Yuk, Hindari Brain Rot

“Vi, beberapa waktu lalu kakakku cerita, Si Udin kena gejala brain rot sepertinya..”

“Hah..Si Udin keponakanmu yang masih SD itu?”

“Iya, bontotnya mba Indah. Eh, kamu tahu brain rot kan?”

“Emm…kalau terjemahan bebasnya sih ‘busuk otak’ ya? Tapi maksudnya bukan kerusakan otak secara medis begitu, kan?”

“Iya, itu istilah saja. Maksudnya penurunan kemampuan kognitif sebagai akibat dari seringnya konsumsi digital yang berlebihan dan berkualitas rendah “

“Dia kecanduan gadget gitu ya, Rin? Eh, gejalanya bagaimana sih kalau kena Brain Rot gitu?”

“Awalnya sih ikutan kakaknya lihat video-video pendek yang lucu-lucuan di internet, seperti di t*ktok atau Yo*Tub* short. Lama-lama dia berinisiatif cari-cari sendiri, asyik scroll tiap kali pegang HP di rumah. Kalau sudah gitu males deh ngapa-ngapain lagi. Mamahnya sampai sering marahin dia.”

“Pengaruh ke sekolahnya juga dong?”

“Jelas lah..Mamahnya bilang sudah ditegur Bu Guru. Katanya, dia sering kesulitan mengikuti pelajaran. Apalagi di rumah, susah konsentrasi dia. Kalau diajak komunikasi pun rada susah nangkepnya.”

“Trus, bagaimana cara keluarga kakakmu mengatasinya?”

Continue reading “Yuk, Hindari Brain Rot”

Mimpi yang Terhempas

krieeet …

Suara khas dipan tua yang menjerit menahan beban ketika kuhempaskan tubuh ke kasur, lumayan nyaring terdengar di telingaku di tengah sepi malam ini.

Dan sebagaimana biasanya, kuabaikan saja. Memang dipan tua ini seharusnya sudah lama ganti, tapi masih ada prioritas lain yang harus kuutamakan. Maka kunikmati saja suaranya sebagai pembunuh sepi di kontrakan sempit ini.

Aah…nyaman rasanya punggung lelahku bisa sejenak rehat setelah sesorean tadi duduk tegak di depan komputer menyelesaikan draft-draft tulisan. Naah..sekarang 2 tulisan paid job itu sudah terkirim, tinggal menunggu recehan honornya. Ya, sekedar recehan memang, namun sangat-sangat kusyukuri dan ku doakan untuk sering-sering datang menghampiriku…

Bip..bip…

Hmm, ada kabar apa dari dunia di luar sana? Kuraih ponsel yang telah kuabaikan sejak sore tadi dan baru saja berbunyi. Oh..rupanya ada banyak pesan dari tadi. Yang terbaru di grup kantor.

Continue reading “Mimpi yang Terhempas”

Wedang Kacang Hijau a la Bunda Mayang

Wedang Kacang Hijau

“Bundaaa, masih punya Kacang Hijau?”

Suara renyah Mayang tiba-tiba terdengar dari ruang tengah. Bundanya yang sedang di dapur mendengar, tapi sengaja tidak bereaksi. Tak berapa lama, kepala mungil melongok di pintu dapur.

“Bunda sedang sibuk ya?” tanyanya.

Perempuan paruh baya yang sedang memilah-milah sayuran dan bumbu dapur dan memasukkannya ke kotak-kotak terpisah, menggeleng sambil menatap putrinya. “Enggak, cuma menata belanjaan tadi. Ada apa sayang, kok teriak-teriak?”

“Maaf Bun, Mayang tadi lupa mengecilkan volume suara..hehe,” Mayang lalu masuk ke dapur dan menarik bangku mendekati ibunya, “apakah kita masih punya Kacang Hijau?”

“Hm..bunda lupa, masih ada atau tidak ya? Coba kamu lihat di lemari persediaan itu, Sayang..” jawab ibunya sambil menggerakkan dagu ke arah almari kayu di sudut dapur.

Mayang segera beranjak menuju almari yang dimaksud dan mencari-cari di kotak-kotak yang ada di dalamnya. Sejurus kemudian dia membalikkan badan sambil mengacungkan sebungkus kecil Kacang Hijau yang dicarinya. Continue reading “Wedang Kacang Hijau a la Bunda Mayang”

Antara Sapi, PMK dan Berkurban

Antara Sapi, PMK dan Berkurban

Obrolan Mayang dan Bundanya : Antara Sapi, PMK dan Berkurban

“Bunda, apakah tahun ini kita akan berkurban lagi?” tiba-tiba Mayang melempar pertanyaan ke bundanya, di antara kesibukannya mengerjakan PR bersama Lana sahabatnya.

