Hai Sahabat Lalang Ungu, apa kabar.. Semoga tetap sehat dan bahagia yaa.. Sahabat, mumpung masih segar dalam ingatan, aku akan mulai menuliskan rangkaian kenangan perjalanan umrah yang alhamdulillah sudah terlaksana tanggal 4-14 November kemarin.
Tulisan-tulisan itu insyaAllah kuniatkan sebagai salah satu bentuk rasa syukurku, catatan yang kelak bisa kubaca-baca lagi untuk dapat kembali kusyukuri. Namun sebelumnya, aku ingin menuliskan tentang sebuah mimpi besar yang pernah kami rajut. Ya, kami : aku dan almh ibu.
Mimpi itu berawal dari belasan tahun lalu, ketika ibu rasan-rasan ingin berhaji bersama. Sebuah mimpi indah, bersama menjadi tamu Allah, bersama bersujud di baitullah. MasyaAllah…mimpi besar yang sangat indah, bukan? Maka kami mulai berusaha mewujudkannya antara lain dengan makin rajin menabung.

Sayangnya kemampuan kami saat itu masih sangat terbatas, sementara waktu terus melaju. Hingga akhirnya kuputuskan fokus menabung untuk keberangkatan ibu lebih dahulu. Alhamdulillah, tahun 2006 ibu akhirnya berkesempatan menunaikan ibadah haji beberapa bulan setelah ulang tahun beliau ke-70.
Kami mengantar keberangkatan ibu waktu itu dengan rasa campur aduk. Bahagia pasti, tapi ada juga terselip rasa khawatir dan sedih karena tak bisa mendampingi beliau yang sudah masuk usia senja. Namun seperti kata beliau waktu itu, kami telah menitipkan beliau ke Sang Maha Penjaga lalu mengapa kami harus khawatir?
Begitulah kami sekeluarga menguatkan hati, melepas ibu dengan selaksa doa dan juga tak putus doa-doa kami panjatkan selama ibu di tanah suci hingga akhirnya alhamdulillah pulang kembali ke rumah dengan sehat, selamat dan bahagia.
Setelah kepulangan ibu, aku pun kembali meneruskan usaha mewujudkan mimpiku. Sedikit demi sedikit menyisihkan rezeki, sambil terus memohon kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam upaya memantaskan diri menjadi tamu-Nya kelak.
Baca juga : 3 Tips Menabung untuk ONH
Ada satu kalimat yang kudapat dari salah satu pengajian, yang selalu kupegang untuk menjadi penyemangatku : “Allah tidak memanggil orang-orang mampu (untuk menjadi tamu-Nya), sebaliknya Allah memampukan orang-orang yang dipanggil-Nya.”
Alhamdulillah, panggilan dari-Nya akhirnya tiba di tahun 2011. Tak terkira rasa hatiku saat akhirnya mimpiku bersujud di baitullah akhirnya terwujud. Pengalama yang sangat indah dan berkesan, yang akhirnya kurangkum dalam sebuah buku “Notes from Mecca“. Di antara doa-doa yang ku panjatkan dalam rangkaian ibadah haji kala itu, ada doaku semoga berkesempatan kembali ke tanah suci lagi, bersama ibu dan keluarga kami.
Baca juga : Kali Pertama Kutatap Kiblatku
Itu sebabnya, beberapa bulan sepulang dari ibadah haji kembali aku membuka rekening khusus, kali ini untuk umrah. Selain dari rasa rindu untuk kembali menjalani saat-saat bahagia menjadi tamu Allah, harapanku bisa bersama ibu saat kembali ke sana memacu semangatku untuk memenuhi tabungan itu.
Akhir tahun 2018 akhirnya kesempatanku untuk berumrah datang, namun sayang sekali kondisi kesehatan ibu saat itu tidak memungkinkan untuk berangkat bersama. Akhirnya aku berangkat sendiri, dan doa yang sama saat haji masih kulantunkan di antara doa-doaku selama ibadah umrah kala itu : ingin datang kembali bersama ibu dan keluargaku.
