Sahabat Lalang Ungu..post kali ini adalah bagian terakhir dari cerita serunya ikut Super Camp Famtrip Batang 2019 ini, yaitu pagi di Sikembang dan kunjungan ke perkebunan teh Pagilaran. Yuuk..mari simak cerita yang nggak kalah seru dari 2 sesi sebelumnya ya.. 🙂
Membuka hari di Sikembang Park
Setelah melalui akhir malam dalam tidur yang tak terlalu nyenyak -sama sekali bukan karena tak terbiasa tidur di tenda ataupun hawa dingin mengganggu, melainkan karena se-cup kopi yang kuminum di malam sebelumnya, padahal aku paling nggak tahan minum kopi- Alhamdulillah aku terbangun pagi itu sekitar jam 4 pagi. Continue reading “Serunya Super Camp Famtrip Batang 2019 (Bag Terakhir)”
Melanjutkan cerita dari post sebelumnya, setelah pembukaan Super Camp Famtrip Batang 2019 dan sharing session oleh Pembina GenPI Jateng, acara dilanjutkan dengan eksplor singkat dua destinasi wisata yaitu Wisata Alam Sikembang dan Forrest Kopi. Nah ini dia cerita serunya ikut Super Camp Famtrip Batang 2019 selanjutnya.
Hai Sahabat Lalang Ungu.. Apa kabar? Semoga semua sehat dan bahagia ya… Yang lagi kurang hepi..piknik gih! Haha.. Itu sih rumusku..kalau lagi suntuk hawanya pengen piknik. Ngomong-ngomong tentang piknik, kali ini aku mau cerita serunya ikut Super Camp Famtrip Batang 2019.
Wah.. kemping? Apa asyiknya?
Naah…itu pasti pertanyaan dari mereka yang belum pernah ngerasain asyiknya kemping deh. Bagiku, kemping bukan hal baru. Sejak jaman sekolah sudah tak terhitung cerita keseruan kemping atau berkemah, terutama dengan teman-teman Pramuka.
Berdasarkan pengalamanku, camping alias kemah itu asyiiiiik banget! Dengan merasakan dekat dengan alam, kita juga merasa dekat dengan Sang Pencipta. Dengan merasakan betapa kecilnya kita dibanding alam semesta, membuat kita makin banyak bersyukur atas segala nikmat dari-NYA. Jadi…saat beberapa waktu lalu ada undangan untuk ikut Super Camp di Batang ini yo jelas aku daftar pertama laah..hehe..
Ketika kemampuan mengemudi menjadi suatu kebutuhan, maka aku pun harus berjuang keras menghapuskan trauma-trauma yang selama ini membelenggu dan kembali menguatkan hati untuk belajar mengemudi.
Ada beberapa momen yang membuat kebutuhan itu muncul. Ketika harus menjalankan tugas malam hari (saat lebih aman dan nyaman mengendarai mobil daripada bermotor-ria) atau ketika tiba-tiba hujan deras dan harus segera pergi ke suatu tempat, ataupun ketika ingin mengajak ibu pergi berdua ke suatu tempat. Itulah beberapa saat di mana saat ini aku masih harus tergantung pada pihak lain dalam hal ini keluargaku, dan tak bisa sat-set pergi sendiri.
“Mbok belajar nyetir lagi to mbak, biar nggak bingung kalau ada keadaan darurat begini..” begitu seringnya adikku mengingatkan, karena memang sudah pernah beberapa kali belajar nyetir, tapi lalu terhenti setelah ada kejadian-kejadian yang membikinku gamang.
Ya, seperti telah kusampaikan di awal tulisan ini, ada trauma yang harus kuhilangkan. Mungkin dengan membahas beberapa kejadian itu bisa membuatku lebih mudah melepaskan rasa takut itu. Setidaknya ada tiga kejadian yang membebani pikiranku.
