“Vi, beberapa waktu lalu kakakku cerita, Si Udin kena gejala brain rot sepertinya..”
“Hah..Si Udin keponakanmu yang masih SD itu?”
“Iya, bontotnya mba Indah. Eh, kamu tahu brain rot kan?”
“Emm…kalau terjemahan bebasnya sih ‘busuk otak’ ya? Tapi maksudnya bukan kerusakan otak secara medis begitu, kan?”
“Iya, itu istilah saja. Maksudnya penurunan kemampuan kognitif sebagai akibat dari seringnya konsumsi digital yang berlebihan dan berkualitas rendah “
“Dia kecanduan gadget gitu ya, Rin? Eh, gejalanya bagaimana sih kalau kena Brain Rot gitu?”
“Awalnya sih ikutan kakaknya lihat video-video pendek yang lucu-lucuan di internet, seperti di t*ktok atau Yo*Tub* short. Lama-lama dia berinisiatif cari-cari sendiri, asyik scroll tiap kali pegang HP di rumah. Kalau sudah gitu males deh ngapa-ngapain lagi. Mamahnya sampai sering marahin dia.”
“Pengaruh ke sekolahnya juga dong?”
“Jelas lah..Mamahnya bilang sudah ditegur Bu Guru. Katanya, dia sering kesulitan mengikuti pelajaran. Apalagi di rumah, susah konsentrasi dia. Kalau diajak komunikasi pun rada susah nangkepnya.”
“Trus, bagaimana cara keluarga kakakmu mengatasinya?”
Continue reading “Yuk, Hindari Brain Rot”






