Salam, Sahabat Lalang Ungu.. Jumpa lagi di rumah maya ku ini.. Semoga sahabat semuanya tetap sehat dan bahagia ya.. Sahabat, kali ini aku akan bercerita tentang 3 pohon berbuah unik yang kutemui saat berkunjung ke Keraton Jogjakarta beberapa waktu lalu. Pohon apa saja kah itu?
1. Pohon Keben
Beberapa pohon besar nan rimbun menyita perhatianku saat pertama kali memasuki halaman Keraton Jogjakarta beberapa waktu lalu. Sinar matahari cukup terik menjelang tengah hari siang itu, namun sebagian halaman Keraton tampak cukup teduh dengan adanya pohon-pohon besar yang ditanam di halaman /pelataran area keraton itu. Ah..aku ingat kunjunganku beberapa tahun lalu, kalau tidak salah itu pohon yang berbuah unik yang waktu itu pun telah menarik perhatianku.
Semakin dekat ke pohon besar itu, semakin terlihat keistimewaannya selain ukuran pohonnya yang lebih besar sehingga seorang dewasa pun tak dapat menangkupkan kedua belah tangan melingkupi pokoknya!
Aku menengadah dan melihat buah-buah berbentuk unik yang tampak menyeruak dari rimbunnya daun-daun berwarna hijau tua. Bentuk buahnya seperti stupa/piramida, segi 4 mengerucut yang menggantung di ujung-ujung dahan. Ya, itulah keistimewaan lain pohon keben yaitu bentuk buahnya yang unik!
Pohon Keben (Barringtonia asiatica) yang masuk dalam kelas magnoliosida famili Lecythidaceae ini mempunyai beberapa nama lokal. Selain disebut keben (Jateng), ada yang menyebutnya butun (Jabar), putat pantai, bitung (sulawesi), maliou (papua), dll.
Dari beberapa artikel kubaca keistimewaan lain pohon ini yaitu mempunyai bunga cantik yang benangsari dan tangkai putiknya berwarna putih dengan ujung berwarna merah yang mekar di malam hari dan pagi hari berikutnya sudah rontok. Ah..jadi ingat Bunga Wijayakusuma yang juga hanya mekar semalam saja..hehe..
Adapun tentang buahnya, seperti yang sudah kutuliskan sebelumnya, buah keben berbentuk stupa/piramida dengan dinding buah yang tebal, berwarna hijau saat muda lalu berubah menjadi cokelat saat tua. Salah seorang abdi dalem yang sempat kutanyai kemarin mengatakan bahwa buah keben tua bisa mengobati penyakit kulit/gatal-gatal. Sayang tidak sempat mengorek keterangan lebih lanjut. Sebagai kenang-kenangan buah kering itu kubawa untuk kami tanam bijinya di lahan kantor kami.
Oya, pohon Keben ini dikenal juga sebagai pohon perdamaian, ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada 5 Juni 1986 dalam rangka Hari Perdamaian Sedunia. Salah satu artikel yang kubaca menuliskan bahwa dalam filosofi Jawa kata ‘keben’ bisa dimaknai sebagai tangkeben yang artinya menutup, tepatnya menutup pengaruh hawa nafsu. Ada pula yang memaknainya sebagai hangkrungkebi yang artinya melindungi.
Cerita lain menuturkan bahwa Pangeran Mangkubumi dan keluarganya menggunakan pohon Keben sebagai tempat berlindung dalam sebuah pertempuran melawan VOC dan untuk mengenang jasanya maka belia menanam pohon ini di halaman Keraton, tepatnya di Pelataran Kamandungan Lor.
2. Pohon Sawo Kecik
Pohon Sawo Kecik (Manilkara kauki) juga merupakan pohon berbuah unik yang di tanam di area keraton Jogjakarta terutama di Pelataran Kedhaton. Berbeda dengan buah Sawo yang biasa kita temui berwarna cokelat dengan ukuran sekepalan tangan, maka Pohon Sawo Kecik ini bentuk, ukuran dan warna buahnya berbeda.
Buah Sawo Kecik berukuran mungil (sebesar ibu jari), berbentuk lonjong dengan warna merah yang menandakan kematangan buah. Meskipun ukuran dan warna buah matang berbeda, tekstur dan rasa daging buahnya tidak jauh berbeda dengan buah Sawo Manila yang biasa kita konsumsi, yaitu manis dan lembut.
Dalam filosofi Jawa, Sawo Kecik dimaknai sebagai sarwo becik atau ‘serba baik’. Penanaman pohon ini sebagai bentuk pengharapan datangnya hal-hal baik juga pengingat bahwa sebagai manusia kita semestinya hidup serba baik, meninggalkan hal-hal buruk dalam keseharian kita.
3. Pohon Kepel
Pohon unik ketiga yang kutemukan di area keraton Jogjakarta kemarin adalah Pohon Kepel. Pohon ini unik karena buah-buahnya tidak kita temui di dahan / di bagian atas pohon, melainkan menggantung pada batang pohon!
Aku pertama kali melihat pohon Kepel (Stelechocarpus burahol) dengan buahnya yang unik itu saat berkunjung ke Kantor Bupati Sleman beberapa tahun lalu, dan ternyata Pohon Kepel ini memang merupakan pohon identitas DIY yang telah disahkan dalam SK Menteri Dalam Negeri No 522.5/1458/SJ/1990.
Di lingkungan Keraton Jogjakarta, pohon ini bisa dijumpai di pelataran Kemagangan, Srimanganti dan Kamandungan Lor. Kata kepel dalam bahasa Jawa berarti ‘tangan yang mengepal’, dimaknai sebagai lambang tekad dan kemauan untuk bekerja keras. Kepel dapat pula dimaknai sebagai kempel yang berarti ‘kumpul’ / persatuan.
Buah Kepel dipercaya memiliki manfaat bagi tubuh yaitu sebagai penghilang bau badan dan pengurang bau air seni. Itu sebabnya buah Kepel ini disebut sebagai salah satu rahasia kecantikan para puteri keraton 🙂
Sahabat Lalang Ungu, itulah 3 pohon unik yang kutemukan di lingkungan Keraton Jogjakarta. Apakah pohon-pohon istimewa ini pernah kalian temui juga di daerah kalian? Yuk bagi kisahnya di kolom komen ya..
9 Comments
Leave a reply →