“Insya Allah, Nak. Ayah kemarin sudah menjadwalkan untuk melihat-lihat sapi bersama temannya. Eh, PR-mu sudah beres, sayang?” jawab bundanya sambil meletakkan piring-piring lauk yang dibawanya ke meja makan.

“Wah, Oom tetap akan memilih sapi untuk kurban kali ini? Nggak takut dengan PMK, Tante?” Lana menatap Bunda Mayang dengan penuh tanda tanya di matanya.

“Nah, iya tuh Bun.. Tadi kami lihat berita di TV, saat ini sedang marak PMK lho.. Mengapa ayah tetap berkurban? Kalau tertular bagaimana?” Mayang tak mau kalah, menegaskan pertanyaan sahabatnya.

“Hm.. Kalau kalian sudah selesai kerjakan PR, bantu menata meja dan kita makan dulu yuk.. Setelah makan nanti kita ngobrol tentang sapi, PMK dan kurban ini. Bagaimana?”

“OK.. Siaap, Bunda..” 

Mayang dan Lana pun bergegas membereskan buku-buku mereka di atas karpet tempat mereka belajar, lalu bangkit melaksanakan arahan Bunda Mayang.

Continue reading “Antara Sapi, PMK dan Berkurban”

Menjelang Ulang Tahun Mayang

[Fiksi] Lalang Ungu.  Malam terasa sepi, meski belum begitu larut. Suara hujan di luar terdengar samar, ditingkah suara penyiar televisi yang sedang memberitakan dimulainya pemberian vaksin baru kepada beberapa pejabat dan tokoh masyarakat. Setelah menyimak berita itu beberapa saat, wanita yang sebelumnya bersandar nyaman sambil menonton televisi itu beranjak dari sofa, mematikan televisi, lalu melangkah menuju kamar terdekat.

Perlahan diketuknya pintu kamar itu, menunggu sejenak, lalu membukanya masih dengan perlahan. Di dalam, lampu kamar masih menyala terang, sehingga mudah baginya menemukan sosok mungil yang duduk di depan meja belajar, yang hanya menoleh sebentar menyambut kedatangannya, lalu kembali bertopang dagu dan menatap ke dinding kosong di depannya.

“Kenapa, Sayang? Bunda kira kau buru-buru masuk kamar setelah makan malam tadi karena ada PR atau sudah mengantuk..” tanya wanita itu sambil mendekat lalu mengelus lembut rambut putrinya.

Nggak papa kok, Bun.. Lagi suntuk saja,” jawab gadis kecil itu enteng. Sejenak kemudian dia berdiri dan menggandeng bundanya ke arah tempat tidur. “Temani aku sebentar, ya Bun..” pintanya.

Sang ibu mengangguk, sambil tersenyum kecil menuruti permintaan putrinya, berdua mereka kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur berseprei bunga-bunga nuansa merah muda khas kesukaan sang gadis.

Continue reading “Menjelang Ulang Tahun Mayang”

Lana, Kau Tidak Sendiri…

Ilustrasi by Pixabay

[Fiksi Lalang Ungu]. Lana, kau tidak sendiri. Mayang meletakkan novel anak yang sedang dibacanya ketika HP di meja sebelahnya berbunyi singkat, menandakan ada pesan masuk.

Sejurus kemudian ia terlihat asyik berbalas pesan melalui HP itu, sementara wajahnya terlihat serius dan sesekali tampak geram. Tak disadarinya Bunda yang sedang melakukan hobi kristiknya di dekat sana sejenak menghentikan kegiatannya dan memperhatikannya.

“Ada apa, Yang?” tanya Bunda halus ketika kemudian Mayang meletakkan HPnya, lalu menghela nafas panjang.

“Lana, Bun” jawab Mayang singkat.

Hm, ada apa dengan sahabat Mayang di sekolah itu? Sambil menunggu Mayang siap bercerita, Bunda teringat sosok Lana. Gadis mungil manis dengan rambut ikal dan sifatnya pemalu. Setidaknya itulah kesan yang Bunda peroleh ketika Mayang memperkenalkan sahabatnya itu saat kunjungan orang tua murid di sekolah mereka suatu waktu dulu.

