Disapa Genangan di Akhir 2022

Hai Sahabat Lalang Ungu, semoga tetap sehat dan bahagia memasuki tahun baru ini yaa.. Hari terakhir di 2022 kemarin, rupanya DIA Yang Kuasa sedang mengingatkan kami untuk makin pintar bersyukur.

Hujan deras di lingkungan kami sejak 30/12 malam. Sepertinya hujan dan angin itu merata. Dari berita-berita di sosmed kubaca mulai ada yang banjir, atau beberapa tempat ada kerusakan akibat angin yang lumayan kencang menyertai hujan kali ini.

Sempat merasa waswas juga ketika baca di WAG beberapa titik ‘langganan banjir’ di kota kami sudah mulai tergenang. Hm, tapi selama ini daerah sekitar rumahku aman-aman saja, mudah-mudahn tetap aman. Begitu doaku sebelum tidur.

Lalu pagi berikutnya terbangun dan mendapati suara hujan masih terdengar. Selesai subuhan sempat mengintip keluar, tampak remang-remang halaman mulai ada genangan air.

Hm..mudah-mudahan hanya sampai halaman saja (yang memang posisinya lebih rendah dari jalan lingkungan) seperti kemarin-kemarin, begitu harapanku. Apakah harapanku pagi itu terkabul?

Ternyata kali ini tidak, hehe..

Aku masih membuat teh panas di dapur ketika suara hujan di luar terdengar makin deras, bersaing dengan suara tetes-tetes air di baskom-baskom penampung. Iyaa..ada beberapa bagian atap yang bocor di dapur yang belum sempat diperbaiki, jadi kami memasang wadah untuk menampung bocoran itu.

Lalu tak sengaja sudut mataku menangkap ada pergerakan di lantai sekitar tempat cuci piring. Aku menengok mengamati, rupanya ada plastik kecil yang bergerak mengikuti aliran air.

Hah..aliran air di lantai? Dari mana? Sejak kapan? 

Buru-buru kuamati sekeliling dapur lebih teliti lagi..dan barulah kusaksikan lantai dapur yang sebelumnya kering, saat itu sebagian mulai tertutup genangan air yang bergerak perlahan tapi makin meluas!

Aku pun bergegas memanggil adik-adik memberitahukan hal itu. Kami kemudian segera mengangkat beberapa perlengkapan & dus-dus dari lantai dapur. Sepertinya air cukup deras masuk dari pintu yang ke garasi.. 🙁

Adik mengecek ke garasi, sementara aku ke ruang depan untuk mengintip halaman. Ah, rupanya lantai garasi sudah tergenang semua dan air dengan kalm-nya melenggang masuk dapur lewat celah bawah pintu yang hubungkan dapur dan garasi. Sedangkan air di halaman depan sudah peres teras samping. Naik sedikit lagi, maka kemungkinan air itu akan masuk rumah lewat pintu samping!

Genangan banjir
Genangan di halaman depan yang posisinya lebih rendah dari jalan

Sekitar pukul 7 pagi, apa yang kami khawatirkan terjadi. Untuk pertama kalinya air hujan masuk ke rumah kami, tidak hanya dari atap bocor namun dari limpahan air di jalan yang tak lagi tertampung selokan, melalui pintu samping dan garasi di belakang 🙁

Tidak banyak yang bisa kami lakukan selain menyelamatkan beberapa barang yang masih mungkin di pindah, sambil memonitor perkembangan di luar (WAG RT ramai dengan laporan para warga yang juga mulai kemasukan air, info dari penjaga kantor bahwa sebagian kantor tergenang, dll) dan tentunya berdoa semoga hujan segera reda hingga genangan-genangan surut.

Kantor Banjir 2022
Genangan di kantor kami, foto dari WAG kantor

Alhamdulillah kami tak diuji lama-lama.. Tak sampai 2 jam hujan mulai berangsur reda dan perlahan genangan di dalam dan luar rumah mulai surut. Tak henti kami bersyukur. Setelah air benar-benar surut dan kami selesai bersih-bersih, sore itu sambil rehat berbagai pemikiran sempat singgah di benakku.

Ini kejadian pertama bagi kami, namun telah banyak membuat kami bersyukur.  Mensyukuri sudah diberi kondisi aman bertahun-tahun sebelumnya, mensyukuri air yang masuk tak banyak (hanya setinggi mata kaki), tidak menggenangi seluruh rumah (hanya di garasi, dapur dan sebagian ruang samping) dan juga relatif sebentar (hanya sekitar 2 jam saja).