Lalang Ungu. Hai teman, bagaimana kabarnya di Ramadhan yang telah memasuki 10 hari kedua ini? Semoga sehat selalu ya… Apalagi cuaca saat ini sedang tak menentu, pagi hingga siang terasa panas dan gerah…eh, sore ataupun malam hujan menjelang. Atau kebalikannya, hujan seharian namun malam cuaca kembali terang meskipun tetap terasa gerah. Ada saja keluhan yang kita rasakan ya.. Yang flu lah, biang keringat lah, eh..sampai-sampai rambut dan kepala pun ikut-ikutan unjuk rasa.
Ya, beberapa waktu lalu aku memang agak bermasalah dengan rambut. Keringat yang berlebih menyebabkan kepala mudah sekali terasa gatal, bawaannya ingin keramas terus. Padahal, terlalu sering keramas juga tidak baik lho…rambut bisa jadi kering dan kusam karena kehilangan kelembabannya. Sedih lagi saat tiap kali menyisir, ataupun membuka kerudung, helai-helai rambut yang patah menjadi pemandangan menyedihkan 🙁
Duuh…jangan-jangan rambutku benar-benar rusak ya? Waktu itu, buru-buru kucari-cari artikel tentang tanda-tanda rambut rusak dan mencermatinya. Dari berbagai artikel yang kubaca, dapat kusarikan bahwa beberapa tanda rambut rusak adalah sbb : Continue reading “Selamat Tinggal Problema Rambut…”
Daftar Kamera Mirrorless – Kamera mirrorless memang akhir-akhir ini semakin diminati khususnya di kalangan anak muda. Kamera mirrorless ini juga memiliki bodi yang ringan dan desain yang menarik serta memiliki spesifikasi mumpuni yang sudah setara dengan kamera DSLR.
Dengan bodi yang ringan tersebut kamera mirrorless ini dapat dengan mudah dibawa kemana-mana sehingga sangat cocok untukmu yang memiliki hobi traveling atau jalan-jalan. Nah, berikut ini adalah daftar kamera mirrorless untuk traveling bisa dijadikan rekomendasi.
Daftar kamera mirrorless untuk traveling
1.Sony Alpha A-6500
Salah satu kamera yang masuk dalam daftar kamera mirrorless untuk traveling terbaik adalah Sony Alpha A-6500. Kamera mirrorless ini memiliki layar LCD touchscreen dan ditambah dengan in-body image stabilization yang dapat membuat gambar yang dihasilkan mempunyai kualitas tinggi.
Kamera mirrorless Sony Alpha A-6500 dilengkapi juga dengan teknologi auto-focus yang canggih sehingga membuat gambar yang dihasilkan tidak blur serta dapat merekam video dengan kualitas 4K. Selain itu, desain bodi yang sederhana dan bobot ringan ini bisa sangat mudah untuk dibawa kemana saja yang pastinya dapat bertahan dalam segala cuaca.
2. Sony Alpha A-7R II
Kamera mirrorless ini memiliki ukuran yang simpel yang dapat dengan mudah dibawa kemana saja. Selain dilengkapi sensor full-frame, kamera mirrorless ini juga memiliki fitur menarik seperti dapat merekam video 4K, built-in image stabilization, sensor gambar beresolusi 42,2 MP dan dapat menghasilkan gambar yang sangat baik meskipun berada di tempat yang minim cahaya.
Hal ini membuat Sony Alpha A-7R II sangat canggih. Untuk harga di pasaran kamera mirrorless dari sony ini cukup mahal namun tentu saja fitur dan kecanggihan yang ditawarkan sepadan.
3. Fujifilm X-T2
Sumber Foto : ephotozine dot com
Sudah tidak perlu diragukan lagi soal kualitas dari Fujifim X-T2 ini yang membuatnya masuk dalam daftar kamera mirrorlessuntuk traveling. Fujifilm X-T2 ini masih merupakan bagian dalam Fujifilm X Series yang cukup populer di pasaran.