Rutinitas menabung untuk umrah berikutnya telah kumulai sejak pertengahan 2019 itu, namun sayangnya pada 10 Juli 2021 lalu ibu kami berpulang. Seakan runtuh duniaku..dan pupus sudah mimpi kami sujud bersama di baitullah.. 😭

Sempat kehilangan semangat hidup setelah ditinggalkan ibu, akhirnya aku mulai belajar ‘hidup’ lagi beberapa bulan lalu. Aku tak ingin membebani almh ibu di sana dengan kondisiku di sini, itu sebabnya aku berusaha bangkit dari keterpurukanku. Aku belajar menerima dan menjalani takdir ku, sepahit apa pun itu.
Aku lupa entah kapan tepatnya, kalau tak salah setelah haul pertama kepergian ibu, tiba-tiba aku ingiiin sekali kembali ke tanah suci. Tabungan yang sempat terhenti sebelumnya kulanjutkan lagi, dan sebagai ganti ibu aku menawarkan kepada adik dan kakakku untuk berangkat bersama.
Karena satu dan lain hal adikku tak bisa ikut tapi alhamdulillah mbakku bisa. Segera akupun mencari-cari info KBIHU tentang jadwal pemberangkaran umroh. Alhamdulillah ada jadwal pemberangkatan bulan November. Saat itu akhir September (setelah ada jawaban dari kakakku) maka mulailah rangkaian persiapan ‘mendadak umroh’ yang cukup heboh itu 😊.
Sahabat Lalang Ungu, sekian dulu ceritaku kali ini ya.. InsyaAllah tulisan selanjutnya tentang persiapan umroh yang lumayan mepet waktu kemarin itu.. hehe.. Sampai jumpa…
MashaAllah~
Kak Tanti.. semua berawal dari sebuah mimpi dan menjadi doa lalu azamnya dikuatkan untuk benar-benar ingin bersimpuh di Baitullah.
Nikmat sekali rasanya..berada di tanah para Nabi dan Rasul.
alhamdulillah..
Wah syukurlah bisa menggapai mimpinya yaa, dan tetap selalu bersyukur dan semangat terus menjalani hari-harinya serta harus terlihat bahagia terus agar tidak membuat khawatir ibu diatas sana.
alhamdulillah..
Mimpi besar setiap keluarga muslim.
Indah, karena sungguh terwujud, meski akhirnya berangkat sendiri-sendiri.
Semoga saya dan ibu saya, termasuk jadi pasangan ibu anak yang dimampukan Allah SWT.
Mampu berangkat dan lafadzkan ‘Labbaik, Allohumma labbaik’
Aamiin ya Allah
insyaAllah semiga segera diberi kemudahan dan kelancaran menjadi tamu Allah.. aamiin..
Masya Allah mba tanti, keren bgt mimpinya. Alhamdulillah ibu sedo jg setelah menunaikan ibadah haji ya mba. 2006 itu haji blm antri kayak skrg kan ya? Moga antrian kami pun g nu ggu terlalu lama nih. Eh jadi kepikiean nabung buat umroh nih
ayuuk segera dibuka rek khusus utk umrah..insyaAllah diberi kemudahan dan kelancaran utk.menjadi tamu Allah.. aamiin.
Perjalanan ke Baitullah memang penuh dengan cerita ya. Alhamdulillah Ibunda dan Mbak Tanti akhirnya bisa menunaikan rukun Islam ke 5. Nanti kalau umroh lagi, bisa dibadalkan untuk Almarhumah Ibunda biar pahalanya ngalir terus
Masyaallah… Niat mulia Mbak Tanti sdh dicatat Allah mbak… Ayo temukan lg semangat dlm diri Mbak Tanti. Luapkan emosi, tenaga dan tulisan2 yg indah dlm kisah2 travelling berikutnya. Time would heal the wound, and life must go on. Pukpuk cemangaad…
suwun, mba Say.. loveee you..
Terharu membaca tulisan Mbak Tanti yang ingin sujud bersama bunda di Ka’bah. Sayangnya sang bunda keburu pergi ya mbak. Insya Allah beliau bahagia di atas sana Dan melihat perjalanan umrah Mbak Tanti bersama saudara. Amin
insya Allah.. terima kasih, mba Evi..