Ilustrasi by Pixabay

“Lana baru cerita, bahwa selama ini ada teman kami yang bersikap buruk padanya, Bun. Dia jadi tak nyaman di sekolah, selalu merasa cemas, tapi takut ketinggalan pelajaran kalau sering tak masuk,” akhirnya Mayang memulai ceritanya. Bunda meletakkan kristiknya di pangkuan dan memberikan perhatian penuh pada Mayang. Continue reading “Lana, Kau Tidak Sendiri…”

Mimpi-mimpi Dea yang Terkemas

[Fiksi Lalang Ungu].  Senja telah berganti malam, namun hal itu luput dari perhatian Dea. Gadis itu masih termangu dengan hati nan patah, memandangi selembar kartu undangan di tangannya. Undangan pernikahan Ajie.

Ilustrasi by Pixabay

Berkelebat kenangan beberapa bulan sebelumnya, percakapan antara dia dan laki-laki yang namanya tertulis di undangan itu , di tempat yang sama : ruang tamu rumahnya.

……

Jadi, betulkah semua yang kudengar itu, Jie? ” tanya Dea pelan.

Cukup lama hanya keheningan yang menjawab tanya itu.

Jie…” usiknya lagi, menuntut sebuah jawaban. Dan ketika perlahan lelaki di hadapannya mengangguk, Dea terhenyak, seolah seseorang menamparnya!

Kenapa tak pernah kau ceritakan dari awal ? Kenapa aku harus mendengar dari orang lain? ” kembali lirih tanya Dea terdengar.

Lelaki di hadapannya menghela nafas panjang. “Aku tak mau menyakitimu, De..” Continue reading “Mimpi-mimpi Dea yang Terkemas”

Obrolan Sore Mayang dan Bundanya

Lalang Ungu. [Fiksi] Bunda sedang memotong-motong cake pisang di meja makan ketika sebuah bayangan tertangkap di ujung pandangnya, memasuki ruang mungil itu. Senyumnya pun terkembang menyambut putri tersayang yang kemudian menarik kursi dan duduk di depannya, dengan muka cemberut…

Kenapa, Sayang..?” tanya Bunda sambil memindahkan potongan-potongan cake ke sebuah piring.

Bun, PR ku hari ini sulit deh..” keluh Mayang sambil bersungut-sungut.

Iya kah? Nah.., bantu Bunda membawa piring ini ke teras, nanti kita bahas PRmu di sana ya..” kata Bunda sambil menyodorkan piring berisi kue itu.

Sigap Mayang menyambut dan berlalu menuju teras, sementara Sang Bunda mengisi cangkir-cangkir dengan teh manis hangat dan menyusul putrinya ke teras.

Continue reading “Obrolan Sore Mayang dan Bundanya”

Biar lambat asal selamat

Teeeeeet….. Suara bel berbunyi nyaring, menandakan akhir waktu belajar hari ini.

“OK anak-anak…. Ibu tunggu sampai hari Senin ya,” kata Bu Yuni segera sesudah suara bel itu berhenti. Beliau baru saja menjelaskan garis besar dari tugas yang diberikan pada kami.

Kelas pun gaduh, anak-anak bersicepat memasukkan buku-buku pelajaran hari itu dan bergegas meninggalkan kelas.

“Sudah ada bayangan tema laporanmu, Hen?” Ardi bertanya sambil menjajari langkahku.

Aku menggeleng, “Belum sama sekali. Mudah-mudahan nanti malam bisa surfing cari bahan.”

“Kalau aku sih sudah ada sedikit gambaran, tinggal melengkapi sana-sini..”

“Syukurlah… “

*** Continue reading “Biar lambat asal selamat”

KEBAT KLIWAT

kebat-kliwat

Teeeet… Swara bel keprungu banter, nandhaake akhir jam sekolah dina iki.

“Cah-cah, aja lali tugase ya… Tak enteni nganti dina Kemis,” ngendikane Bu Yuni sakwise swara bel kuwi mandeg.  Sakdurunge bel muni mau, Bu Yuni nembe wae nerangake tugas kanggo kelasku ing minggu iki.

Kelas malih rame. Bocah-bocah mburu-cepet nglebokake buku lan perabotan sekolah liyane, banjur enggal-enggak regudugan metu kelas.

“Wis ana gambaran laporan sing arep mbok garap, Hen?” pitakone Ardi sing mlaku alon-alon bareng aku.

Aku gedheg, “Blas, durung ana gambaran ki… Muga-muga mengko bengi bisa mulai surfing golek bahan.”

“Nek aku sih wis nduwe gambaran sithik, kari nambahi kana-kene..”

“Syukurlah… “

*** Continue reading “KEBAT KLIWAT”