Kamera mirrorless ini dilengkapi dengan berbagi fitur canggih dan menyajikan kualitas gambar yang menakjubkan. Kamera mirrorless X-T2 ini juga memiliki desain klasik yang sangat keren, pastinya saat traveling nanti kamera ini bisa menarik perhatian banyak orang sehingga sangat cocok untuk dibawa kemana-mana.
4. Panasonic Lumix GH4
Panasonic Lumix GH4 menjadi salah satu kamera yang masuk dalam Daftar kamera mirrorless untuk traveling. Kamera mirrorless ini dilengkapi dengan lensa Micro Four Thirds yang sangat menakjubkan dan setara dengan kamera DSLR. Kamera mirrorless ini juga dilengkapi dengan sejumlah fitur seperti auto-focus yang dapat menghasilkan gambar terbaik dan anti blur, serta dapat melakukan perekaman video dengan kualitas 4K.
Untuk desain sendiri Panasonic Lumix GH4 ini sangat menarik dengan dilengkapi bobot yang ringan dan ringkas serta tahan dalam segala cuaca. Hal ini membuat kamera mirrorless ini juga sering digunakan oleh para fotografer profesional. Untuk yang hobi traveling kamera mirroless Panasonic Lumix GH4 ini bisa jadi pilihan yang tepat.
Nah, bagaimana ulasan tentang daftar kamera mirrorless untuk traveling di atas, teman? Apakah kamu tertarik untuk membelinya? Pastinya kamera mirrorless tersebut bisa membuat kamu dengan mudah untuk mengabadikan momen saat sedang travelling.
Demikian ulasan mengenai daftar kamera mirrorless untuk traveling yang wajib kamu miliki. Semoga dapat membantu kamu yang sedang mencari rekomendasi kamera mirrorless.
Lalang Ungu. Hai, teman-teman… Jumpa lagi di awal bulan baru ya.. Alhamdulillah kita memasuki bulan ketiga di 2018, insya Allah tetap sehat dan bahagia yaa.. Aamiin…
Nah, kali ini aku mau melanjutkan cerita tentang jalan-jalan kami ke Desa Wisata Samiran Boyolali beberapa waktu lalu bersama rekan-rekan Blogger Deswita dan FK Deswita Jawa Tengah. Setelah sebelumnya merasakan nikmatnya ‘muncak tipis-tipis’ ke Gancik Hill Top dan serunya icip-icip jajanan khas di Pasar Tiban Duit Batok, maka jalan-jalan penutupannya adalah ke destinasi wisata yang bernama Alam Sutra.
Hari telah mulai beranjak siang ketika kami meninggalkan Joglo Pengilon -sekretariat Dewi Sambi di Desa Samiran- menuju lokasi Alam Sutra dengan menggunakan (lagi) ‘pajero’ alias mobil bak terbuka (panas njobo njero). Sebagian peserta telah siap sedia membawa payung (terutama mbak-mbak & buibu-nya..) atau minimal menggunakan topi untuk mengantisipasi panas mentari siang hari. Dan aku memilih menggunakan topi saja agar tidak ribet namun tetap terlindung dari panas..hehe..
Selamat Datang di Alam Sutra Samiran Boyolali
Sesampainya di Dukuh Pojok yang menjadi lokasi Alam Sutra, kami pun kembali dihadapkan pada pilihan antara jalan kaki atau naik ojek. Oya, kalau ngojek di Gancik Rp 10.000/org sekali jalan, maka di sini hanya separuhnya saja. Hm, berarti medannya nggak terlalu ekstrim seperti di Gancik kali, ya? begitu pemikiran kami waktu itu, sehingga kemudian kami pun memutuskan untuk berjalan kaki menuju gardu pandang.
Oya, sama seperti di bukit Gancik, obyek wisata Alam Sutra Boyolali ini juga menawarkan pengalaman soft treking dan pemandangan alam dari gardu-gardu pandang yang sekalian berfungsi sebagai spot pepotoan nan kekinian.. Setelah menetapkan pilihan kami pun mulai mengayunkan langkah menyusuri jalan setapak menuju lokasi gardu pandang Alam Sutra.