Dan terutama kami bersyukur diberi kesempatan merasakan hal ini agar bisa lebih berempati pada orang-orang yang telah atau sedang merasakan ujian lebih berat. Ada yang selalu kebanjiran saat hujan atau berbulan-bulan terdampak rob, dalam waktu yang jauh lebih lama dan kondisi genangan jauh lebih parah, dll.

Pemikiran berlanjut mengingatkanku pula pada kondisi kami di sepanjang 2022 kemarin. Genangan yang menyapa di akhir tahun hanya hal kecil. Sesungguhnya ada begitu banyak nikmat lain yang bisa kami syukuri tahun ini, alhamdulillah.. Meski ada satu dua ujian, berhasil kami lalui. Ujian-ujian yang saat itu kami rasa cukup berat, namun saat ini kusadari bahwa di luar sana ada banyaaak sekali orang-orang yang mendapat ujian jauuuh lebih berat. Kami telah ditempa di 2022, dan itu satu hal yang harus kami syukuri karena insyaAllah tempaan itu akan menjadikan kami lebih kuat di masa depan.

Sahabat Lalang Ungu, selamat melepas 2022 dengan penuh syukur dan menyambut 2023 dengan penuh semangat yaa.. InsyaAllah kita semua tetap sehat, semakin sukses dan bahagia selalu di tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Aamiin..

Selamat Tahun Baru 2023, Sahabat…

9 thoughts on “Disapa Genangan di Akhir 2022”

  1. Innalillahi 🙁
    Semoga sampai kapanpun tidak terulang lagi. Semarangul khususnya, juga Jateng, bisa membangun infrastruktur yang signifikan mengurangi resiko banjir.
    Aamiin ya Allah

  2. Akhir tahun sepertinya lebih sering hujan ya mbak, sperti di tempatku nih
    Beruntung itu tadi air segera surut ya, tpi ya bikin nambah pengalaman atau jaga jga apabila terjadi hujan bisa untuk berantisipasi ya mbak

  3. Alhamdulillah, tidak lama-lama rumah tergenang air ya, mbak.
    Kejadian-kejadian yang terbilang masih kecil ini, membuat diri ini bersyukur sekali bahwa kita masih mendapat lindungan dari Allah.

  4. Wahhh iyaya, akhir-akhir ini memang curah hujan deres banget. Tapi bersyukur banget sih, karena didepan banyak tanaman dan kebun jadi bisa tersiram setelah sekian lama tidak ada hujan.. Tapi kalau airnya berlebihan seperti itu jadi tergenang dan bisa berakibat fatal juga..

  5. terkena banjir itu gak enak banget. tahun 2018 lalu kami juga kebanjiran dan itu jadi pengalaman terburuk untuk saya. setiap mengingat kejadian itu, saya selalu sedih

  6. Alhamdulillah, tidak banyak kerugian yang ditimbulkan. Dalam 2 jam, air banjir sudah surut. Memang ada segala hikmah di balik sesuatu. Seperti yang Ibu bilang, jadi bisa berempati lebih lagi pada mereka yang terkena musibah.

    Semoga kita semua senantiasa sehat dan selamat selalu.

  7. Bagian yang paling sedih ketika banjir adalah beberes semuanya.
    Dari mulai banjir dimulai hingga banjir usai.

    Rumah Ibuku dulu juga pernah alami banjir dan semua beras tergenang air. Karena beras ini mudah sekali berjamur kalau sudah kena air, namun sayang kalau dibuang, Ibuku mencuci bersih setelah kena air banjir dan diwadahi menggunakan plastik lalu disimpan di kulkas.

    Huhu…rasanya hujan bagi kami (di mata anak-anak) adalah sebuah kebahagiaan, bisa main air. Tapi di mata orangtua, seperti menambah pekerjaan yang tidak penting.

    Semoga Allah mudahkan selalu dan jauhkan dari segala musibah ya, kak Tanti.

  8. Saya ingat dulu, rumah alm mertua itu langganan banjr ketika hujan, tapi bukan kemasukan air dari depan, melainkan merembes keluar dari lantai.

    Jadi saat hujan deras gitu, ya wadah2 penampungan air tidak digunakan untuk menampung air, tapi untuk menguras air.

    Baca ini, saya jadi ingat istri yang perfeksionis sekali waktu kami ngebangun rumah. Pengalaman-pengalaman nggak menyenangkan dia di rumahnya, itu nggak mau lagi dia alami untuk keluarga kami.

  9. Bener, mbak. Kayaknya akhir tahun kemarin hujan memang rata sih. Dan dalam waktu yang agak lama. Bisa seharian dan semalaman hujan nggak berhenti-berhenti.

    Di daerah rumahku sih aman dari banjir. Cuma karena memang aku tinggal di daerah pesisir. Ada tambak-tambak udang milik tetangga yang rusak. Membuat mereka merugi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *