Ngangsu kawruh urban farming di Kota Solo. Hai Sahabat Lalang Ungu…bagaimana akhir pekannya nih? Semoga selalu sehat dan berbahagia ya..
Sahabat, memang ada banyak aktivitas yang bisa kita kerjakan di akhir pekan ya.. Kalau aku lagi senang mengurus tanaman nih.. Puas rasanya bila tanaman hasil rawatan kita tumbuh subur bukan? Meskipun ya ada saja tanaman yang perkembangannya tak sesuai harapan juga sih..
Nah, biasanya bila ada masalah begitu aku suka nanya-nanya ke teman-temanku yang hobi berkebun juga.. Atau ke komunitas sehobi. Lebih senang lagi bila ada kesempatan mengikuti acara belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas tanam-menanam ini.
Sahabat Lalang Ungu, kali ini aku akan menuliskan pengalamanku mengikuti kunjungan ke beberapa lokasi dalam rangka ngangsu kawruh tentang urban farming dan pengelolaan kelompok di 2 KWT Kota Solo.
Pada 9 Desember 2021 yang lalu, aku berkesempatan mendampingi teman-teman dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Kota Pekalongan melakukan kunjungan ke Kelurahan Joglo Surakarta/Solo dalam rangka belajar tentang pertanian perkotaan pada umumnya dan pengelolaan KWT pada khususnya sebagai pengelola Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L).
Optimasi Lahan & Pengolahan Sayur Organik oleh KWT Ngudi Makmur
Kunjungan pertama ke KWT Ngudi Makmur yang berlokasi di Nayu RT 02/RW 5 Kel. Joglo Kec. Banjarsari Surakarta.
Meski baru terbentuk pada September 2020 lalu, kelompok yang dipimpin oleh Ibu Pety ini sudah mampu memberikan tambahan penghasilan bagi anggotanya, yang bersumber dari optimasi lahan dengan tanaman sayur organik.
Berawal dari sepetak lahan tidur milik warga di wilayah Kelurahan Joglo yang ‘dipinjamkan’ selama 5 tahun kepada kelompok, anggota KWT bahu-membahu membudidayakan sayur-mayur dengan pendampingan dari PPL dan Dinas Pertanian setempat.
Selain menjual hasil panen sayuran yang ditanam di lahan seluas 50 m2 itu, saat ini ibu-ibu anggota KWT juga telah melaksanakan pengolahan hasil panen.
Hasil olahan Bunga Telang menjadi berbagai produk (sirup, permen, puding, snack, teh) telah dipasarkan, juga hasil olahan beberapa jenis sayuran lain (keripik kangkung, seledri maupun olahan terong) dan rempah (jahe, serai, dll) yang merupakan hasil kebun KWT ini.
Pemasaran hasil kebun ini memang masih secara tradisional. Dipromosikan secara lesan / gethok tular antara pengurus dan anggota dengan masyarakat sekitar juga lewat sharing di grup WA & media sosial personal.
Kunci Keberhasilan KWT Ngudi Makmur Solo
Adapun dalam pengelolaan kelompok, Ibu Pety selaku ketua KWT menyampaikan 4 kunci keberhasilan kelompoknya, yaitu: (1) adanya motivator kelompok; (2) pendekatan personal antar anggota kelompok; (3) kerjasama internal maupun eksternal; dan (4) upaya inovasi & diversifikasi produksi.
Lidah Buaya, Produk Unggulan KWT Asri Solo
Lokasi kedua yang kami kunjungi hari itu adalah Kebon Puncak Asri milik KWT Asri, masih di Kelurahan Joglo namun beda RW yaitu di Gambirsari RT 05 RW 04.
Produk utama dari kelompok ini adalah tanaman Lidah Buaya (aloevera sp), yang dijual dalam bentuk bibit, tanaman dewasa hingga hasil olahannya.
Sama seperti KWT Ngudi Makmur, KWT Asri ini juga bermula dari kegiatan ibu-ibu dalam menyukseskan program HATINYA PKK yaitu salah satu upaya PKK dalam pemanfaatan pekarangan bagi keluarga. HATINYA ini merupakan akronim dari ‘Halaman Asri Teratur Indah dan Nyaman’.
Kunci Keberhasilan KWT Asri Solo
Kekompakan pengurus dan anggota menjadi salah satu kunci keberhasilan kelompok ini, di samping juga keputusan untuk memilih fokus pada produk unggulan kelompok yang dinilai mempunyai nilai lebih dibanding melakukan budidaya beragam jenis tanaman.
Oya, kebetulan Ibu Sri -Ketua KWT Asri- adalah seorang pensiunan guru yang pernah bertugas di Kota Pekalongan..jadi makin gayeng deh ngobrolnya dengan para peserta studi banding dari Kota Batik ini..
Dan hebohnya lagi..Bu Sri memberi kami oleh-oleh berupa tanaman-tanaman Lidah Buaya untuk dikembangkan di kebun KWT di kota kami.. Aiih.. maturnuwun Ibuu.. 😘😘😘
Singgah Sejenak ke Heritage Palace
Setelah puas menyerap ilmu urban farming dari 2 KWT keren ini, kami pun bersiap kembali ke kota kami. Namun sebelumnya sempat mampir ke sebuah lokawisata yang kebetulan lokasinya tak jauh dari tujuan belajar kami itu.
The Heritage Palace itulah nama dari sebuah tempat wisata yang berlokasi di Kelurahan Pabelan Kecamatan Kartosuro Kab. Sukoharjo. Sekitar 10 km dari pusat Kota Solo.
The Heritage Palace ini merupakan bekas pabrik gula yang termasuk bangunan cagar budaya namun telah direnovasi lingkungannya dan sekarang menjadi tempat wisata swafoto alias selfie.
Oya, jadi The Heritage Palace ini bagiku merupakan gedung eks pabrik gula yang ke-3 kukunjungi setelah De’Tjolomadoe yang berlokasi di Karanganyar dan Rest Area Banjaratma Brebes.
Memang asyik berfoto-ria di The Heritage ini, namun menurutku bisa lebih asyik lagi kalau sebelumnya ada semacam tour kecil dipimpin pemandu yang menjelaskan bagian-bagian dari eks gedung pabrik gula ini, sehingga pengunjung tidak hanya membawa pulang kenangan berswafoto saja..hehe..
Sahabat Lalang Ungu, demikianlah sepenggal ceritaku mendampingi pengurus KWT Kota Pekalongan beranjangsana ngangsu kawruh tentang urban farming di 2 KWT Kota Solo.
Pelajaran Penting dari KWT Ngudi Makmur & KWT Asri
Yang menjadikan 2 KWT ini istimewa adalah meskipun lokasinya berada di tengah permukiman perkotaan yang relatif padat, namun tak menyurutkan semangat pengurus dan anggota untuk memanfaatkan lahan yang ada demi kesejahteraan bersama. Salut untuk kedua KWT ini!!
Sahabat, apakah kalian tertarik juga dengan kegiatan urban farming ini / punya pengalaman tentang kegiatan ini? yuk..bagi cerita di kolom komen ya..
25 Comments
Leave a reply →