Pemandangan di Alam Sutra Samiran Boyolali
Dan ternyata, pilihan kami untuk berjalan kaki tidaklah salah. Sinar matahari -sekitar jam 11 waktu itu- di kawasan Dukuh Pojok Boyolali tidak terlalu menyiksa. Mungkin karena cukup banyak angin nan sejuk di daerah ini sehingga panas mentari tak begitu terasa dan kami pun tetap nyaman melangkah menyusuri trek yang tidak terlalu menanjak.
Pemandangan hamparan kebun sayur nan hijau segar berpadu dengan suasana langit yang cerah di Alam Sutra Boyolali
Dengan berjalan kaki, kami pun semakin leluasa menikmati pemandangan di kanan-kiri jalan setapak yang merupakan lahan pertanian penduduk. Hijaunya hamparan tanaman Wortel, Sawi, daun Adas dan Selada berkolaborasi dengan birunya langit berhiaskan awan seputih kapas sungguh merupakan vitamin mata yang menyehatkan jiwa! 😃
Berinteraksi dengan petani di Alam Sutra Boyolali
Oya, kita dapat pula berinteraksi dengan para petani yang sedang beraktivitas di kebunnya. Ada yang sedang mengolah tanah, menyiangi tanaman ada pula yang sedang panen. Eh, ada pula teman yang nempil membeli selada langsung dari petani di sana lho.. Yang ngobrol dengan petani untuk mengetahui keseharian mereka ada, dan tentunya ada pula yang tak melewatkan kesempatan untuk pepotoan demi konten blog / IG! *nunjukdirisendiri 😆 Semua itu boleh kok.. yang tidak boleh adalah merusak tanaman petani, baik itu sengaja maupun tidak sengaja.. catat ini ya..hehe..
Sekitar 20 menit kemudian kami pun sampai di lokasi gardu pandang Alam Sutera yang ditandai adanya loket pengunjung. Oya HTM di sini murah meriah kok, cukup Rp 5.000 saja per orangnya. Terdapat beberapa gardu pandang yang terbuat dari bambu. Ya, memang sekilas terlihat sederhana dan rapuh, namun jangan takut…, tentunya pengelola sudah memperhitungkan kekuatannya demi keselamatan pengunjung.. hehe
Gardu-gardu pandang di Alam Sutra Samiran Boyolali
Jika dibandingkan dengan kondisi gardu di Gancik Hill Top, memang penampilan gardu pandang di Alam Sutera terkesan lebih sederhana. Namun, jangan khawatir..pemandangan yang dapat kita nikmati dari atas sana sama indahnya kok 😃
Seseruan dengan Blogger Deswita di Alam Sutra Samiran Boyolali (Foto by Gus Wahid)
Pose-pose manis juga laah… (Foto by : Gus Wahid)
Setelah naik ke gardu, menikmati pemandangan sekitar yang menghijau sambil dibelai angin sepoi-sepoi nan sejuk, dan tak lupa berfoto-ria baik sendiri-sendiri atau bersama (ups..kalimat ini seperti iklan apa ya?? 🤔) maka kami pun mulai berkemas meninggalkan lokasi, turun kembali ke tempat parkir. Sekali lagi perjalanan pulang disejukkan dengan pemandangan hijau segar kebun sayur yang kami lewati…
Mengenal jenis-jenis sayuran di Alam Sutra Samiran Boyolali, a.l : Selada, Wortel, Sawi, Adas.
Hm, bagiku yang paling berkesan dari perjalanan ke Alam Sutera ini adalah nuansa hijau segar dari hamparan kebun sayur + pengalaman mengamati aktivitas petaninya. Mungkin pengelola bisa menambahkan sesi berinteraksi dengan petani dan mengenal jenis-jenis sayuran di kebun sebagai salah satu daya jual dari obyek wisata ini, selain tentunya pemandangan alam dan spot pepotoan yang instagramable sebagaimana obyek-obyek wisata kekinian. Pengalaman berkunjung ke kebun sayur bila dikemas dengan bagus dapat menjadi bagian yang menarik dari sebuah paket eduwisata, bukan?
