat ramai sore itu, berbeda dengan kondisi saat kami sampai di sana paginya. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya tiket untuk kami siap, dan menggunakan perahu umum sejenis dengan saat kedatangan, kami pun meninggalkan Gili Trawangan yang memang indah itu. Ah, aku tak ingin mengucap Selamat Tinggal, namun kuucapkan Sampai Jumpa Lagi, karena aku masih ingin datang lagi lain kali, mudah-mudahan bisa menginap juga di sana agar dapat menikmati senja, malam dan sunrise di Gili Trawangan Aamiin..
Berbeda dengan saat berangkat, saat pulang cuaca kurang bersahabat. Mendung tebal yang memayungi sejak meninggalkan Gili Trawangan akhirnya pecah menjadi gerimis mulai sekitar setengah perjalanan. Alhamdulillah kami tiba dengan selamat kembali di Pelabuhan Bangsal sore itu, meski hujan sempat cukup lebat.
Sahabat Lalang Ungu, demikianlah sekilas cerita kenangan kunjungan mengasyikkan kami ke Gili Trawangan. Kesimpulannya, Gili Trawangan memang seindah ituuu 😍 Jangan lupa siapkan memory kamera maupun HP karena di Gili Trawangan kita tak akan kehabisan spot keren untuk berfoto-ria mengabadikan kenangan di sana 🙂
Adakah yang ingin berbagi kenangan atau impian di Gili Trawangan? Yuk, bagi kisahnya di kolom komen ya.. Terima kasih..
Oya, silakan baca juga cerita Dolan Lombok kami lainnya ya… a.l tentang Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese , kunjungan ke Dusun Sade dan belajar menenun di Desa Sukarara
Pingback: Singgah Sejenak di Masjid Raya Hubbul Wathan Mataram |