Nah, itulah cerita jalan-jalan kami ke Alam Sutera di Dukuh Pojok Desa Samiran Boyolali, sekaligus penutup rangkaian tulisan catatan perjalanan bersama FK Deswita di Desa Wisata Samiran Boyolali ini. Oya, teman-teman juga dapat membaca tulisan teman-teman Blogger Deswita lainnya tentang kunjungan ke Alam Sutra ini, antara lain tulisan dari mas Wahid dan Mia.
Lalang Ungu. Matahari telah cukup terik ketika kami selesai trekking mangrove Pandansari di siang itu. Sudah masuk waktu dhuhur, maka sambil menunggu makan siang, kami pun sholat di mushola kecil dermaga Dewi Mangrovesari tersebut. Selesai sholat, ternyata baru kutahu bahwa kami akan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Cemara. Hah, di Brebes ada pulau? Atau aku yang salah dengar?
Eh, aku tak salah dengar kok. Ternyata Brebes memang punya banyak lokawisata. Selain Dewi Mangrovesari alias Desa Wisata Pandansari, ada banyak destinasi-destinasi wisata baru yang sedang dikembangkan oleh masyarakat setempat melalui Kelompok-kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), di antaranya adalah Pulau Cemara.
Naah..tentu saja aku penasaran ingin segera mengunjungi Pulau Cemara…tapi…ada juga rasa was-was timbul dalam hatiku. Apa pasal?
Rasa khawatir memang sempat terselip di hatiku ketika Pak Auki -salah satu pendamping kami di Famtrip Brebes-menyampaikan bahwa kami akan berperahu melewati laut sekitar 30 menit. Perahunya relatif kecil lhooo…aman gak siiih??? Itulah kekhawatiranku.
Namun rupanya kekhawatiran itu tak perlu bertahan lama. Pak Auki dan kawan-kawan dari Pokdarwis setempat meyakinkan kami bahwa perjalanan kami insya Allah aman, pengemudi perahunya sudah berpengalaman, perahu kami tidak berlebihan muatan -10 – 15 orang- dan cuaca juga sedang bersahabat.
Maka akupun kemudian dengan mantab mengikuti instruksi untuk menaiki perahu itu bersama sebagian rekan perjalananku kali itu -rekan-rekan blogger dan media- didampingi beberapa rekan dari Pokdarwis setempat.
Lalang Ungu. Hai, teman… Apa kabar? Semoga di awal Tahun baru 2018 ini, kita semua dalam kondisi yang membahagiakan yaa… Nah, pada tulisan kali ini aku ingin menceritakan tentang keseruan sebuah acara syukuran Ulang Tahun di Bulan Nopember 2017 yang lalu.
Ulang Tahunku?
Hehe…bukaaan…. Ulang Tahunku sih masih di bulan yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya kok, belum ganti ke Bulan Nopember..hehe….
Lalang Ungu. Teman, jika disebut kata ‘DIENG’ , kata-kata apa yang langsung muncul di benakmu? Kalau aku, ada 3 kata yang muncul. Dingin dan kabut. Itu dua kata pertama yang langsung terpikir olehku setiap kali mengingat Dieng. Ya, beberapa kali mengunjungi daerah wisata nan elok ini, selalu saja disambut dengan rintik hujan, hawa sejuk cenderung dingin…dan kabut -tipis ataupun tebal- yang menyapa…
Namun dua kata itu tak serta merta menepis kata lain yang tercipta di benakku mengenai Dieng : mempesona. Ya, meskipun dingin dan berkabut, Dieng selalu saja mempesonaku dan membuatku mau dan mau lagi untuk mengunjunginya.. Hm, jangan-jangan ada mantera pemanggil di antara kabut itu?? Haha…